Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Lidiawati
Abstrak :
Dewi Ladiawati. Relief Cerita Binatang di Kompieks Candi Panataran. (Di bawah bimbingan Hariani Santiko). Fakultas Sastra Universitas Indonesia. 1992. Di kompleks Candi Panataran terdapat beberapa rangkaian relief cerita binatang, yang dipahatkan di bagian-bagian tertentu suatu bangunan. Relief cerita binatang di kompleks percandian ini ada pada dinding Pendopo Teras, Candi Naga, di bagian belakang area dwarapa1a candi induk, serta pada ketiga dinding kolam. Adegan-adegan yang diwujudkan dalam bentuk relief cerita binatang di kompleks Candi Panataran, sebagian besar terdapat pula dalam kumpulan cerita binatang Jataka, Pancatantra, Hitopadeia, Hikayat Ralila dan Jamina, Tantri, serta cerita Kancil. Tampaknya ada hubungan yang erat antara adegan pada relief dengan adegan yang ada dalam naskah. Apabila pengunjung candi mengamati relief cerita binatang secara cermat, maka akan tampak nilai-nilai kebajikan yang terkandung dalam cerita-cerita tersebut. Nilai-nilai itu sangat berkaitan erat dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, seperti persahabatan, tolong-menolong, dan balas budi; yang merupakan lawan dari sifat iri dan dengki, culas, tamak, serta sifat munafik. Oleh sebab itu cerita binatang menjadi sangat menarik, sehingga banyak orang yang menyenanginya, baik dalam bentuk naskah maupun relief.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Sebagian dari masa jang lampau rupa-rupanja tidak begitu melindungi tjandi Sadjiwan. Kalau kita sekarang mengundjungi tjandi Sadjiwan, kita akan melihat sebuah bangunan, jang sebagian besar telah mendjadi puing. Kita lebih merasa sajang lagi karena dari bagian2 bangunan jang masih ada, dapat kita lihat bahwa tjandi Sadjiwan bukan sebuah tjandi jang ketjil. Kesan jang timbul pada kita djika berhadapan dengan tjandi Sadjiwan sungguh berbeda dengan kesan jang ditimbulkan oleh sebuah bangunan seperti tjandi Borobudur umpamanja. Kalau kita menudju ke Barobudur dari arah Muntilan umpamanja, dari djauh sudah dapat kita lihat sosok tubuh tjandi itu. Tenang membukit tanpa terpengaruh oleh kekerdilan manusia jang mengerumininja. Dalam kepribadiannja tersimpan rahasia alam semesta. Manusia hanja dapat merasa kagum. Lain pula kesan jang ditimbulkan oleh tjandi Plaosan atau tjandi Loro Djonggrang. Bangunan2 ditempat2 batu berserakan itu melemparkan tantangan kepada kita. Tantangan agar kita membangun kembali kemegahan bangunan2 itu jang sekarang tersimpan dalam batu2 berserakan. Sebaliknja tjandi Sardjiwan tiada dapat menimbulkan rangsang jang demikian itu. Batu2 jang berserakan disekitarnja djelas lebih sedikit daripada jang hilang dari bangunan itu. Bukan rangsang untuk membangun jang ditimbulkan, tetapi rasa putus asa. Akan tetapi, dapatkah rasa demikian itu dibenarkan? Kalaupun tjandi Sardjiwan tidak merupakan_
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1961
S12840
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library