Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wienny Lintang
"Fungi menjadi salah satu agen dalam proses deteriorasi manuskrip kuno, karena manuskrip mengandung senyawa organik sebagai sumber karbon dan nutrien bagi pertumbuhan fungi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan karakterisasi (morfologi, xerofilik, selulolitik) isolat fungi penyebab deteriorasi manuskrip kuno asal Banyumas koleksi Perpustakaan Universitas Indonesia. Dua buah sampel manuskrip kuno asal Banyumas berbahan dluwang mengalami deteriorasi oleh fungi yang terlihat dengan adanya bintik-bintik cokelat, dan perubahan warna kertas menjadi kuning kecokelatan. Hasil karakterisasi morfologi menunjukkan 31 isolat termasuk ke dalam lima genera (Aspergillus Micheli, Cladosporium Link, Curvularia Boedijn, Penicillium Link, Ulocladium Preuss), dan yeast-like fungi. Lima genera fungi tersebut sebelumnya pernah dilaporkan menyebabkan deteriorasi pada manuskrip kuno dari daerah berbeda di Indonesia. Karakter xerofilik ditunjukkan oleh 90% (28 dari 31 isolat) dengan pertumbuhan pada medium DG18 Agar, yang mengindikasikan isolat fungi dapat tumbuh pada substrat kering seperti manuskrip kuno. Karakter selulolitik ditunjukkan oleh 93,5% (29 dari 31 isolat) dengan pertumbuhan pada dluwang dan kertas merang, dan hasil degradasi kertas merang dengan berbagai bentuk. Kisaran persentase pengurangan berat kering kertas merang setelah diinokulasi oleh isolat fungi selama 30 hari adalah 0,28--51,2%. Hasil Scanning Electron Microscopy (SEM) memperlihatkan isolat fungi menyebabkan deteriorasi pada kertas merang, ditunjukkan dengan adanya struktur fungi (konidia dan hifa/miselium). Kertas mengalami perubahan bentuk dan struktur akibat pertumbuhan fungi, yaitu bentuk serat mengalami deformasi (menjadi tidak beraturan dan berukuran lebih kecil), ter-fragmentasi (menjadi terpotong), dan terlihat jaringan miselia fungi di antara serat kertas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat fungi dari manuskrip kuno asal Banyumas memiliki karakter xerofilik dan selulolitik, dan menggunakan kertas sebagai substrat dan nutrien untuk pertumbuhan. Isolat-isolat fungi dapat mendegradasi kertas merang, yang merupakan indikasi sebagai penyebab deteriorasi pada manuskrip kuno asal Banyumas.

Fungi are the main cause of deterioration of old manuscripts since manuscripts provide carbon source and nutrient for fungal growth. Isolation of fungi from deteriorated old manuscripts from Banyumas was carried out and their morphology, xerophilic, and cellulolytic nature were investigated. Two deteriorated old dluwang manuscripts showed fungal spores, brown spots, and paper discoloration. Based on morphological characteristics, 31 fungal isolates belonged to five genera (Aspergillus Micheli, Cladosporium Link, Curvularia Boedijn, Penicillium Link, Ulocladium Preuss), and yeast like-fungi. These genera have been reported from deteriorated old manuscripts from several historical places in Indonesia. Xerophilic character was shown by 90% (28 isolates) as determined by colony growth on DG18 Agar, which indicated that the fungal isolates were able to grow in dry substrates such as old manuscripts. Cellulolytic character was shown by 93.5% (29 isolates) as determined by fungal growth on dluwang paper and merang paper, and various forms of degradation of merang paper. After 30 days-incubation, the weight loss percentage of merang paper was 0.28—51.2%. Result from Scanning Electron Microscopy (SEM) showed that the fungal isolates caused the deterioration of merang paper as shown by the presence of fungal structures (conidia and hyphae/mycelia). Structure and shape of merang paper were changed as shown by smaller or irregular paper fibers, fragmented, or disjointed fibers, and fungal mycelia network amongst the paper fibers. These results showed that fungal isolates from old manuscripts from Banyumas have xerophilic and celulloytic natures and used papers as carbon sources and substrates for growth. The fungal isolates were able to deteriorate merang paper, which indicated that they caused deterioration on old manuscripts from Banyumas, Indonesia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pemgetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle
"Penelitian bertujuan untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan menguji kemampuan kapang selulolitik dari lima manuskrip daluang asal Perpustakaan FIB UI. Hasil isolasi pada medium PCA menghasilkan 19 isolat kapang, sedangkan isolasi pada medium DG18 menghasilkan 15 isolat kapang xerofilik. Sebanyak 15 isolat kapang memiliki kemampuan tumbuh pada kertas daluang, sedangkan 14 isolat dapat menggunakan CarboxyMethyl Cellulose (CMC) dan Congo red yang mengindikasikan dapat menghasilkan endoglukanase. Hasil identifikasi konvensional berdasarkan karakter morfologi menunjukkan 4 isolat merupakan genus Aspergillus, 8 isolat merupakan genus Penicillium, 1 isolat merupakan genus Fraseriella, dan 2 isolat merupakan mycelia sterilia.

