Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wadlkur Kurniawan Sedano
"Linux merupakan salah satu sistem operasi yang sering digunakan untuk membangun server aplikasi. Ubuntu merupakan salah satu dari distro linux tersebut. Ubuntu berhasil mengkombinasikan kompleksitas dan kemudahan penggunaan. Ubuntu sangat solid, cepat, aman, dan memiliki semua yang dibutuhkan untuk membangun sistem operasi server. Selain kenyamanan dan kemudahan, keamanan dari sistem operasi perlu diperhatikan karena didalamnya terdapat aplikasi dan data-data dari pengguna aplikasi. Standar Center of Internet Security (CIS) merupakan salah satu pedoman yang dapat digunakan untuk penguatan keamanan sistem operasi, termasuk sistem operasi Ubuntu. Perkembangan ancaman yang semakin cepat harus diimbangi dengan kecepatan penguatan yang dilakukan. Oleh karena itu pemanfaatan aplikasi otomatisasi mendukung hal tersebut. Chef merupakan salah satu aplikasi yang dapat dimanfaatkan. Penelitian ini melakukan audit dan penguatan sistem operasi Ubuntu Linux 20.04 menggunakan standar CIS. Kontrol dan rekomendasi pada standar CIS diimplementasikan menggunakan aplikasi Chef. Hasil dari penelitian ini adalah 241 kontrol berhasil diimplementasikan dengan pengecualian 8 kontrol yang telah diimplementasikan tidak dapat melakukan pemeriksaan secara keseluruhan, sedangkan 8 kontrol tidak dapat diotomasisasi menggunakan Chef Inspec. Penguatan dilakukan menggunakan aplikasi Chef Infra. Hasil dari audit sistem operasi setelah dilakukan penguatan adalah 202 kontrol sukses, 2 kontrol gagal, dan 28 kontrol dilewati. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk melakukan audit dan penguatan sistem operasi Ubuntu oleh para pengelola teknologi informasi.

Linux is an operating system that is often used to build application servers. Ubuntu is one of these Linux distros. Ubuntu manages to combine complexity and ease of use. Ubuntu is solid, fast, secure, and has everything you need to build a server operating system. In addition to comfort and convenience, the security of the operating system needs to be considered because it contains applications and data from users. Standard Center of Internet Security (CIS) is one of the guidelines that can be used to strengthen the security of operating systems, including the Ubuntu operating system. The increasingly rapid development of threats must be balanced with the speed of strengthening carried out. Therefore, the use of automation applications supports this. Chef is one application that can be used. This study audits and strengthens the Ubuntu Linux 20.04 operating system using the CIS standard. Controls and recommendations on the CIS standard are implemented using the Chef application. The result of this research is that 241 controls were successfully implemented except for eight controls that have been implemented not being able to carry out an overall inspection, while eight controls cannot be automated using Chef. The results of the operating system audit after strengthening were 202 controls were successful, two controls failed, and 28 controls were skipped. The results of this study are expected to be a tool for auditing and strengthening the Ubuntu operating system by information technology managers. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Kalamanda
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana proses genderisasi yang terjadi pada satu bidang pekerjaan yaitu chef, melalui nilai-nilai maskulinitas yang dikonstruksi di dalam dapur profesional. Masalah penelitian akan dijawab melalui pendekatan kualitatif dan metode penelitian etnografi. Sejumlah data-data lapangan didapat dari hasil observasi, partisipasi observasi, wawancara mendalam dan studi pustaka. Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa konsep maskulinitas dikonstruksi melalui cara bekerja, tantangan kerja, tekanan kerja, yang harus dijalankan dan dilewati oleh para chef, bagaimana mereka merespon setiap kejadian, cara berekspresi dan berperilaku di segala situasi selama bekerja. Dalam praktiknya, laki-laki maupun perempuan juga menemui masalah yang berbeda-beda untuk dapat membuktikan bahwa mereka mampu bekerja di dapur profesional. Memasak yang semula dan sampai hari ini masih dikonstruksikan sebagai pekerjaan domestik perempuan, nyatanya berubah ketika berada di ranah publik. Memasak di dapur profesional tidak lagi memperlihatkan sifat-sifat feminin perempuan. Nilai-nilai maskulin yang dikonstruksi melalui cara kerja chef bukan hanya membentuk identitas maskulin pada setiap individu yang melakukannya, melainkan juga kepada profesi tersebut.

