Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azlul Fadhly Oka
Abstrak :
Penggunaan sel surya sebagai sumber catu daya bagi divais elektronik masih dibatasi cuaca dan pergantian siang malam. Di lain pihak, meskipun sangat menjanjikan, pemanfaatan energi dari sinyal RF (Radio Frequency) masih dibatasi rendahnya level daya yang tersedia. Penggunaan dua sumber ini sebagai sumber catu daya bagi satu divais elektronik berpotensi menghasilkan sumber catu daya yang mendukung portability, mobility dan availability. Sistem RF energy harvesting dari sinyal RF frekuensi GSM 900 MHz menggunakan rangkaian voltage multiplier sebagai rectifier dan amplifier. Sistem charger berbasis sel surya menggunakan rangkaian voltage regulator untuk menghasilkan nilai tegangan yang stabil. Tegangan DC digunakan untuk men-charging baterai handphone. ......Solar cell-based electronic applications are still limited by the availability of sunlight during the day time. While this is not a problem for RF (Radio Frequency) energy, it‟s low power availabilty in the free space is the major issue that most applications must deal with. Using these two ambient energy sources to power the same device could lead to power sources that support portability and mobility applications. This thesis proposes a design of RF energy harvesting system from 900 MHz GSM signal with voltage multiplier circuit to rectify and amplify the input signal. The solar cell-based system with voltage regulator is required in the system to produce a stable value of DC voltage from solar cell. The produced DC voltage will be used to charge a mobile phone.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1080
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angghi Muliya Ma`mur
Abstrak :
Bisnis konvergensi triple play memerlukan sistem billing dan charging untuk memastikan distribusi pendapatan dan pembebanan biaya operasi dari seluruh layanan konvergensi seperti video, suara, data dan e-commerce. Kesalahan penempatan billing dan charging dapat menambah risiko operasional pada layanan konvergensi triple play. Operator layanan konvergensi triple play di Indonesia memiliki risiko lebih banyak dibandingkan risiko layanan konvergensi triple play di luar negeri (Inggris dan Italia). Risiko datang dari faktor eksternal yaitu pasar, ekonomi, dan regulasi. Indonesia hingga kini masih belum memiliki regulasi konvergensi. Regulator masih terpisah menjadi 2 yaitu regulator telekomunikasi dan regulator penyiaran. Kelompok Usaha Bakrie yang memiliki perusahaan telekomunikasi (BTel), media (Viva) dan teknologi (Bakrie Connectivity) memulai bisnis konvergensi triple play yaitu internet TV di Indonesia dengan strategi bernama Telekomunikasi, Media dan Teknologi (TMT 2015). Selain risiko eksternal, Bakrie juga memiliki risiko internal yaitu risiko bisnis, operasional dan manusia. Risiko internal dapat bertambah atau berkurang dengan adanya penempatan sistem billing dan charging. Sistem billing dan charging mempunyai 4 alternatif penempatan yaitu pada penyedia konten, pada penyelenggara program siaran, pada penyedia jaringan atau menggunakan payment agent. Alternatif yang memiliki risiko paling kecil adalah menggunakan payment agent. Bakrie harus menggunakan payment agent untuk penerapan billing dan charging agar dapat mengurangi risiko. Pada saat ini, Bakrie menempatkan sistem billing dan charging di penyedia jaringan yang dapat menambah tingkat risiko operasional dan bisnis layanan konvergensi triple play. Risiko ini mengkibatkan strategi TMT 2015 memiliki potensi tidak dapat mencapai tujuan yaitu menguasai pasar konvergensi di Indonesia. ......Convergence business requires billing and charging systems to ensure the distribution of income and charging of the entire operation of convergence service such as video, voice, data and e-commerce. Billing and charging displacement can increase the risk of operating convergence service. Convergence of triple play service operators in Indonesia have more risk than the risk of convergence of triple play services in abroad (UK and Italy). In Indonesia the risks coming from external factors, such as market, economic, and regulatory. Indonesia is yet to have converged regulation. Regulators have still splits into two, telecommunication and broadcasting. Bakrie group which has a telecommunication company (Btel), media (Viva), and technology (Bakrie Connectivity) will start a triple play convergence business, internet TV. This business has a strategy called the Telecomunications, Media and Technology (TMT 2015). In addition to external risks, Bakrie also have an internal risk such as business, operational and human risks. These risks can be increased or reduced by the placement of billing and charging systems. Billing and charging systems have four alternative placements, i.e. in content provider, in the organizers of the program boradcast, the network provider or use a payment agent. An alternative having the least risk is to use a payment agent. Bakrie should use a payment agent for the apllication of billing and charging systems in order to decrease the risk. To Date, Bakrie has applied its billing and charging system to the network provider. Therefore, it will increase its operational and business risks level of covergence services. This risk can make TMT 2015 has potential failure to achieve the objective, become market leader of convergence business in Indonesia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30351
