Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lumban Tobing, Jephtah Furano
"Pendahuluan: Sekretom sel punca mesenkimal dipercaya mengandung faktor pertumbuhan yang bekerja melalui mekanisme parakrin di situs cedera. Di antara banyaknya faktor-faktor pertumbuhan, beberapa disinyalir memiliki efek osteogenik antara lain bone morphogenetic protein-2 (BMP-2), epidermal growth factor (EGF), dan vascular endothelial growth factor (VEGF).
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kuantitas BMP-2, EGF dan VEGF pada sekretom sel punca mesenkimal jaringan adiposa dan tali pusat.
Metode: Sampel sekretom dari sel punca mesenkimal jaringan adiposa dan tali pusat dibedakan berdasarkan perlakuan pemberian serum atau non serum dan waktu pengambilan saat penggantian medium terakhir atau saat panen, dan dianalisa dengan metode ELISA sandwich assay menggunakan Human BMP-2, VEGF, and EGF ELISA Kits.
Hasil: Sebaran nilai BMP-2 tersentrasi pada nilai 0 pada sekretom jaringan adiposa maupun tali pusat. Kadar EGF dan VEGF memiliki perbedaan bermakna pada sampel jaringan adiposa yang berbeda (p<0,009 dan p<0,005). Kadar EGF dan VEGF pada jaringan adiposa adalah 2,67 (0-22,53) dan 1473,5 (136,1-5335) sedangkan pada jaringan tali pusat adalah 2,67 (0-13,29) dan 0 (0-1675).
Kesimpulan: Sekretom jaringan adiposa dan tali pusat kemungkinan hanya mengandung BMP-2 dalam nilai yang sangat rendah. Baik jaringan adiposa maupun jaringan tali pusat mengandung EGF dalam jumlah yang moderat. Kadar VEGF pada jaringan adiposa secara signifikan lebih tinggi.

Background: The secretome derived from mesenchymal stem cells has been suggested contain growth factors that works via a paracrine mechanism in the injured area. Of these factors, some are thought to have an osteogenic effect, including bone morphogenetic protein-2 (BMP-2), epidermal growth factor (EGF), and vascular endothelial growth factor (VEGF).
Objective: The aim of this study is to identify the quantity of BMP-2, EGF, VEGF in secretome from adipose tissue (AT-MSC) and umbilical cord-derived mesenchymal stem cells (UC-MSC).
Methods: Secretome samples from AT-MSC and UC-MSC were grouped based on serum administration and harvesting time, and were analyzed with an ELISA sandwich assay method using Human BMP-2, VEGF, and EGF ELISA Kits. This study aims to identify whether BMP-2 is contained in the secretome of AT-MSC and UC-MSC, which has never been reported before, and to measure the level of EGF and VEGF within the secretome.
Results: The distribution of value for BMP-2 was nearly zero in the secretome of AT-MSC and UC-MSC. The level of EGF and VEGF were significantly different between different donor samples of AT-MSC (p<0,009 and p<0,005). The level of EGF and VEGF of AT-MSC are 2,67 (0-22,53) and 1473,5 (136,1-5335) compare to 2,67 (0-13,29) and 0 (0-1675) of UC-MSC.
Conclusion: The secretome of AT-MSC and UC-MSC may contain BMP-2 in a very low level. Both AT-MSC and UC-MSC contain EGF in moderate amount. VEGF is significantly higher in of AT-MSC.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qolby Sabrina
"Electro Capacitive Cancer Therapy (ECCT) telah dikembangkan untuk terapi kanker payudara dengan medan elektrostatik dari gelombang sinyal yang berasal dari elektroda kapasitif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan nilai beda potensial dan output gelombang sinyal yang dihsilkan ECCT terhadap pertumbuhan sel kanker dan cidera sel yang menyebabkan kematian sel. Dilakukan eksperimen in vitro menggunakan cell line MCF-7 (kanker payudara manusia) selama 24, 48 dan 72 jam perlakuan. Kemudian dilakukan perhitungan jumlah sel dengan hemocytometer dan pengukuran kapasitansi sel sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa ECCT standar sinyal kotak 18 Volt dan ECCT non standar sinyal kotak 31.2 Volt dapat menghambat pertumbuhan sel dan hasil morfologi sel tampak cidera yang mengindikasi adanya kematian, sedangkan ECCT standar sinyal sinusoidal 18 Volt mampu menginduksi pertumbuhan sel sehingga jumlahnya semakin banyak jika dilihat dari koefisien pertumbuhan yang tinggi. Pengukuran nilai kapasitansi sel menunjukkan korelasi antara banyaknya jumlah sel dengan besarnya nilai kapasitansi yang terukur. Peningkatan nilai kapasitansi dapat menunjukkan penambahan aktifitas kelistrikan sel dan tingkat keganasan dari sel kanker.

