Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reno Novianto
Abstrak :
Penelitian ini menganalisis investment-cash flow sensitivity dari constrained firms dan unconstrained firms pada perusahaan infrastruktur di Indonesia pada abundance period (2012-2014). Observasi dilakukan terhadap 37 perusahaan infrastruktur di Indonesia dalam kurun waktu 2009-2014. Data yang digunakan yaitu data panel yang bersumber dari data perusahaan infrastruktur di Indonesia. Dengan menggunakan metode Ordinary Least Square, diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh yang positif dari abundance period terhadap investment-cash flow sensitivity pada perusahaan dikategorikan sebagai unconstrained firms yang mengindikasikan adanya masalah keagenan. Sedangkan untuk perusahaan yang dikategorikan sebagai constrained firms tidak ditemukan adanya pengaruh dari abundance period. ......This research analyzes investment-cash flow sensitivity from constrained firms and unconstrained firms in infrastructure companies in Indonesia at abundance period. (2012-2014). 37 infrastructure companies are observed within period 2009-2014. By using panel data of Indonesian infrastructure companies and by using ordinary least square method, this research finds that there is positive effect from abundance period toward investment-cash flow sensitivity in unconstrained firms which indicates agency problem is occurred. Whereas there is no effect from abundance period to investment-cash flow sensitivity in constrained firms.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S61828
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Loscalzo, William
New York, NY: McGraw-Hill , 1982
658.152 44 LOS c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Marsuki
Abstrak :
ABSTRAK
PT. X merupakan salah satu perusahaan eksplorasi minyak Amerika yang beroperasi di Indonesia. Perkembangan perusahaan dibidang eksporasi minyak bumi hingga saat ini semakin mantap dan pesat. Mengingat kondisi perusahaan yang besar tersebut, maka sistem pengendalian manajemen yang diterapkan menjadi kian kompleks. Untuk menerapkan sistem pengendalian manajemen secara efektif. Perlu adanya sistem pengukuran prestasi kerja yang akurat, relevans, dan representatif. Dengan demikian pemilihan metode pengukuran prestasi kerja perlu mendapatkan perhatian yang fundamental, agar tujuan dari pengukuran sebagai sarana controls, corrective actions, dan reward systems akan tercapai.

Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan oleh Top Management untuk mengukur prestasi kerja manajer dan unit investasi ekonomi, yaitu dengan financial indicators dan nonfinancial indicator. PT. X telah menerapkan kedua pendekatan tersebut secara integratif. Untuk financial indicators, metode pengukuran prestsi kerja yang dipakai adalah dengan Return on Average Capital Employed (ROACE). Sedangkan nonfinancial indicators, metode pengukuran prestasi kerja yang dipakai lebih banyak dititik beratkan pada human power development (Tidak dibahas dalam karya akhir ini).

ROACE berorientasi pada prestasi kerja jangka pendek. Berhubung prestasi kerja meliputi dua kategori, yaitu prestasi kerja jangka pendek dan prestasi kerja jangka pajang, maka penerapapan ROACE sebagai metode pengukuran prestasi kerja menimbulkan permasalahan dalam operasi PT. X Permasalahan tersebut terjadi pada prestasi kerja jangka panjang perusahaan. Adapun masalahnya yaitu usulan investasi modal yang bertujuan untuk meningkatkan returns perusahaan dalam jangka panjang tidak mendapatkan perhatian (enggan dilakukan oleh) manajer eksekutif. Oleh karena operasi PT. X mempunyai tingkat business risks dan financial risks yang cukup tinggi. untuk itu, ROACE tersebut perlu ditinjau kembali dan sedapat mungkin diupayakan adanya metode pengukuran prestasi kerja alternatif, dimana dengan metode tersebut dapat mengcover terhadap permasalahan yang ada.

FASB Statement 69 mengembangkan suatu metode pengukuran prestasi kerja untuk perusahaan eksplorasi minyak yaitu dengan Discounted future net cash flows (DNCF). DFNCF disamping berorientasi pada prestasi kerja jangka panjang, juga jangka pendek. Pengukuran prestasi kerja berdasarkan pada metode DFNCF adalah bersifat komprehensif, integratif, dan diagnostif. Oeh karenanya, metode tersebut sangat bermanfaat bagi para Top Management, dan analist and user far financial statement perusahaan eksplorasi. minyak dalam mengukur prestasi kerja perusahaan yang bersangkutan.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrianti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh dari transaksi pihak berelasi terhadap nilai perusahaan yang dimoderasi oleh rasio dari hak aliran kas terhadap hak kontrol juga kepemilikan institusional. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel perusahaan publik pada industri manufaktur di Indonesia pada periode 2011-2013. Hasil menunjukkan bahwa rasio hak aliran kas atas hak kontrol terbukti dapat memperlemah dampak negatif yang ditimbulkan oleh transaksi pihak berelasi terkait penjualan dan transaksi pihak berelasi terkait jaminan pinjaman yang terdeteksi adanya ekspropriasi terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kepemilikan institusional memperkuat dampak negatif transaksi pihak berelasi terkait jaminan pinjaman yang terdeteksi adanya ekspropriasi terhadap nilai perusahaan.