This research was to isolate fungi from old daluang manuscripts from Library of Faculty of Humanities University of Indonesia, to investigate cellulolytic isolates and to identify the isolates. Nineteen mould isolates were obtained on medium PCA, whilst fifteen xerophilic mould isolates were obtained on medium DG18 agar. Fifteen isolates were able to grow on daluang paper. Fourteen isolates were able to grow on Carboxymethyl Cellulose (CMC) and Congo red indicating they have endoglucanase. Identification by conventional method showed that 4 isolates were Aspergillus, 8 isolates were Penicillium, 1 isolate were Fraseriella, and 2 isolates were mycelia sterilia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43553
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahayu
"Pengomposan merupakan salah satu opsi teknologi yang efisien dan ramah lingkungan dalam penanganan limbah lumpur IPAL. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas fisik-kimia kompos, aktivitas mikroorganisme dan enzim, serta pengaruh parameter fisik-kimia terhadap aktivitas mikroorganisme dan enzim selama proses pengomposan lumpur dengan bulking agent sampah daun. Pengomposan menggunakan sistem open windrow selama 48 hari dengan campuran lumpur dan bulking agent 1:1 dan 2:3 untuk Kompos 1 dan 2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur kompos berada pada rentang 28o-37,5oC, namun pengomposan mampu mengurangi total koliform hingga mencapai 99,92% dan 99,96% pada Kompos 1 dan 2. Kualitas akhir pH, C/N, dan fecal koliform pada kompos secara umum telah memenuhi kriteria kompos matang (SNI No 19/2004). Aktivitas bakteri proteolitik dan selulolitik terus meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke-34 dengan jumlah mencapai 1010 dan 1012 CFU/gram. Parameter pH, rasio C/N, kadar air, dan kadar volatil memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap aktivitas mikroorganisme dan enzim kompos (p<0,1).

Composting is one of technology options that can be considered as an alternative treatment to sewage sludge. The aimed of this study was to analyze the changes in physico-chemical parameters, microbial and enzyme activities, and effect of physico-chemical parameters on microbial and enzyme activities during the composting of sewage sludge and leaves as the bulking agents. The composting process was carried out for 48 days and use open windrow system. The mixture of sewage sludge and bulking agents for Compost 1 and 2 were 1 : 1 and 2 : 3, respectively.
The results showed that values for temperature ranged from 28o-37,5oC, yet it could reduce total coliform up to 99.92% and 99.96% for Compost 1 and 2. The quality compost on pH, C/N ratio, and fecal coliform generally have met the criteria as mature compost (SNI No. 19/2004). Proteolytic and cellulolytic bacterial activities tended to increase and reached peak value up to 1010 and 1012 CFU/gram on the 34th day. Parameters of pH, C/N ratio, moisture content, and volatile solid have a more significant effect on the microbial and enzyme activities (p<0,1)"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44451
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arni Setianingsih
"Kelompok Actinobacteria berfilamen merupakan bakteri Gram positif yang beberapa anggotanya diketahui memiliki kemampuan mendegradasi selulosa dengan menghasilkan selulase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tumbuh isolat Actinobacteria-like GL1-2, GL1-9, dan GL1-12 pada variasi media agar (ISP 1, ISP 2, ISP 3, dan modified Bennett’s) dan suhu (25, 30, 35, 40, 45, 50, dan 55°C), serta mengetahui kemampuan selulolitiknya pada substrat 1% CMC di berbagai suhu (30, 35, 40, 45, 50, dan 55°C). Kemampuan selulolitik diuji dengan menginokulasi biakan pada medium agar minimal (Mm) dengan penambahan 1% CMC, kemudian diinkubasi pada berbagai suhu selama 3, 7, dan 14 hari. Kemampuan selulolitik diamati dengan terbentuknya zona bening di sekitar koloni setelah ditetesi 0,1% Congo red dan dibilas dengan larutan NaCl 1 M. Isolat GL1-2 dan GL1-9 menunjukkan pertumbuhan miselium substrat dalam jumlah banyak pada semua medium yang diuji, namun sporulasi penuh hanya teramati pada medium ISP 1 agar dan MBA. Isolat GL1-12 menunjukkan pertumbuhan miselium substrat yang baik kecuali pada medium ISP 2 agar, namun sporulasi hanya teramati pada medium ISP 3 agar. Suhu pertumbuhan isolat GL1-2 dan GL1-9 berkisar antara 30--55°C, sedangkan GL1-12 berkisar antara 35--55°C. Hasil uji kemampuan selulolitik menunjukkan bahwa isolat GL1-2 dan GL19 memiliki kemampuan mendegradasi 1% CMC pada suhu 30, 35, 40, 45, 50, dan 55°C. Isolat GL1-12 memiliki kemampuan selulolitik pada suhu 40, 45, 50, dan 55°C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga isolat Actinobacteria-like dari serasah di kawasan sumber air panas gunung Galunggung memiliki potensi menghasilkan enzim selulase di berbagai suhu yang diuji.

