Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Danny Setyawan
Abstrak :
Pengembangan teknologi prostesis yang dilakukan akhir-akhir ini memungkinkan ahli bedah untuk mengganti seluruh tulang pada berbagai anggota badan. Prostesis khusus, yang disebut dengan megaprosthesis ini, mulai dikembangkan untuk mengganti tulang yang terkena tumor primer seperti osteosarcoma, chondrosarcoma, dan lain sebagainya, dan merupakan solusi yang tepat untuk ahli bedah ortopedi dalam kasus yang ekstrim. Penelitian ini berfokus pada langkah-langkah persiapan simulasi casting desain untuk pembuatan megaprosthesis implant dan pengecoran hasil simulasi melalui proses vacuum centrifugal casting. Selain itu, variasi posisi bagian casting, jumlah, bentuk dan dimensi ingate, serta total luas penampang ingate (Si) diterapkan saat membuat desain gating system untuk simulasi pengecoran menggunakan software Solid-Cast 7. Hasil uji solidifikasi menunjukkan bahwa rongga susut cenderung menurun dalam skala volumetrik dengan meningkatnya total luas permukaan ingate, sedangkan posisi bagian casting, jumlah, bentuk, dan dimensi ingate menunjukkan perbedaan efektif terhadap efektifitas solidifikasi logam cair pada susunan rongga susut. Titanium (CP-Ti) dengan suhu dan waktu penuangan 1700˚C dan 4s. Variasi kecepatan putar 10rpm, 35rpm, dan 60rpm, digunakan sebagai parameter untuk proses vacuum centrifugal casting. Semakin bertambahnya rpm yang digunakan menghasilkan nilai kekerasan yang fluktuatif dan cenderung menurun. Nilai kekasaran permukaan menunjukkan hasil yang stabil. Desain pengecoran megaprosthesis implant dengan tiga saluran masuk dan luas penampang 368,93mm2 lebih tinggi dari standar Asm 207,54mm2 menghasilkan porositas yang lebih rendah.
Recent developments in prosthesis technology have allowed surgeons to replace all bones in various limbs. A special prosthesis, called megaprosthesis, was developed to replace bones affected by primary tumors such as osteosarcoma, chondrosarcoma, etc., and is the right solution for orthopedic surgeons in extreme cases. This research focuses on the preparation steps of design casting simulation for the manufacture of implant megaprosthesis and casting simulation results through a vacuum centrifugal casting process. In addition, variations in the position of the casting part, the number, shape and dimensions of the ingate, as well as the total area of ​​the ingate (Si) cross section are applied when creating a gating system design for casting simulations using Solid-Cast 7 software. Solidification test results show that shrinkage cavities tend to decrease in scale volumetric with the increase in the total surface area of ​​the ingate, while the position of the casting part, the number, shape, and dimensions of the ingate show effective differences in the effectiveness of liquid metal solidification in the arrangement of the shrinkage cavity. Titanium (CP-Ti) with a temperature and pouring time of 1700˚C and 4s. Variations in rotational speed of 10rpm, 35rpm and 60rpm are used as parameters for the vacuum centrifugal casting process. Increasing the rpm used produces a fluctuating value of violence and tends to decrease. Surface roughness values ​​show stable results. The design of the implant megaprosthesis casting with three inlets and a cross-sectional area of ​​368.93mm2 higher than the Asm 207.54mm2 standard results in lower porosity.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raina Diva Callista
Abstrak :
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur cetakan dan temperatur tuang terhadap hasil pengecoran piston pada material aluminium AC8A menggunakan metode gravity die casting dengan program simulasi Z-Cast. Penelitian ini menggunakan simulasi pengecoran. Simulasi ini menggunakan software Z-Cast Pro 3.0 dan desain pada penelitian ini menggunakan software Solid Works 2021 untuk menghasilkan gambar 3D. Penelitian ini menggunakan produk piston dengan variasi variabel temperatur cetakan dan temperatur tuang. Variasi variabel temperatur cetakan yang digunakan adalah 250°C, 300°C, dan 350°C. Variabel yang digunakan untuk variasi temperatur tuang adalah 660°C, 700°C, dan 750°C. Shrinkage karena adanya proses pembekuan atau solidifikasi yang tidak merata pada produk, disebabkan oleh penyusutan volume logam cair pada proses pembekuan serta tidak mendapatkan pasokan logam cair dari riser. Pada penelitian tidak menggunakan riser dengan keadaan optimal pada temperatur cetakan 250°C dan temperatur tuang 660°C, penggunaan riser berukuran 40 mm didapatkan hasil temperature cetakan 350°C dan temperatur tuang 750°C , ukuran riser 50 mm dengan keadaan optimal pada