This study aims to investigate the effect of related party transactions (RPT) on firm value using manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2011-2013. This study uses the ratio of cash flow rights on control rights and institutional ownership as moderating variables. Results indicate that ratio of cash flow rights to control rights weaken the negative impact of sales-related RPT and loan guarantee-related RPT on firm value. This study also finds that institutional ownership strengthen the negative impact of loan guarantee-related RPT on firm value.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62333
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Kadir Afiff
Abstrak :
Dalam penulisan karya akhir ini, saya akan mencoba menilai harga saham PT Aneka Tambang Tbk. yang usahanya bergerak di bidang industri pertambangan. Analisa fundamental akan dilakukan sebelum kita membuat asumsi-asumsi untuk peramalan earning perusahaan masa depan. Analisa industri pertambangan dan PT Aneka Tambang Tbk, pada dasamya, ditujukan untuk mengidentifikasi keadaan ekonomi makro Indonesia, kondisi industri pertambangan Indonesia, analisa siklus industri, analisa siklus bisnis, strategi bersaing Perusahaan, serta pertumbuhan pasar pertambangan. Secara umum, ada tiga penoekatan yang dapat kita gunakan daiam metakukan penilaian/ value dari suatu saham (valuation), Yang pertama adalah discounted cash flow valuation, yang menghubungkan nilai suatu asset dengan nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan dari asset tersebut. Yang kedua adalah relative valuation, yang mengestimasi nilai asset dengan melihat pada penentuan harga pada asset-asset yang sebanding secara relatif terhadap variabel-variabel yang umum seperti earnings, cash flow, book value atau sales. Yang ketiga adalah contingent claim valuation, yang menggunakan option pricing model untuk mengukur nilai suatu asset yang memiliki karakteristik option. Terlepas dari model mana yang akan digunakan, asumsi-asumsi yang mendasari pembuatan analisa kitalah yang sebenarnya lebih penting dalam meramalkan earning yang dapat dihasilkan perusahaan di masa depan, Karena prospek perusahaan terkait dengan faktor-faktor eksternal di luar perusahaan itu sendiri, maka dalam membuat analisa fundamental ini, kita harus mempertimbangkan lingkungan di mana perusahaan melakukan usahanya. Karena itu, sangat beralasan jika kita melakukan top-down analysis sebelum membuat asumsi untuk meramalkan prospek perusahaan masa datang. Kita akan melakukan analisa mengenai keadaan makro dari negara di mana perusahaan melakukan usahanya dan dilanjutkan dengan analisa industri dimana perusahaan beroperasi serta melihat posisi perusahaan relatif terhadap perusahaan-perusahaan lain dalam industri tersebut. Baru setelah itu, kita melakukari peramaian earning perusahaan masa depan dan melakukan penilaian dengan metode yang ada. Dengan metode analisa di atas, terlihat jelas bahwa hasil dari valuation ini akan didasari pada asumsi-asumsi yang didapat dari analisa fundamental yang dibuat pada awal proses tersebut. Karena itu analisa fundamental dapat dikatakan sebagai kunci dari proses penilaian fair value dari saham ini. Analisa fundamental yang baik akan membuat proses valuation ini memberikan hasil yang maksimal sehingga tentunya dapat digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi. Dari hasil perhitungan valuation terhadap saham PT Aneka Tambang Tbk diperoleh value of equity perusahaan sebesar Rp 1.355.131.557.000. Setelah membagi nilai tersebut dengan jumlah saham perusahaan yang beredar (1.230.769.000 lembar saham) maka diperoleh intrinsic equity per share sebesar Rp 1.101. Dengan membandingkan intrinsic equity per share perusahaan dengan current market price / share (tanggal 19 Juli 2002) sebesar Rp 700, maka dapat dikatakan bahwa saham Aneka Tambang Tbk berada pada posisi undervalued sebesar Rp 401 per lembar sahamnya. Pada akhimya, kita tetap harus mengingat bahwa valuation dalam karya akhir ini mengacu pada satu skenario dasar yang mungkin menyebabkan kesalahan dalam melakukan penilaian perusahaan. Sehingga, disarankan agar peramalan earning dilakukan dengan beberapa skenario yang lebih rinci untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Hartono