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hammam
Abstrak :
ABSTRACT
Perjalanan akuntansi aset tetap di Indonesia, khususnya pada Pemerintah Daerah telah mengalami banyak perkembangan. Mulai dari Manual Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA) hingga kini diterapkan akuntansi berbasis akrual. Masing-masing dari pendekatan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah memiliki sisi positif dan negatif, diantaranya semakin maju akuntansi semakin akurat penggambaran aset tetap namun semakin rumit pelaksanaannya. Tulisan ini akan membahas perjalanan tersebut beserta sisi positif dan negatifnya. Selanjutnya, perkembangan akuntansi aset tetap sektor publik pada dunia internasional telah mengenal capital charging yang diharapkan dapat menutup kekurangan manajemen aset tetap pada sektor publik, yaitu memandangnya sebagai barang gratis. Penjelasan mengenai capital charging akan disajikan sebagai salah satu pembuka wacana untuk perkembangan akuntansi aset tetap di Indonesia.
Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Penelitian dan Pengembangan, 2017
340 JTKAKN 3:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rivanto
Abstrak :
ABSTRAK
Proyek penelitian ini berisi studi kasus metode yang dikembangkan dalam thesis Metodologi Seleksi Lokasi Pengisian Infrastruktur Kendaraan Elektrik yang merupakan bagian pertama dari thesis ini. Metode yang dikembangkan dalam laporan ini diimplementasikan, diperbaiki dan dioptimalkan dalam proyek penelitian ini. Hasil akhir dari proyek penelitian ini adalah dua hasil studi kasus yang terdiri dari penerapan metode pemilihan lokasi optimal infrastruktur mobil elektrik di wilayah dalam kota dan jaringan jalan raya. Latar belakang proyek penelitian ini disediakan sebagai bagian dari pendahuluan di dalam thesis. Faktor-faktor untuk penilaian lokasi di dalam kota dan jaringan jalan raya yang dianalisis untuk lokasi optimal diperoleh dari thesis sebelumnya.
ABSTRACT
This research project contains the case study of the method developed in ldquo Electric Vehicle EV Charging Infrastructure Location Selection Methodology rdquo research project. The method developed in the report is implemented, improved and optimised in this research project. The final products of this research project are two case study results which consist of the EV charging infrastructure optimum location selection method implementation in the inner city area and the highway network. The background of this research project is provided as part of the introduction. The factors for both inner city area and highway network assessment analysed for the optimum location are obtained from the previous report.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Prakosa
Abstrak :
Paradigrna baru pengelolaan bisnis jasa telekomunikasi telah bergeser dari pola monopoli pemerintah menjadi kompetisi Penyelenggaraan tunggal oleh badan usaha milik negara telah gagal dalam memberikan pelayanan sesuai dengan tuntutan ekonomi dan kebutuhan masyarakat. Sehingga posisi ini diambil alih melalui penyelenggaraan multi operator yang umumnya diselenggarakan oleh pihak swasta. Selanjutnya kondisi ini akan menciptakan nuansa baru bagi regulasi telekomunikasi. Setiap operator harus melakukan interkoneksi, yang memberikan jaminan bagi pelanggan jasa untuk melakukan komunikasi dengan pelanggan jasa pada operator lain dengan cara yang sama. Pengaturan regulasi interkoneksi antar penyelenggara pada industri jasa multi operator merupakan hal yang sangat panting, khususnya kompetisi di bidang telekomunikasi Regulasi tarif interkoneksi di Indonesia saat ini mengacu kepada pola revenue sharing terhadap tarif pungut ke pelanggan. Metodologi penelitian yang dilaksanakan dalam Thesis ini dimulai dari pengumpulan data teknis dan lingkungan ekonomi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam perhitungan tarif jasa interkoneksi ini adalah masyarakat sebagai pengguna jasa telekomunikasi, operator penyedia jasa interkoneksi, operator yang memerlukan jasa interkoneksi serta regulator telekomunikasi. Perhitungan tarif jasa interkoneksi menggunakan metode Long Run Incremental Cost (LRIC). Analisa dilakukan terhadap kemampuan daya beli masyarakat dalam mengkonsumsi jasa telekomunikasi yang ditunjukkan melalui Produk Domestik Bruto per kapita. Selanjutnya dilakukan analisa kelayakan investasi melalui penilaian tingkat pengembalian investasi dan