temperatur cetakan 250°C dan temperatur tuang 660°C. Upaya untuk mengurangi cacat dengan membesarkan ukuran riser, dengan ukuran riser 50 mm akan menghasilkan produk coran denga temperatur cetakan dan temperatur tuang yang rendah. Shrinkage pada riser 50 mm lebih sedikit dibandingkan ukuran 40 mm dan tidak menggunakan riser. ......This research aims to determine the effect of mold temperature and pouring temperature on the results of piston casting on AC8A aluminum material using the gravity die casting method with Z-Cast simulation program. This research uses casting simulation. This simulation uses Z-Cast Pro 3.0 software and the design in this research uses Solid Works 2021 software to produce 3D images. This research uses piston product using variable variations in mold temperature and pouring temperature. The variable of mold temperature variations used are 250°C, 300°C, and 350°C. The variables used to vary the pouring temperature are 660°C, 700°C, and 750°C. Shrinkage is due to the uneven solidification process in the product, due to the shrinkage of the liquid metal volume during the solidification process and not getting a supply of liquid metal from the riser. In the research without using a riser with optimal conditions at a mold temperature of 250°C and a pouring temperature of 660°C, using a 40 mm riser resulted in a mold temperature of 350°C and a pouring temperature of 750°C, a riser size of 50 mm with optimal conditions at the mold temperature 250°C and pouring temperature 660°C. Efforts to reduce defects by increasing the riser size, with a riser size of 50 mm will produce cast products with low mold temperatures and casting temperatures. Shrinkage on a 50 mm riser is less than the 40 mm size and does not use a riser.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Nadiyah
Abstrak :
Pengaruh temperature tuang, temperature cetakan dan kecepatan injeksi terhadap hasil pengecoran pada mesin intake manifold dengan menggunakan material Aluminium Alloy seri A319 dan metode high pressure die casting. Pengujian dilakukan dengan menggunakan casting simulation Z-CAST yang dibuat desain 3D nya terlebih dahulu dengan aplikasi SolidWorks 2018. Penelitian ini akan fokus kepada penggunaan dari casting simulation dalam memprediksi hasil casting menggunakan metode dan/atau variabel proses yang berbeda-beda untuk komponen intake manifold dengan material Aluminium A319. Variabel yang digunakan adalah jumlah ingate sebanyak dua dan tiga saluran masuk, temperature tuang sebesar 550⁰C, 575⁰C, 600⁰C, temperature cetakan sebesar 120⁰C, 130⁰C, 140⁰C dan kecepatan injeksi sebesar 2 m/s, 3 m/s, 4 m/s. Diketahui bahwa semakin tinggi jumlah ingate, temperature tuang, temperatur cetakan dan kecepatan injeksi yang diberikan, maka semakin tinggi cacat penyusutan (shrinkage) yang terbentuk. Dimana efisiensi cacat pengecoran didapat pada variasi temperatur tuang 550⁰C, temperature cetakan 120⁰C dan kecepatan injeksi 2 m/s dengan menggunakan 2 ingate. Dalam upaya menghilangkan cacat tersebut, dilakukan pemodifikasian desain dan kemudian diberikan cil (chiller) pada daerah yang terindikasi sebagai hotspots. Hasil dari pemodifikasian desain dengan penambahan chiller adalah gating system dengan tiga saluran lebih baik dibandingkan dengan dua saluran. Shrinkage pada tiga saluran lebih sedikit dibandingkan dengan variasi dua ingate. Hal ini dikarenakan waktu pengisian yang cepat dan ditunjang dengan heat transfer coefficient yang tinggi pada chiller dapat mengoptimalkan hasil produk cor. Hasil tersebut membuktikan bahwa penggunaan chiller sangat berperan penting untuk menghilangkan cacat pada benda cor terutama pada pemilihan material chiller yang tepat seperti material yang mempunyai nilai thermal conductivity yang tinggi (material konduktif). ......The effect of pouring temperature, mold temperature and injection speed on the casting results on the intake manifold engine using Aluminum Alloy A319 and high pressure die casting methods. Tests were carried out using the casting simulation Z-CAST, which made a 3D design first with the SolidWorks 2018 application. This study will focus on the use of casting simulation in predicting results casting using different methods and / or process variables for components intake manifold with Aluminum A319 material. The variables used were the number of ingate of two and three inlets, the pouring temperature of 550⁰C, 575⁰C, 600⁰C, the mold temperature of 120⁰C, 130⁰C, 140⁰C and injection speed of 2 m / s, 3 m / s, 4 m / s. It was found that the higher the number of ingate, the casting temperature, mold temperature and injection speed is given, the higher the