Abstrak :
Setelah melakukan IPO pada tahun 2000, PT Bank Central Asia, Tbk (BCA) mulai memasuki babak baru dalam sejarah kepemilikannya. Selanjutnya melalui strategic private placement, pada tahun 2002 masuklah Farindo sebagai pemegang saham mayoritas. Karena kinerja perusahaan yang baik, saham BCA menjadi salah satu yang diminati oleh para pemodal. Selama tahun 2002, harga saham BCA mengalami apresiasi sebesar 69,5% sedangkan IHSG terapresiasi sebesar 8.4%. Untuk membantu keputusan investasi terhadap saham BCA, maka penulis melakukan analisa fundamental untuk melihat prospek saham BCA ke depan. Analisa meliputi makro ekonomi, kondisi industri perbankan, dan kondisi spesifik perusahaan. Metode valuasi yang akan digunakan adalah Free Cash Flow to Equity dan Earning Multiples (PER). Kondisi makro ekonomi Indonesia sampai dengan triwulan III-2003 menunjukkan perbaikan. Hal ini memberikan keyakinan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia sedang berjalan seiring dengan pemulihan ekonomi global. Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003 akan mencapai 3.5% - 4%, pertumbuhan ini masih didominasi oleh konsumsi swasta, sedangkan peningkatan investasi walaupun ada namun belum dapat menggairahkan sektor riil. Kondisi sektor perbankan nasional secara umum cenderung membaik. Hal ini dicerminkan dengan meningkatnya DPK, kredit dan penyaluran kredit baru. Sebaliknya rasio Non Performing Loan (NPL) menurun, dan Net Interest Income (NII) tetap positif, serta permodalan bank yang semakin membaik. Namun terdapat beberapa hal yang perlu diwaspadai antara lain: a. Tekanan terhadap profitabilitas bank akibat lambanya pertumbuhan kredit terutama untuk sektor usaha produktif dan adanya kecenderungan penurunan suku bunga. b. Rendahnya efisiensi operasional bank-bank besar dan tinigginya ketergantungan pada pendapatan bunga obligasi dan SBI. Kondisi keuangan BCA juga menunjukkan perbaikan di lengah kecenderungan menurunnya suku bunga SBI, Net Interest Margin (NIM) tetap dapat terjaga stabil dikisaran 5%-6%, komposisi pendapatan bunga juga mengalami perbaikan dengan meningkatnya pendapatan bunga yang berasal dari penyaluran kredit. Laba per lembar saham pada akhir tahun 2002 sebesar Rp 426 sedangkan per akhir September 2003 sebesar Rp 276. Untuk menghadapi persaingan di sektor perbankan yang semakin ketat, BCA Semakin memfokuskan diri sebagai bank ritel pilihan untuk melakukan berbagai transaksi. Selain didukung 800 Kantor Cabang ,2500-an mesin ATM BCA dan 20,000-an mesin EDC Debit BCA yang tersebar di berbagai Iokasi strategis, BCA juga mengembangkan layanan transaksi yang berbasis teknologi seperti internet banking, mobile banking dan phone banking. Selain sebagai upaya meningkatkan customer value, pengembangan elektronic channel ini juga meningkatkan efisiensi operasi. Berdasarkan hasil valuasi harga saham BCA dengan metode Free Cash Flow to Equity (FCFE) diperoleh harga saham BCA sebesar Rp. 4,779 / lembar per akhir September 2003, sedangkan harga saham BCA di pasar sebesar Rp 3525 / lembar sehingga posisi harga saham BCA pada tanggal tersebut adalah undervalued .Sedangkan hasil valuasi dengan metode Earning Multiples (PER) diperoleh bahwa harga saham BCA sebesar Rp 3,416 / lembar per akhir September 2003, nilai ini hampir mendekati harga saham BCA di pasar pada tanggal tersebut yairu Rp 3,525 / lembar. Walaupun metode Earning Multiples sering digunakan dalam melakukan penilaian harga saham, metode ini tidak mencerminkan aspek fundamental dari BCA. Nilai yang dihasilkan dari metode FCFE lebih mencerminkan prospek usaha BCA ke depan. Berdasarkan hasil analisa fundamental tersebut, disarankan kepada investor untuk membeli saham BCA selama harga di pasar lebih rendah daripada intrinsic value saham BCA yaitu sebesar Rp 4,779 / Iembar. Namun perlu diingatkan bahwa intrinsic value ini diperoleh dengan metode valuasi FCFE yang sangat bergantung pada berbagai asumsi yang mendasari proyeksi cash/flow perusahaan di masa depan dan besarnya expected rate of return yang diharapkan oleh investor.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Muhammad Akbar
Abstrak :
