Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
Roselinda
"Angka kejadian seksio sesarea dalam kurun waktu dua dekade terakhir ini dilaporkan meningkat. Karena kemudahannya ada kecenderungan untuk melakukan SC tanpa dasar yang cukup kuat. Peningkatan SC dengan dasar indikasi yang tidak jelas mendorong Depkes RI mengeluarkan surat edaran guna menekan tindakan SC di RS rujukan/RS pendidikan sampai dibawah 20 %. Berdasarkan pada kenyataan ini, perlu dilakukan penelitian tentang faktor risiko yang berhubungan dengan SC tidak standar yang merupakan analisis terhadap data rekam medis ibu melahirkan di RS MH Thamrin Cileungsi Kabupaten Bogor Januari 2001 s/d Mei 2002.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian SC tidak standar yaitu umur ibu, paritas, masa kerja ahli kebidanan, status rujukan, kelas perawatan, cara pembayaran, perawatan pasca operasi dan kedaruratan.
Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol dengan jumlah sampel yang digunakan sebesar 276 ibu bersalin dengan tindakan SC di RS MH Thamrin Cileungsi. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2002, dengan menggunakan lembaran pengumpul data yang dikembangkan sesuai dengan variabel yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan SC tidak standar berhubungan bermakna secara statistik dengan variabel: masa kerja ahli kebidanan (OR = 0,39 p value = 0,014 95% Cl = 0,19 - 0,83), perawatan pasca operasi (OR = 5,79 p value = 0,000 95% Cl = 3,34 - 10,02).
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara perawatan pasca operasi dengan SC tidak standar, ibu dengan perawatan pasca operasi di luar RS berisiko 5,8 kali lebih besar untuk mengalami SC tidak standar. Tindakan promosi kualitas rekam medis perlu dilakukan, terutama bagi kasus dengan perawatan pasca operasi di luar RS.
Factors Related to Non Standard SC in MH. Thamrin Hospital Cileungsi January 2001 - May 2002Number of SC was reported increased in the last two decades. Because of this easiness, it was tendency to increase SC, which not base strong enough. The improvement SC that not base real indications to push. Dept. of Health RI for takes out document for push down SC in Reconciliation Hospital/Educational Hospital until less than 20 %. Based on these facts were need to do research on learn the risk factors related to non standard SC, which to analyzed mother giving birth medical record in MH.Thamrin Hospital Cileungsi in Bogor district January 2001,until May 2002.
The aim of this research to know factors related to non standard SC, there are age, parity, duration of obgyn working state of reconciliation, class of treatment, treatment of after operation, and state of emergency.
This research was made by using case control study with 276 sample size with SC status in MH. Thamrin Hospital Cileungsi. Data collection has done in June 2002, using by form of data collection, which developed appropriate with analyzed variables.
The result of this research showed that non-standard SC is was statistically significant with duration of obgyn working (OR = 0,39, 95% Cl 0,19 - 0,83), after operation treatment (OR = 5,79 95 % CI = 3.34 - 10,02).
The conclusion that there was correlation treatment of after operation with non standard SC, mother whom has treatment of after operation outside of Hospital has 5,8 greater risk for non standard SC. Promotion to quality of medical record in need of continuous by health provider, especially to patient whom get treatment after operation outside the hospital.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11190
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Rahmadi
"ABSTRAK
Tujuan Penelitian: Untuk melihat keakuratan koding diagnosis dan prosedur medis serta faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan klaim INA CBGs RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Metode: Deskriptif observasional, simple random sampling, perhitungan kuantitatif menggunakan data retrospektif, data resume medis elektronik pasien.
Hasil: Didapatkan 43% coding diagnosis utama oleh dokter tidak sesuai. 62% koding diagnosis sekunder DPJP tidak sesuai, namun mengalami perbaikan setelah dilakukan reseleksi dan entry data oleh coder sebesar 97%. Kesesuaian coding prosedur medis sebesar 98% dan 100% grouper yang sesuai, tapi masih ditemukan kesalahan coding dan severity level sebesar 27,7%. Akibat ketidaksesuaian coding dan grouping severity level menimbulkan kerugian Rp 584.099 per kasus pada tahun 2016, dan bila dihitung berdasarkan biaya riil terhadap klaim INA CBGs maka didapatkan selisih negatif yang jauh lebih besar yaitu Rp 17.263.241 per kasus.
Kesimpulan: Penyebab kerugian klaim RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo diakibatkan ketidakcermatan dokter dalam penulisan resume medis elektronik dan coding, serta diperburuk oleh ketidaktelitian coder dalam melakukan reseleksi dan prosedur entry coding.