This study aims to understand how an occupation is gendered. In this case, chef profession is gendered through the construction of masculinity in a professional kitchen. The research questions are answered with the qualitative approach and ethnography method, while the data are collected through observation, participation of observation, depth interview and literature review. My findings show that the concept of masculinity shaped and constructed within the work’s barriers, challenges, and pressure. It also has something to do with how the kitchen staffs have to deal with all the expected and unexpected situations during work, how they behave and express themselves. Both men and women face different problems to prove that they are able to work in a professional kitchen and they deserve the job. Cooking is considered and constructed as a domestic work and related to women’s work, but as in a public spheres such as professional kitchen, it became a men’s work. Masculinity that has been constructed through the work of chefs, not only represents a masculine identity on the individuals but also represents to the profession itself.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Yusan Septiani
"Kegiatan memasak di dapur tradisional (area domestik) sering kali dilekatkan pada diri perempuan dan dimaknai sebagai kewajiban sekaligus bentuk pelayanan perempuan kepada keluarga, pasangan, anak-anak, bahkan orang-orang lain yang berada di dekat kehidupan si perempuan. Dengan kata lain, memasak di ruang domestik merupakan pekerjaan tidak terdefinisi. Namun ketika kegiatan memasak beralih ke ruang publik, berubah menjadi sebuah profesi, dengan area kerja yang disebut dapur profesional. Orang-orang yang bekerja di dapur tradisional diberi predikat chef profesional. Ironisnya, perempuan yang sejak berabad-abad lalu telah lekat dengan kegiatan memasak, justru sulit untuk memasuki apalagi menguasai dapur profesional yang sangat dikuasi dan didominasi laki-laki, mulai dari bidang ilmunya (tata boga) hingga industrinya. Sebagai sebuah keterampilan, memasak sejatinya adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh siapa saja, apa pun gendernya. Pada kenyataannya, kegiatan memasak baik di dapur tradisional maupun dapur profesional, selalu menempatkan perempuan pada posisi yang marginal dan tersubordinasi. Untuk mempelajari mengapa perempuan, yang kerap disebut sebagai “ratunya dapur tradisional”, justru sulit menguasai dan mendominasi dapur profesional. Untuk itu, kami membedah sejumlah penelitian terdahulu yang banyak menganalisis mengenai kehidupan kerja perempuan chef, termasuk berbagai bentuk ketidasetaraan gender di tempat kerja, yakni dapur profesional.   

Cooking activities in traditional kitchen or in domestic area—which are always supposed to be related to women—are interpreted as obligation as well as a form of women's service to their families, spouses, children, and even other people who are close to women's life. In other words, cooking in the domestic area is an undefined job. Regardless of the fact, when cooking activities shifted to public space, it turned into a professional job, a work area which was later called as professional kitchen. People who work in such a professional kitchen are given the title of professional chef. Ironically, such a professional kitchen, that often thought to be easily controlled by women—who for centuries has always been related to cooking activities—is actually controlled and dominated by men, starting from its academic field (tata boga) to the industry. As a skill, cooking is actually an activity that can be performed by anyone, regardless of gender, not just women. In reality, cooking activities, both in traditional and professional kitchens, always place women in marginal and subordinate position. To learn why women, who are often considered as “the queen of traditional kitchen”, are difficult to control and dominate professional kitchens, we examine a number of previous studies that have analyzed the professional life of female chefs, including various forms of gender inequality in the workplace of chefs or the professional kitchen."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library