Pada awal tahun 2001, Heidelberger Zement mengambilalih lndocement yang kemudian melakukan restrukturisasi perusahaan. Hasil yang diperoleh adalah membaiknya kinerja lndocement yang terlihat dari peningkatan nilai penjualan, peningkatan laba dan memperoleh kembali pangsa pasar domestik yang hilang akibat krisis moneter. Dengan adanya peningkatan kinerja Indocement tersebut tentu akan meningkatkan ekspektasi investor dimasa depan atas saham Indocement yang dapat mempengaruhi keputusan investasi. Dalarn rangka memperoleh dana pembangunan, pemerintah merencanakan untuk melakukan privatisas: lndocement yang akan dilakukan pada tahun 2003 dengan melaksanakan put option sebanyak 8.87% saham yang dimiliki dan sisanya akan dijual melalui bursa atau strategic sale. Berdasarkan hal tersebut pemerintah harus mengambil keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan secara finansial menguntungkan negara serta menentukan harga jual yang wajar kepada investor lain. Tujuan penulisan karya akhir ini adalah menerapkan analisa fundamental untuk memperkirakan nilai instrinsik Indocement, menilai harga jual yang wajar dan membandingkan nilai instrinsik tersebut dengan exercise price pada put option yang disepakati. Sedangkan metode penelitian yang diterapkan adalah menganalisa faktor lingkungan yang berpengaruh pada perusahaan, menilai kinerja perusahaan dengan menggunakan laporan keuangan, penggunaan metode free cash flow untuk menghitung nilai instrinsik perusahaan dan meni!ai secara kuantitatif pay off dari exercise put option sebagai dasar dari pengambilan keputusan pemerintah. Perhitungan dengan metode FCFE menghasilkan nilai intrinsik per saham yang berada pada harga Rp 1 ,925.57. Nilai ini jika dibandingkan dengan harga saham di bursa menjelang batas waktu put option pada kisaran Rp 1 ,025 memberikan kesimpulan undervalue, sementara jika dibandingkan dengan exercise price dari put option sebesar Rp 2,400 maka pemerintah berada pada posisi in the money. Sedangkan dengan metode EV/ton kapasitas, diperoleh nilai jual Indocement sebesar US$ 85. Jika dibandingkan dengan rata-rata harga jual pabrik semen regional dan lokal memberikan kesimpulan nilai jual Indocement undervalue. Walaupun dari perhitungan memberikan kesimpulan yang sama, posisi dari pemegang saham (investor) sangat mempengaruhi cara penilaian dan tergantung dari kepentingan masing-masing pihak. Alternatif yang dapat dilakukan oleh pemerintah berkaitan dengan rencana privatisasi lndocement yaitu melaksanakan put option dan tidak melaksanakan pur option dengan melakukan negosiasi ulang atau menjual seluruh sahamnya melalui bursa atau strategic sale. Pemerintah yang berupaya untuk rnemperoleh keuntungan akan memperoleh hasil sebesar Rp 1.63 triliun bila berhasil melakukan negosiasi. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan pendapatan pemerintah apabila melaksanakan put option yaitu sebesar Rp 1.35 triliun atau melepas seluruh saham dibursa yaitu sebesar Rp 1.19 triliun. Berdasarkan perhitungan secara ekonomis disimpulkan bahwa altematif rnelakukan negosiasi ulang akan mendatangkan kas masuk lebih banyak dibandingkan dengan melaksanakan put option maupun melepas seluruh saham dibursa dengan selisih pendapatan sebesar Rp 278 miliar dan Rp 433 miliar.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Lia Fathnawaty
Abstrak :
Dalam suatu proyek bangunan gedung, biaya merupakan salah satu hal yang paling penting keberadaannya, selain mutu dan waktu. Dari biaya ini dapat diperoleh suatu cash flow yang menunjukkan apakah suatu proyek bangunan gedung tersebut mengalami kerugian atau keuntungan. Pada skripsi ini, penulis melakukan suatu simulasi cash flow untuk mendapatkan keuntungan maksimal ataupun kerugian minimal dengan berbagai macam sistem pembayaran yang dilakukan, yaitu dengan melakukan pembayaran secara bulanan (monthly payment) dengan down payment atau tidak down payment, pembayaran secara termyn (progress payment) dengan down payment atau tidak down payment dan pembayaran diakhir periode (turnkey payment) dengan down payment atau tidak down payment, dimana suku bunga dan inflasi yang terjadi pada tahun 2001, 2002 dan 2003 akan mempengaruhi masing-masing system pembayaran ini. Simulasi ini dilakukan dengan pendekatan Montecarlo yang menggunakan Software Cristal Ball 2000 Professional Edition v5.2 Data-data yang diperoleh dalam