ABSTRACT
Objective : To know the accuracy of diagnostic coding, medical procedures and factors affecting the difference in claims of hospital INA CBGs and BPJS Health
Methods: observational descriptive, simple random sampling methode,retrospective data sourced from patient's electronic medical resume .
Results: 43% of the principal diagnosis codes were not appropriate. 62% of secondary diagnosis codes by Doctor are not appropriate, but improved to 97% after the reselection and data entry by the coder.The suitability of medical procedures coding reaches 98% and 100% accuracy of diagnosis grouping. However, there is still 27.7% cases of difference in severity level due to mismatch of coding and causing potential loss of Rp 584.099 IDR each case during period of 2016, If calculated based on the ratio of hospital real cost tariff to the INA CBGs claims, there will be a much larger negative difference of 17.263.241 IDR each case.
Conclusion: Causes of negative claims (loss) of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo with BPJS payments due to incompleteness in electronic medical resume input and bad coding standard, and continued with the coder s inaccuracy in reselection diagnosis and data entry that causes potential losses."
2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arifuddin Djuanna
"Seorang ibu primigravida berumur 20 tahun hamil 38 minggu dengan komplikasi tumor uterus intraligamenter kiri yang besar dan padat. Operasi dimulai dengan seksio sesarea untuk melahirkan bayi. Diberikan uterotonika intramural dan kontraksi uterus baik; diberikan infus oksitosin intra dan postoperatif selama 24 jam. Teknik jahitan ?double circle? dilakukan pada bagian lateral mioma sebelum miomektomi. Tidak diberikan transfusi darah. Histopatologinya adalah leiomioma. Pasien tersebut pulang dalam keadaan sehat 4 hari setelah operasi. (Med J Indones 2004; 13: 66-8)

A 20-year-old primigravida with 38th weeks of gestation complicated with a left large solid intraligamentous uterine tumor. The operation started with lower segment cesarean section to delivere the fetus. Intramural uterotonica was given and the uterus contracted well; intra- and up to 24 hours post-operatively oxytocin infusion was administered. Double circle stitching technique was performed on lateral side of the mioma before starting myomectomy. No blood transfusion was given. The histopatological report was leiomyoma. She was discharged in healthy condition 4 days post-operatively. (Med J Indones 2004; 13: 66-8)"
2004
MJIN-13-1-JanMar2004-66
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Echa Aisyah
"Pemberian antibiotik profilaksis pada operasi seksio sesarea sangat dianjurkan.Menurut pedoman umum penggunaan antibiotik obat dipilih atas dasar keamanan danefektivitas biaya. Evaluasi ekonomi ini menggunakan metode alongside observationalstudy, data dikumpulkan selama bulan April ndash;Mei 2017 secara prospektif mencakup 60pasien dengan operasi seksio sesarea yang mendapatkan antibiotik profilaksis,membandingkan efektivitas biaya antara Cefotaxime dan Ceftriaxone. Hasil ujistatistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik pada 60 pasien tersebut.Analisis menggunakan perspektif rumah sakit, dilaksanakan di rumah sakit milikPemerintah di Jawa Barat.
Hasil Systematic Review menunjukkan bahwa tidak adaperbedaan efikasi pada penggunaan kedua obat tersebut. Hasil penelitian inimenkonfirmasi bahwa tidak ada perbedaan outcome klinis berupa infeksi luka operasibaik pada pasien yang mendapatkan antibiotik profilaksis Ceftriaxone maupunCefotaxime. Komponen biaya terbesar adalah biaya operasional 84,79, diikutibiaya alokasi dari unit penunjang 13,68, lalu biaya investasi 1,2 dan biayapemeliharaan 0,32. Analisis memberikan hasil biaya inkremental sebesar Rp.342.535,00 pada satu episode rawat inap. Rumah sakit memiliki potensi untukmenghemat sebesar Rp. 317.529.945,00 setahun dengan memilih antibiotik profilaksisCefotaxime pada pasien operasi seksio sesarea.

Prophylactic antibiotic for patients with caesarean section surgery is highlyrecommended in the clinical guideline. The use of antibiotics is selected by usingcriteria safety and cost effectiveness. This economic evaluation was using alongsideobservational study method, prospective data was collected from April to May 2017covering 60 patients with cesarean section surgery who received prophylaxisantibiotics, comparing cost effectiveness between Cefotaxime and Ceftriaxone. Thestatistical test showed that there was no differences of characteristics in the 60 patients. The analysis based on hospital perspective, carried out in a public hospital in WestJava.