Members of Gram-positive filamentous Actinobacteria are some recognized for their ability to degrade cellulose by producing cellulase. This study aimed to determine the growth ability of three Actinobacteria-like isolates (designated isolates GL1-2, GL19, and GL1-12) obtained from litter samples of mount Galunggung hot spring, Tasikmalaya, West Java, on various agar media (ISP 1, ISP 2, ISP 3, and modified Bennett’s) and temperatures (25, 30, 35, 40, 45, 50, 55°C), along with their cellulolytic ability on 1% carboxymethyl cellulose (CMC) as substrate. Cellulolytic ability was tested by inoculating the cultures on minimal (Mm) agar plates with the addition of 1% CMC, and incubated at various temperatures (30, 35, 40, 45, 50, and 55°C) for 3, 7, and 14-days. Cellulolytic ability was observed as formation of clear zone surrounding the colonies after being flooded with 0.1% Congo red and rinsed with 1 M NaCl solution. The results showed that isolates GL1-2 and GL1-9 have abundant substrate mycelia formation on all media tested, while optimal sporulation was only observed on ISP 1 agar and MBA. Isolate GL1-12 showed good growth of substrate mycelia except on ISP 2 agar, however sporulation was poorly observed only on ISP 3 agar. Growth temperatures of isolates GL1-2 and GL1-9 were ranging from 30 to 55°C, while GL112 was ranging from 35 to 55°C. Isolates GL1-2 and GL1-9 have the ability to degrade 1% CMC at 30, 35, 40, 45, 50, and 55°C. Isolate GL1-12 has celulolytic ability at temperatures of 40, 45, 50, and 55°C. This study revealed that Actinobacteria-like isolates obtained from litter samples of mount Galunggung hot spring, Tasikmalaya are potential cellulase-producers on various tested temperatures.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Natalius
"Penelitian bertujuan mengisolasi kapang manuskrip kuno kertas Eropa asal Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, mengetahui kemampuan kapang-kapang tersebut tumbuh pada kertas Eropa dan kemampuan selulolitiknya, serta mengidentifikasinya. Hasil isolasi dan pemurnian pada medium DG 18 menghasilkan 11 isolat kapang. Penapisan isolatisolat menunjukkan 9 isolat memiliki kemampuan tumbuh pada substrat kertas Eropa. Penapisan menggunakan Carboxymethyl Cellulose (CMC) dan Congo red memberikan indikasi delapan isolat memiliki enzim selulase berupa endoglukanase.
Hasil identifikasi konvensional berdasarkan karakter morfologi menunjukkan kapang-kapang tersebut adalah Aspergillus E.FIB.UI.1.1.2, Aspergillus E.FIB.UI.1.2, Aspergillus E.FIB.UI.4.2, Aspergillus E.FIB.UI.5.3, Penicillium E.FIB.UI.2.1.1, Penicillium E.FIB.UI.2.1.2, Penicillium E.FIB.UI.2.8, mycelia sterilia E.FIB.UI.1.1.1, dan mycelia sterilia E.FIB.UI.3.3.

This research was to isolate fungi from the Library of Faculty of Humanities of Universitas Indonesia, to screen cellulolytic isolates that grow on old manuscripts of European papers and to identify the isolates. Eleven mould isolates were obtained on medium DG 18 Agar. Nine isolates were able to grow on European papers. Eight isolates were able to grow on Carboxymethyl Cellulose (CMC) and Congo red indicating they have endoglucanase.