Electro Capacitive Cancer Therapy (ECCT) has been developed for breast cancer therapy that generated electrostatic field from electrical wave in capacitive electrode. The purpose of this research is to find out the effect of potential difference and signal wave output ECCT to cancer cell growth and cell injury that leads to lethal cell. In this study, in vitro experiment use MCF-7 cell line (human breast cancer) during 24, 48 and 72 hours treatment and than measured the number of cell with hemocytometer and value of capacitance after and before treatment. The results showed that potential ECCT square signal wave standard 18 Volt and square signal non-standard 31.2 Volt can inhibit cancer cell growth and cell morphology results seem to indicate the existence of injury deaths. While, from growth coefficient, ECCT sinusoidal signal wave standard 18 Volt can increase of cancer cell growth. Measurement of cell capacitance values showed correlation between the number of cells with the value of the measured capacitance. Increase of capacitance indicate of high activity of cancer cell and showed the malignancy of cancer cell levels.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T41568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Altaf Aaron Zakaria
"Circulating tumor cell (CTC) merupakan intermediet proses metastasis kanker yang dapat dimanfaatkan untuk diagnosis, prognosis, dan target pengobatan kanker. Pengembangan pemanfaatan CTC dapat dilakukan dengan penelitian yang umumnya melibatkan proses kultur. Medium bebas serum dinilai lebih baik dibanding medium berserum karena dapat menghasilkan data yang lebih konsisten, sehingga lebih cocok digunakan untuk penelitian yang mengkaji aktivitas fisiologi sel dan persinyalan molekular. Namun, medium bebas serum memerlukan suplemen agar sel dapat tumbuh optimum. Penambahan suplemen insulin-transferrin-selenium (ITS) telah diketahui memiliki peran penting dalam kultur sel keratosit, ovarium, dan keratinosit. Namun, belum diketahui peran ITS dalam medium bebas serum untuk kultur CTC. Penelitian ini mengkaji perbedaan efek FBS dan ITS dengan konsentrasi 1X dan 10X dalam medium bebas serum terhadap CTC yang diisolasi dengan metode eritrolisis. Kultur dilakukan selama 18 hari. Dinamika CTC dan leukosit diamati dengan meninjau viabilitasnya pada 6 hari pertama kutur. Selain itu, observasi morfologi dilakukan seiring dengan pengukuran morfometri sel. Pada hari ke-18, keberadaan CTC diverifikasi dengan imunofluoresens menggunakan marka cytokeratin 20 (CK20) dan plastin 3 (PLS3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa CTC yang dikultur pada medium dengan penambahan 10X ITS memiliki diameter sel yang lebih besar dari yang dikultur pada medium dengan penambahan 1X ITS dan 10% FBS. Hal tersebut menunjukkan bahwa ITS memiliki peran penting dalam kultur CTC dalam medium bebas serum dan dalam konsentrasi 10X dapat meningkatkan pertumbuhan CTC kanker kolorektal.

Circulating tumor cells (CTCs) are intermediates in the cancer metastasis process and hold potential for use in cancer diagnosis, prognosis, and treatment targeting. The development of CTC applications typically involves research incorporating cell culture processes. In cell culture, serum-free media are considered superior to serum-containing media as they yield more consistent data, making them more suitable for studies examining cell physiological activity and molecular signaling. However, serum-free media require supplementation to ensure optimal cell growth. The addition of insulin-transferrin-selenium (ITS) supplements is known to play a crucial role in the culture of keratocytes, ovarian cells, and keratinocytes. However, the role of ITS in serum-free media for CTC culture remains unknown. This study investigates the differential effects of fetal bovine serum (FBS) and ITS at concentrations of 1X and 10X in serum-free media on CTCs isolated via erythrolysis. Cultures were maintained for 18 days, with CTC and leukocyte dynamics observed by assessing cell viability during the first six days of culture. Additionally, morphological observations and cell morphometric measurements were conducted. On the 18th day, the presence of CTCs was verified using immunofluorescence with cytokeratin 20 (CK20) and plastin 3 (PLS3) markers. The results indicated that CTCs cultured in media supplemented with 10X ITS exhibited larger cell diameters compared to those cultured with 1X ITS and 10% FBS. This finding suggests that ITS plays a critical role in the successful culture of CTCs in serum-free media and that a 10X concentration of ITS can enhance the growth of colorectal cancer CTCs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library