waktu pengembalian investasi. Dari analisa terakhir adalah perbandingan tarif dengan produk jasa sejenis, yaitu jasa sirkit langganan.serta dorongan kompetisi. Kasus yang dikembangkan dalam Thesis ini adalah Divisi Network PT. Telkom sebagai penyelenggara jasa jaringan SLJJ. Hasil analisa menunjukkan bahwa tarif interkoneksi yang ada saat ini mempunyai nilai melebihi kemampuan daya beli masyarakat dalam mengkonsumsi jasa telekomunikasi khususnya jasa interkoneksi. Perlunya mark up untuk memperoleh tarif jasa interkoneksi yang memadai bagi tingkat pengembalian investasi yang wajar. Strategi yang diterapkan adalah melakukan penetapan harga jasa interkoneksi dalam jangkauan tertentu yang memberikan insentif bagi penyelenggara dan terjangkau oleh pengguna jasa interkoneksi. Selanjutnya tarif interkoneksi yang ditetapkan diharapkan tidak menjadi predatory price bagi jasa telekomunikasi lainnya.
The new paradigm on managing telecommunications services business has moved from government monopoly to competition. The single, state-owned operator has failed to deliver the services that modern economies and societies demand. Its place has been taken by a new multi-operator industry, much of it privately owned In addition, this condition will create a new atmosphere on telecommunications regulation. The operators must interconnect, so that the subscribers to each network can talk to the subscribers of others networks in a seamless way. The interconnect arrangements between the networks of this multi-operator industry are vital to its effectiveness, due to competition in telecommunications_ Now, interconnect pricing in .Indonesia is referring to revenue sharing based on retail. Starting from collecting technical and economies environment data, this Thesis will run the steps of research methodology. Several aspects that will be considered in interconnect pricing, are community as main users on telecommunications services, access providers, access seekers and telecommunications regulator. The thesis is using Long Run Incremental Cost (LRIC) model, as a framework to calculate interconnect pricing. Thesis will analyze the capability of Indonesian people's buying power on telecommunications services. It will be shown through Gross Domestic Product per capita (GDP per capita). The following step is investment analysis, how to make investment feasible through severe analysis, such as: valuation on investment rate of return and payback period. The last analysis is comparing tariff on similar services - between 2-Mbps leased line tariff and interconnect tariff It will be used to know how does tariff influences services each other. Thesis will develop case study on Network Division, PT. Telkom as Long Distance operator. Analysis result shows how the existing tariff has a value above buying power of Indonesian community for consuming telecommunications services, especially on interconnect services. To get normal rate of return on investment, it will be needed mark up on cost of services sold on interconnect services. The strategy, that will be applied, are deciding certain range of tar ff which give incentive for operator and consider buying power of interconnect services users_ The decisions on interconnect services tariff will not be a predatory pricing toward other telecommunications services.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akbar Hipi
Abstrak :
Pengembangan kendaraan listrik tentunya perlu didukung oleh sistem charging station yang bisa menjangkau pengguna kendaraan listrik secara umum dan di samping itu juga bermanfaat dalam pemanfaatan energi terbarukan. Masalah dalam penelitian ini adalah mengkaji pemanfaatan energi terbarukan sebagai sumber energi CS. Idealnya kendaraan listrik menggunakan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini mengkaji strategi keberlanjutan dari Hybrid Charging station (HCS) dengan metode Life Cycle Costing (LCC), Life Cycle Assesment (LCA) dan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunity, hreat). Metode penelitian menggunakan metode gabungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek ekonomi HCS tergolong efisien, kemudian pada aspek lingkungan komponen photovoltaic yang memberikan kontribusi terbesar terhadap dampak yang ditimbulkan. Stategi keberlanjutan HCS perlu didukung oleh seluruh stake holder yang berperan dalam  pengembangan kendaraan listrik dan infrastruktur pendukungnya. Kesimpulan penelitian adalah strategi pengembangan HCS yang tepat dapat mengurangi dampak lingkungan, meningkatkan efisiensi dan memudahkan pengembangan charging station yang ramah lingkungan. ......The development of electric vehicles certainly needs to be supported by a charging station system that can reach electric vehicle users in general and besides that is also beneficial in the use of renewable energy. The problem in this research is to examine the use of renewable energy as a CS energy source. Ideally electric