skripsi ini berdasarkan studi kasus yang telah terjadi di suatu proyek konstruksi bangunan gedung bertingkat. Hasil akhir dari penelitian adalah dapat mengetahui besarnya keuntungan maksimum ataupun kerugian minimal yang diperoleh dari suatu proyek konstruksi bangunan gedung bertingkat dengan melakukan simulasi terhadap berbagai macam sistem pembayaran yang dilakukan. Adapun hasil simulasi tersebut antara lain: Kerugian terkecil adalah sistem pembayaran monthly payment yang hanya dipengaruhi oleh suku bunga dengan down payment sebesar Rp 5.779.613.895,64. Kerugian terkecil adalah sistem pembayaran termyn payment yang hanya dipengaruhi oleh suku bunga dengan down payment sebesar Rp 6.456.980.343,62. Kerugian terkecil adalah sistem pembayaran turn key payment yang hanya dipengaruhi oleh suku bunga dengan down payment sebesar Rp 9.325.603.132,18.
In a storey building project, expense is one of the most important things in its existence, besides time and quality. From this expense, we can get a cash flow which shows whether a storey building project in a good condition or not. At this paper, the writer makes a cash flow simulation to get maximal advantage or minimal disadvantage with various types of payment system. For the examples, monthly payment with down payment or not, progress payment with down payment or not and turn key payment with down payment or not, where rate of interest and inflation that is happened in the year of 2001, 2002 and 2003 will influence each of these payment systems. This simulation is done by using Software Crystal Ball 2000 Professional Edition v5.2 with Technique of Montecarlo. The data of this paper based on case study which had been happened in a storey building of construction project. From this paper we can get a result and know the level of maximum advantage or minimal disadvantage that is obtained from the simulation of payment systems of a construction project building and the result of simulation are: The smallest disadvantagous of monthly payment is the one that only influences by rate of interest with down payment and the value of simulation is Rp 5.779.613.895,64. The smallest disadvantagous of termyn payment is the one that only influences by rate of interest with down payment and the value of simulation is Rp 6.456.980.343,62. The smallest disadvantagous of turn key payment is the one that only influences by rate of interest with down payment and the value of simulation is Rp 9.325.603.132,18.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35221
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilda Siska Dewi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi tren sekuler cash holding pada 852 perusahaan manufaktur antarnegara ASEAN 5 (Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand) pada periode 2007-2011 serta menganalisis pengaruh faktor-faktor perubahan karakteristik perusahaan diantaranya cash flow yang semakin volatil, penurunan net working capital, penurunan capital expenditure, penurunan leverage, dan tingkat lagged cash holding dengan dikontrol variabel ukuran perusahaan, market to book ratio, cash flow, dan dividen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan karakteristik perusahaan berkontribusi besar dalam menjelaskan tren cash holding yang sekuler. Hasil berbeda antara negara satu dengan negara yang lain dikarenakan perbedaan kebijakan tingkat pemegangan kas, struktur finansial negara, dan karakteristik masing-masing negara.
ABSTRACT
This research is conducted to investigate secular cash holding trend of corporate cash holdings of 852 firms across ASEAN 5 countries (Philippines, Indonesia, Malaysia, Singapore, and Thailand) during period 2007-2011 and analyzing the impact of changes in firms characteristic such as cash flow volatility increases, less net working capital, capital expenditure declines, leverage declines, level of lagged cash holding and controlled by size, market to book, cash flow, dividend. The results find that changes of firm characteristics contribute greatly in explaining secular trend of cash holding. The results vary across countries because different cash policies, financial structure and characteristic of each country.
2013
S45261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>