shrinkage defects (shrinkage) is formed. Where the efficiency of casting defects was obtained at variations in pouring temperature of 550⁰C, mold temperature of 120⁰C and injection speed of 2 m / s using 2 ingates. In an effort to eliminate these defects, design modifications were made and then given some chillers to the areas indicated as hotspots. The results of modifying the design by adding a chiller are: a gating system with three channels is better than two channels. The shrinkage on the three channels is less than the two variations ingate. This is because the filling time is fast and is supported by heat transfer coefficient a high in the chiller which can optimize the yield of cast products. These results prove that the use of a chiller plays an important role in eliminating defects in cast objects, especially in choosing chiller the right material such as materials that have a high thermal conductivity value (conductive material).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Wilhelmus Adityatama
Abstrak :
Proses pengecoran logam merupakan proses kompleks yang rentan akan terjadinya cacat pada produk akhir. Untuk meminimalisi terjadinya cacat tersebut diperlukan sebuah desain pengecoran yang baik dan simulasi desain untuk menghemat waktu dan biaya. Untuk menunjang simulasi yang tepat seperti pada pengecoran nyata dibutuhkan data parameter yang tepat, salah satu parameter yang penting adalah Heat Transfer Coefficient (HTC). Dibutuhkan desain pengukuran yang tepat untuk dapat melakukan pengukuran dan perhitungan HTC yang efektif dan tepat, serta mampu meminimalisir efek peletakkan thermocouple yang berdekatan. Dari program simulasi pengecoran yang digunakan (Z-Cast dari Korea) dan percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa desain yang digunakan cukup memadai (feasible) dan efektif untuk melakukan pengukuran perubahan temperatur pada bagian-bagian benda cor. Thermocouple diletakkan sedemikian rupa sehingga peletakkannya tidak akan menginterferensi hasil yang diperoleh. Dari data temperatur yang didapat pada logam benda cor dan cetakan pasir, dapat dihitung nilai HTC efektif pada saat pengecoran dengan ketebalan yang berbeda. ...... Metal casting is a complex process that prone to a defect to its final product. To minimize the occurrence of defect it requires a good casting design and the design simulation to saves time and money. In order for having a very close to reality simulation, the correct data of casting parameter must be used. One of the most important casting parameter is the Heat Transfer Coefficient (HTC). A good HTC measurement system must be used for one to able to do an effective measurement and calculation of HTC, and the design itself must also be able to minimizing the effect of closely-spaced thermocouples that can interfere the measurement. The casting simulation software (Z-Cast from Korea) and the casting trial prove that the design used in this experiment is feasible and effective for measuring the temperature change in the casting. The thermocouples are arranged so that they will not interfere the measurement of other thermocuples. From the temperature data obtained from the casting and the green sand mold, the effective HTC can be calculated in the different thickness of casting.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53085
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shandy Puar Indo
Abstrak :
Benda Rumah Transmisi pada penelitian sebelumnya tidak memenuhi standar FC 300 JIS G 5501. Sehingga penelitian kali ini bertujuan untuk meningkatkan nilai yield casting dan memperbaiki kekuatan mekanis dari benda Rumah Transmisi agar dapat memenuhi standar. Proses desain ulang diambil dari desain penelitian sebelumnya. Kemudian dilakukan simulasi pengecoran menggunakan z-cast. Setelah hasil simulasi didapat, proses pengecoran pun bisa dilakukan. Untuk memperbaiki kekuatan mekanis (kekuatan tarik dan kekerasan) yaitu, menurunkan unsur Silikon (Si) serta menaikan unsur Mangan (Mn) dari target komposisi material FC 300 sebelumnya. Hasil penelitian desain ke-4 memiliki hasil terbaik, karena memiliki yield casting tinggi dan cacat shrinkage yang rendah saat simulasi pengecoran. Penambah yang digunakan Ø50 mm. Yield casting yang didapat setelah proses pengecoran yaitu 68.29% meningkat 9.29% dari yield casting sebelumnya. Penambahan unsur Mangan (Mn) 0.6%-1.0% dan menurunkan Silikon menjadi 1.8%-2.0% terlihat efektif meningkatkan kekuatan mekanis menjadi 271 N/mm2 untuk uji tarik dan uji kekerasan 286.5HB.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42788
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library