The Systematic Review showed that there were no difference in the efficacy ofthe drugs. This study confirmed that there was no difference in clinical outcome onsurgical wound infections either in patient who received Ceftriaxone prophylaxis orCefotaxime. The greatest component of the cost was the operational cost 84,79 ,followed by the indirect cost 13,68 , investment cost 1,2 , and maintenance cost 0,32 . The analysis suggested the incremental cost was IDR 342.535 in one episodeof treatment. Hospital would save cost of IDR 317.529.945 a year by choosingCefotaxime prophylactic antibiotics for patients with cesarean section surgery.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Trends of cesarean section trend in Indonesia (2007-2012) have doubled the risk of long-term and short-term health problems. This study was aimed to determine relation between antenatal care provider and cesarean section. This quantitative study used cross-sectional design with a total sample of 5,143 women aged 15-49 years who gave birth to the last child through cesarean section or not as in urban areas selected in samples of 2012 Indonesia Demographic and Health Survey. Logistic regression multivariate analysis was used to determine relation between antenatal care provider and section cesarean, which was controlled by maternal age, antenatal care facility, parity, and place of birth. Results showed that antenatal care at obstetrician was 6.6 times higher, while antenatal care at obstetrician and midwife was 2.1 times higher for cesarean section compared to women who had antenatal care at midwife after controlled by maternal age, antenatal care facility, parity, and place of birth. There is interaction between socioeconomic status and obstetrician for a cesarean section. Regulation on cesarean section by health authority, as well as protective and preventive labor applied towards on the high economic class community may reduce unnecessary cesarean section. Trends of cesarean section trend in Indonesia (2007-2012) have doubled the risk of long-term and short-term health problems. This study was aimed to determine relation between antenatal care provider and cesarean section. This quantitative study used cross-sectional design with a total sample of 5,143 women aged 15-49 years who gave birth to the last child through cesarean section or not as in urban areas selected in samples of 2012 Indonesia Demographic and Health Survey. Logistic regression multivariate analysis was used to determine relation between antenatal care provider and section cesarean, which was controlled by maternal age, antenatal care facility, parity, and place of birth. Results showed that antenatal care at obstetrician was 6.6 times higher, while antenatal care at obstetrician and midwife was 2.1 times higher for cesarean section compared to women who had antenatal care at midwife after controlled by maternal age, antenatal care facility, parity, and place of birth. There is interaction between socioeconomic status and obstetrician for a cesarean section. Regulation on cesarean section by health authority, as well as protective and preventive labor applied towards on the high economic class community may reduce unnecessary cesarean section."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
613 KESMAS 12:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Hot Saroha
"BAB I PENDAHULUAN
A, Latar Belakang Penelitian
Ekstraksi vakum merupakan persalinan dengan tindakan yang terbanyak (23,557.) setelah seksio sesaria di RSCM (Dardiri dan Prakosa, 1996).
Hudono (1970) selama 6 tahun (1964-1969) melakukan penelitian mengenai bayi lahir dengan tindakan EV dan hasilnya:
frekwensi asfiksia (19,3%,) dan gangguan serebral/neuralogik (5,5%) lebih tinggi dari partus spontan (7,5% dan 3,3%); keadaan ibu sebelum partus dan kelainan ibu ikut menentukan morbiditas anak; angka kematian perinatal EV (4,5%) lebih tinggi dari partus spontan (1,1%).
Sejak tahun 1980 sistem RG telah dilaksanakan di RSCM (Jakarta), yaitu hanya untuk bayi lahir spontan, berat lahir 2500-4010 gram, masa gestasi 38-42 minggu, letak kepala, tanpa asfiksia, tanpa KPD, tidak ada kelainan kongenital, refleks isap baik dan keadaan ibu baik.
Suradi (1983) meneliti selama periode 1 Januari 1981 sampai dengan 31 Desember 1982, dari 2729 bayi yang memenuhi kriteria tersebut, hanya 1971 bayi saja yang dapat dirawat di fasilitas rawat gabung dan 758 bayi terpaksa dirawat pisah oleh karena terbatasnya tempat.
Dengan membandingkan kedua kelampok ini ternyata angka mortalitas, morbiditas dan lama perawatan berbeda bermakna, Lebih rendah pada bayi yang di rawat gabung (0,47%; 0,05%; 17,9%; 2,13%; 4,7 ± 2,6; 2,5 ± 1,5 hari).
Melihat kenyataan tersebut di atas maka pada tahun 1983 kapasitas rawat gabung ditambah menjadi 40 tempat tidur dan kriteria rawat gabung diperlonggar. Bayi dengan berat lahir rendah antara '2000-2500 gram dan masa gestasi antara 36-38 minggu dapat di rawat di fasilitas rawat gabung bila refleks isap baik. Demikian juga pada bayi lahir letak bokong, seksio sesaria dan EV setelah di observasi ketat di ruang transisi seiama 6-24 jam dan memenuhi syarat yang telah ditentukan, dapat dirawat gabung (Rustina dan Wiknjosastro,1984;Sami1,1986).