vehicles use renewable energy sources that are environmentally friendly. The purpose of this study is to examine the sustainability strategy of the Hybrid Charging station (HCS) using the Life Cycle Costing (LCC) method, Life Cycle Assessment (LCA) and SWOT analysis (Strengths, Weaknesses, Opportunity, Threat). The research method uses a combined method. The results showed that on the economic aspect HCS was classified as efficient, then on the environmental aspect the photovoltaic component contributed the most to the impact. The HCS sustainability strategy needs to be supported by all stakeholders who play a role in the development of electric vehicles and their supporting infrastructure. The conclusion of the research is that the right HCS development strategy can reduce environmental impact, increase efficiency and facilitate the development of environmentally friendly charging stations.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Fathia
Abstrak :
Energi listrik adalah hasil dari metode konversi, seperti dari konversi energi panas, konversi energi kinetik, konversi energi angin, dll, dan telah memungkinkan untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik dengan bantuan modul fotovoltaik. Tapi karena matahari tidak bersinar sepanjang waktu atau dengan intensitas yang sama, perlu kita untuk menyimpan energi listrik yang lebih untuk digunakan nanti. Untuk menyimpan energi listrik kelebihan ini, kita dapat membuat sebuah sistem yang menyimpan kelebihan energi ini dengan menyimpannya dalam Electrical Storage System (ESS). Dalam tesis ini, EES terdiri dari baterai yang dapat menyimpan kelebihan energi tetapi pada saat yang sama juga dapat menarik energi tergantung pada kebutuhan daya beban. Target dari skripsi ini adalah untuk menciptakan sebuah sistem penyimpanan energi listrik yang dapat dihubungkan dalam sebuah pembangkit listrik PV yang sudah ada. Sistem tersebut harus mencakup kontrol pengisian dan pemakaian baterai. Analisis State of Charge (SOC), tegangan operasi baterai, dan state control baterai akan ditampilkan dan dibahas. Hasil simulasi menunjukkan bahwa baterai mampu di charge dan discharge pada radiasi tertentu dengan tegangan sistem yang diperlukan. Baterai mampu memberikan 200kW saat pemakaian.
Electrical energy is the result of many conversion methods, such from heat energy conversion, kinetic energy conversion, wind energy conversion, etc., and it has been possible to convert solar energy directly to electrical energy with the help of photovoltaic modules. But since sun does not shine all the time or with equal intensity it is necessary to store any excess electrical energy produced during the day for later use. To store this excess electrical energy, we can create a system that saves the excess energy by storing it in an Electrical Storage System (ESS). In this thesis, the EES includes a battery that can store excess energy but at the same time be able to draw energy at any time of the day, depending on the load power requirement. The target of this thesis is to create an electrical storage system that can be connected in an existing PV power generation. The system should include the battery's charging and discharging control. An analysis of the battery's state of charge (SOC), battery?s operating voltage, and battery state control will be discussed. The result of the simulation shows that the battery is able to charge and discharge at a certain irradiance with the required system voltage. Battery is able to supply 200 kW when discharging.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62940
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramanda Dwi Putra
Abstrak :

Sektor transportasi adalah sektor konsumsi energi minyak terbesar dan penghasil emisi gas terbesar kedua di Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, Pemerintah Indonesia mengeluarkan keputusan presiden untuk mobil listrik di Indonesia, yang menargetkan untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Beberapa kendala akan dihadapi dalam mengadopsi kendaraan listrik di Indonesia, salah satunya adalah kesiapan stasiun pengisian kendaraan listrik. Dengan nilai investasi tinggi dan beragam teknologi pengisian memaksa pemerintah untuk dapat memilih teknologi yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memilih alternatif terbaik untuk memberikan rekomendasi bagi pemerintah Indonesia dalam memilih jenis stasiun pengisian yang tepat untuk Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, model berbasis hirarki telah dikembangkan dengan mempertimbangkan sembilan kriteria dan tiga alternatif, yaitu bertukar baterai, induktif, dan konduktif. Penelitian ini menggunakan metode gabungan dari proses hierarki analitik (AHP) dan teknik untuk preferensi pesanan dengan kemiripan dengan solusi ideal (TOPSIS). Analisis mengungkapkan bahwa alternatif pengisian konduktif memegang peringkat pertama di antara semua alternatif yang dipertimbangkan.