Identification by conventional method showed that they were Aspergillus E.FIB.UI.1.1.2, Aspergillus E.FIB.UI.1.2, Aspergillus E.FIB.UI.4.2, Aspergillus E.FIB.UI.5.3, Penicillium E.FIB.UI.2.1.1, Penicillium E.FIB.UI.2.1.2, Penicillium E.FIB.UI.2.8, mycelia sterilia E.FIB.UI.1.1.1, and mycelia sterilia E.FIB.UI.3.3.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42963
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Eka Pratama
"Semakin berkembangnya zaman, membuat pembangunan infrastruktur harus dapat dilakukan di berbagai tempat, begitu pun pada tanah gambut. Akan tetapi, tanah gambut merupakan salah satu jenis tanah yang memiliki kekuatan yang buruk dan kurang baik sebagai dasar konstruksi sipil. Oleh karena itu, diperlukan sebuah usaha untuk stabilisasi atau meningkatkan daya dukung tanah gambut, yaitu pada penelitian ini akan dilakukan penambahan mikroorganisme selulolitik pada tanah gambut yang bertujuan untuk menguraikan atau mendekomposisi senyawa organik berupa serat dan selulosa menjadi senyawa anorganik yang lebih sederhana dan padat. Volume mikroorganisme yang ditambahkan adalah sebesar 10% dari volume tanah dalam wadah per tahap dari total 2 tahap injeksi dan masa fermentasi selama 65 hari. Pengujian kekuatan tanah yang dilakukan adalah uji triaksial Consolidated Undrained (CU) dan Unconsolidated Undrained (UU). Setelah dilakukan injeksi mikroorganisme dan fermentasi, didapatkan hasil peningkatan parameter kuat geser tanah gambut yaitu, nilai kohesi dan sudut geser.

As the time goes by, constructing infrastructure must be able to do in various places, even on the peat soil area. However, peat soil is a type of soil which have a low strength and not good enough as a base of civil construction. According to that condition, it takes an effort to stabilize or increase the bearing capacity of peat soil, this study will be use the addition of cellulolytic microorganisms in peat soil that aims to decompose the fiber and cellulose into solid and simpler organic compounds. Volume of microorganisms that are added is equal to 10% of the total volume of soil in the container per stage of total 2 stages and with fermentation period for 65 days. The soil strength test which was conducted in this experiment is Consolidated Undrained (CU) and Unconsolidated Undrained (UU) triaxial tests. After the injection of microorganisms and 65 days fermentation, the result showed an increasing in shear strength of peat soil parameters, the value of cohesion and friction angle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akram Yonda Putra
"Tanah gambut adalah material organik yang berasal dari campuran fragmen-fragmen tumbuhan yang telahmembusuk akibat air endapan dan terbentuk dalam tanah basah yang berubah secara kimia akibat pengaruhcuaca, kondisi topografi, sirkulasi oksigen yang kurang bagus ,dan proses dekomposisi oleh bakteri danmikroorganisme lain di dalam tanah yang tidak sempurna. Tanah gambut termasuk tanah yang bermasalah danpersebarannya banyak ditemukan di beberapa daerah yang memiliki sungai dan rawa lebih banyak seperti diSumatera, Kalimantan dan Papua. Luas tanah gambut di Sumatera Selatan terbanyak kedua yakni 1.43 jutahektar dari 7.14 juta hektar lahan gambut di Sumatera. Untuk mengatasi permasalahan pada tanah gambutdilakukan upaya penstabilan dengan mikroorganisme selulolitik. Uji yang dilakukan sama dengan Pandamean 2014 yaitu dengan uji konsolidasi. Dari uji yang dilkukan dilihat pengaruh perubahan metode injeksi danpenambahan waktu fermentasi terhadap parameter dasar serta parameter kompresibilitas sampel. Dari hasil uji,perubahan metode injeksi serta waktu fermentasi tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan nilai parameterdasar, akan tetapi terdapat perubahan yang cukup besar pada nilai Cc 0.34 berbanding 1.96 dan nilai C 0.01 berbanding 0.02.