Pada tahun itu juga dilakukan observasi o1eh Rustina dan Wiknjosastro (1984) pada bayi yang lahir dengan tindakan (termasuk EV) yang di RG, ternyata sebagian besar (84,7X) tidak mengalami kesulitan dan ditemukan morbiditas antara lain hiperbilirubinemia (8,37..), diare (2,0%), hipoglikemi (2,0%), funikulitis (1,0'%) dan lain--lain (2,0%).
Sejak saat itu terjadi peningkatan jumlah bayi EV yang dirawat gabung (gambar L). Evaluasi rawat gabung pada bayi lahir melalui.seksia sesaria sudah dilakukan oleh Idris (1985) di RSCM dengan kesimpulan bahwa bayi yang lahir dengan tindakan seksio sesaria dapat dirawat gabung, dan rawat gabung mempengaruhi kecepatan pengeluaran ASI serta-menurunkan angka morbiditas .
Sampai saat ini belum adayang me1aporkan secara khusus bayi yang lahir dengan cara ekstraksi vakum yang dirawat gabung di RSCM?
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misrawati
"Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan grounded theory yang akan menggali lebih dalam pengalaman dan perilaku suami dalam menunggu istri melahirkan dengan seksio sesarea tidak terencana. Populasi dalam penelitian ini adalah suami yang menunggu istri melahirkan dengan seksio sesarea tidak terencana di rumah sakit Koja Jakarta. Jumlah sampel enam orang partisipan yang memenuhi kriteria inklusi dan telah mencapai saturasi data. Pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara mendalam dan telaah literatur. SeteIah analisa data kualitatif, peneliti mendapatkan lima tema, antara lain: 1. Suami merasakan cemas dan marah dalam mengambil keputusan segera terhadap persalinan seksio sesarea tanpa rencana, 2. Hal ini disebabkan karena persepsi suami terhadap ancaman keselamatan istri dan anaknya, 3. Beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah situasi & kondisi yang meningkatkan kecemasan meliputi informasi yang tidak jelas, trauma, keyakinan yang menentang seksio sesarea, belum ada pengalaman dioperasi dan tidak ada dana, serta situasi dan kondisi yang menurunkan kecemasan yaitu dukungan keluarga, teman, istri, pengalaman bekerja di lingkungan berbahaya, pengetahuan tentang seksio sesarea, budaya tradisi sebagai laki-laki dan ketersediaan dana, 4. Kondisi ini mempengaruhi perilaku suami dalam menunggu istri melahirkan, dengan strategi dan kopingnya, sehingga, 5. Suami mengharapkan tenaga kesehatan untuk memberikan informasi yang jelas, komunikatif dan bersikap tenang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa suami merasakan cemas dan marah saat memutuskan istri harus seksio sesarea segera tanpa rencana karena persepsinya terhadap ancaman keselamatan istri dan anaknya, hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor kecemasan serta informasi dan sikap tenaga kesehatan. Untuk itu perlu pelaksanaan program ketas prenatal khusus ibu beserta pasangannya dan melaksanakan asuhan keperawatan dengan melibatkan peran serta suami.

This qualitative study used grounded theory approach which explore deeper on the experience & behavior of the husband who accompany their wife during non-elective sectio-cesarean surgery. The population of this study was husbands who accompany their wife during non-elective sectio-cesarean surgery in Koja hospital Jakarta. The number of participants was 6 participants who fulfill the inclusive criteria and reached data saturation. Data collection were using observation, deep interview and following by literature study. From the qualitative analysis it is found 5 different themes, which are 1. The husbands feel anxious & upset on deciding the non-elective cesarean surgery, 2. The perception of the husband on their wife & fetus condition, 3. The influence factors to their anxious are unclear information, trauma & disbelieve on cesarean surgery, lack of experience, lack of financial, 4. The influence factors that could decrease their anxious were support system from their family, friends, their-own wife, working experience on dangerous environment, well knowledgeable on cesarean surgery, the culture tradition as a man & financial support. This condition influence to the husband behavior & coping strategy when accompany their wife. 5. The participants (husband) expect health care team could inform & explain them well, patiently & effectively about anything related to their wife. From this study it could be concluded that the husband might feel anxious & upset when they accompany their wife during non-elective sectio-cesarean surgery because of the threaten feeling of loosing their wives & child new. The anxious & upset feeling was influenced by the anxiety factors & health team performance & attitude. Therefore, it is needed to implement pre-natal class program for mother & their spouse and the implementation of nursing care with spouse involvement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T18380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>