 


The transportation sector is the largest oil energy-consuming sector and the second-largest emitter of gas emissions in Indonesia. To overcome this, the Government of Indonesia issued a presidential decree for electric cars in Indonesia, which targets to accelerate the adoption of electric vehicles in Indonesia. Several obstacles will be faced in adopting an electric vehicle in Indonesia, one of which is the readiness of an electric vehicle charging station. With a high investment value and a variety of charging technology forces the government to be able to choose the right technology. The objective of this research is to select the best alternative to provide recommendations for the Indonesian government in choosing the right type of charging station technology for Indonesia. In order to accomplish the aim, a hierarchy-based model has been developed by considering nine criteria and three alternatives, namely battery swapping, inductive, and conductive. This research uses the combined method of analytic hierarchy process (AHP) and technique for order preference by similarity to ideal solution (TOPSIS). Analysis reveals that the alternative, ‘Conductive Charging,’ holds the first rank among all considered alternatives.

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Hendra Setiawan Nugraha
Abstrak :
Kendaraan Listrik saat ini tengah digencarkan oleh pemerintah Indonesia karena kelebihannya untuk tidak menghasilkan emisi karbon dioksida. Kendaraan listrik memanfaatkan baterai sebagai sumber energi utama untuk menggerakan motor dan perangkat listrik yang digunakan. Pengisian ulang perlu dilakukan oleh baterai dikarenakan energi listrik yang terkandung akan habis diserap oleh komponen-komponen listrik yang digunakan. Perangkat pengisian baterai akan menerima energi listrik dari Jaringan Listrik Distribusi dengan sistem tegangan AC tiga fasa dan mengonversikannya menjadi sistem tegangan DC. Konversi tegangan tersebut akan dilakukan oleh perangkat yang disebut sebagai rectifier. Topologi 2 – level converter akan digunakan karena kemampuannya untuk mencapai sistem dengan unity power factor dan rendahnya tingkat harmonik arus. Metode kendali berorientasi tegangan dipilih dikarenakan tingkat dinamika yang tinggi serta performa statis yang baik melalui pengendalian arus lingkaran dalam. Pemilihan nilai parameter merupakan hal yang krusial dikarenakan dapat mempengaruhi kestabilan sistem. Pemodelan, simulasi, dan analisis sistem secara matematis perlu dilakukan sehingga sistem tetap berada di rentang kestabilan sesuai dengan batasan spesifikasi yang telah diperoleh. ......The Indonesian government is currently intensifying electric vehicles because of their advantages of not producing carbon dioxide emissions. Electric vehicles utilize batteries as the primary energy source to drive motors and electrical devices used. The battery's recharging needs to be done by the battery because the electrical energy will be entirely absorbed by the electrical components used. The battery charging device will receive electrical energy from the Distribution Electric Network with a three-phase AC voltage system and convert it into a DC voltage system. The voltage conversion will be carried out by a device called a rectifier. The 2-level converter topology will be used to achieve a system with a unity power factor and low current harmonic levels. The voltage-oriented control method was chosen due to its high dynamics level and good static performance through inner circle current control. The selection of parameter values is crucial because it can affect the stability of the system. Mathematical modeling, simulation, and analysis of the system need to be carried out to remain in the stability range according to the specification limits obtained.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Dumaria
Abstrak :
Abstrak
BPK sebagai satu satunya lembaga audit eksternal sejajar dengan lembaga tinggi negara lainnya yang memeriksa pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara seharusnya jauh dari kepentingan partai politik manapunyang menyeret pada kasus kasus korupsi. Akhir-akhir ini Anggota BPK banyak terseret isu kepentingan politis bahkan menjadi tersangka kasus korupsi. Dalam rangka menjadikan BPK menjadi lembaga audit profesional dan independen maka pengisian jabatan Anggota BPK harus jauh dari kepentingan politis. Tulian ini menganalisis permasalahan utama yakni menganalisis perkembangan pengaturan pengisian jabatan Anggota BPK. Setelah melakukan analisis maka dapat disimpulkan bahwa Pengisian jabatan Anggota BPK dari masa kemasa mengalami perkembangan yang sangat pesat baik dalam hal mekanisme dan masa jabatan.
Depok: Badan Penerbit FHUI, 2017
340 JHP 47:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>