Peat soil is an organic material derived from a mixture of plant fragments that have been decomposed due tosediment water and formed in wet soils that change chemically due to weather effects, topographical conditions,poor oxygen circulation, and decomposition by other bacteria and microorganisms in imperfect soil. Peat soils isone of the problematic soils and their distribution is found in areas with more rivers and swamps such asSumatra, Kalimantan and Papua. The peat soil area in South Sumatra is the second largest area in Sumatra 1.43million hectares of 7.14 million hectares of peatland in Sumatra. To solve the problems of the peat soil, theresearcher do a study about a stability efforts with cellulolytic microorganisms. The test performed is the same asPandamean 2014 by consolidation test. From the test we know that the effect of the injection method changeand the addition of fermentation time to the basic and compressibility parameters. From the test result, thechange of injection method and increasing of fermentation time did not significantly affect the value of the basicparameters, but there was a considerable change in the value of Cc 0.34 versus 1.96 and the C value 0.01 versus 0.02.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arni Setianingsih
"Kelompok Actinobacteria berfilamen merupakan bakteri Gram positif yang beberapa anggotanya diketahui memiliki kemampuan mendegradasi selulosa dengan menghasilkan selulase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tumbuh isolat Actinobacteria-like GL1-2, GL1-9, dan GL1-12 pada variasi media agar (ISP 1, ISP 2, ISP 3, dan modified Bennett’s) dan suhu (25, 30, 35, 40, 45, 50, dan 55°C), serta mengetahui kemampuan selulolitiknya pada substrat 1% CMC di berbagai suhu (30, 35, 40, 45, 50, dan 55°C). Kemampuan selulolitik diuji dengan menginokulasi biakan pada medium agar minimal (Mm) dengan penambahan 1% CMC, kemudian diinkubasi pada berbagai suhu selama 3, 7, dan 14 hari. Kemampuan selulolitik diamati dengan terbentuknya zona bening di sekitar koloni setelah ditetesi 0,1% Congo red dan dibilas dengan larutan NaCl 1 M. Isolat GL1-2 dan GL1-9 menunjukkan pertumbuhan miselium substrat dalam jumlah banyak pada semua medium yang diuji, namun sporulasi penuh hanya teramati pada medium ISP 1 agar dan MBA. Isolat GL1-12 menunjukkan pertumbuhan miselium substrat yang baik kecuali pada medium ISP 2 agar, namun sporulasi hanya teramati pada medium ISP 3 agar. Suhu pertumbuhan isolat GL1-2 dan GL1-9 berkisar antara 30--55°C, sedangkan GL1-12 berkisar antara 35--55°C. Hasil uji kemampuan selulolitik menunjukkan bahwa isolat GL1-2 dan GL1- 9 memiliki kemampuan mendegradasi 1% CMC pada suhu 30, 35, 40, 45, 50, dan 55°C. Isolat GL1-12 memiliki kemampuan selulolitik pada suhu 40, 45, 50, dan 55°C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga isolat Actinobacteria-like dari serasah di kawasan sumber air panas gunung Galunggung memiliki potensi menghasilkan enzim selulase di berbagai suhu yang diuji.

Members of Gram-positive filamentous Actinobacteria are some recognized for their ability to degrade cellulose by producing cellulase. This study aimed to determine the growth ability of three Actinobacteria-like isolates (designated isolates GL1-2, GL1- 9, and GL1-12) obtained from litter samples of mount Galunggung hot spring, Tasikmalaya, West Java, on various agar media (ISP 1, ISP 2, ISP 3, and modified Bennett’s) and temperatures (25, 30, 35, 40, 45, 50, 55°C), along with their cellulolytic ability on 1% carboxymethyl cellulose (CMC) as substrate. Cellulolytic ability was tested by inoculating the cultures on minimal (Mm) agar plates with the addition of 1% CMC, and incubated at various temperatures (30, 35, 40, 45, 50, and 55°C) for 3, 7, and 14-days. Cellulolytic ability was observed as formation of clear zone surrounding the colonies after being flooded with 0.1% Congo red and rinsed with 1 M NaCl solution. The results showed that isolates GL1-2 and GL1-9 have abundant substrate mycelia formation on all media tested, while optimal sporulation was only observed on ISP 1 agar and MBA. Isolate GL1-12 showed good growth of substrate mycelia except on ISP 2 agar, however sporulation was poorly observed only on ISP 3 agar. Growth temperatures of isolates GL1-2 and GL1-9 were ranging from 30 to 55°C, while GL1- 12 was ranging from 35 to 55°C. Isolates GL1-2 and GL1-9 have the ability to degrade 1% CMC at 30, 35, 40, 45, 50, and 55°C. Isolate GL1-12 has celulolytic ability at temperatures of 40, 45, 50, and 55°C. This study revealed that Actinobacteria-like isolates obtained from litter samples of mount Galunggung hot spring, Tasikmalaya are potential cellulase-producers on various tested temperatures."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library