Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Septiadi Anggoro Nugroho
Abstrak :
Flue gas yang dihasilkan dari kilang minyak masih mengandung karbondioksida (CO2) dimana saat ini teknologi penangkapan CO2 dari flue gas dalam skala komersial masih terbatas termasuk pemanfaatannya menjadi produk yang bernilai lebih tinggi. Gas Hidrogen (H2) yang dihasilkan di kilang minyak PT.X dari hasil reaksi pada proses naphta reforming merupakan produk samping yang dapat dimanfaatkan bersama dengan CO2 dari flue gas untuk menghasilkan metanol sebagai komponen blending gasoline sekaligus meningkatkan valuable yield dari kilang minyak PT.X. Pada penelitian ini, dilakukan simulasi proses untuk 2 teknologi penangkapan CO2 dan proses sintesis metanol dalam rangka pemanfaatan CO2 dari flue gas dan hidrogen dari naphta reforming untuk kemudian dievaluasi keekonomian dan sensitivitasnya. Simulasi proses dilakukan dengan menggunakan piranti lunak Promax v5. Dari hasil simulasi diperoleh kesimpulan bahwa proses absorpsi amine lebih baik dalam kebutuhan energi dibandingkan membran. Pada proses sintesis metanol, diperoleh kinerja proses optimum pada temperatur reaktor 245 oC dengan yield 48,7%, konversi CO2 sebesar 75,8% dan konversi H2 sebesar 75,9%. Laju alir produk metanol dihasilkan pada kondisi optimum di seksi proses pemurnian sebesar 8,6 t/jam atau kapasitas unit 71 KTA. Hasil evaluasi keekonomian diperoleh nilai IRR 9,606% dimana berdasarkan analisis sensitivitas, untuk dapat memenuhi kelayakan investasi yaitu nilai IRR di atas hurdle rate sebesar 10,83%, perlu adanya kenaikan kapasitas oleh unit sintesis metanol sebesar 7% di atas kapasitas baseline yaitu pada kapasitas 75,6 KTA. ......Flue gas produced from oil refineries still contains carbon dioxide (CO2) where currently the technology for capturing CO2 from flue gas on a commercial scale is still limited, including its utilization into higher value products. Hydrogen gas (H2) produced at the PT.X oil refinery from the reaction in the naphtha reforming process is a by-product that can be used together with CO2 from flue gas to produce methanol as a component of blending gasoline while increasing the valuable yield of the PT.X oil refinery. In this study, process simulations were carried out for 2 CO2 capture technologies and the methanol synthesis process in order to utilize CO2 from flue gas and hydrogen from naphtha reforming to evaluate the economics and sensitivity. Process simulation was carried out using Promax v5 software. From the simulation results, it can be concluded that the amine absorption process is better in terms of energy requirements than the membrane. In the methanol synthesis process, the optimum process performance was obtained at a reactor temperature of 245 oC with a yield of 48.7%, CO2 conversion of 75.8% and H2 conversion of 75.9%. The flow rate of the methanol product produced at the optimum conditions in the purification process section was 8.6 t/hour or a unit capacity of 71 KTA. The results of the economic evaluation obtained an IRR value of 9.606% which based on sensitivity analysis, to be able to meet the investment feasibility, namely the IRR value above the hurdle rate of 10.83%, it is necessary to increase the capacity of the methanol synthesis unit by 7% above the baseline capacity, namely at a capacity of 75.6 KTA.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvano Christian
Abstrak :
Peningkatan emisi gas rumah kaca menjadi semakin mengkhawatirkan yang akan menyebabkan perubahan iklim. Gas rumah kaca terdiri atas CO2, CH4, N2O, HFC, PFC, SF6. Gas karbondioksida(CO2) memberikan kontribusi terbesar dari keseluruhan emisi gas rumah kaca. Indonesia memiliki target untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada tahun 2020. PT Pertamina EP sebagai perusahaan BUMN membantu negara untuk mencapai targetnya dengan menerapkan teknologi carbon capture. Gas karbondioksida akan dipisahkan dan dimampatkan dimana kemudian dapat di simpan atau kemudian dimanfaatkan. Carbon Capture and Utilization (CCU) merupakan pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan Carbon Capture and Storage (CCS). Dimana gas karbondioksida lebih baik dimanfaatkan dibandingkan dengan disimpan. Gas karbondioksida tersebut dapat dimanfaatkan oleh industri minuman berkarbonasi sebagai bahan baku produksi. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki fokus mengenai pemanfaatan gas karbondioksida dari PT Pertamina EP untuk industri minuman berkarbonasi.
Green House Gases emission growth is getting worst in the last decade, which will impact climate change. Green houses gases (GHG) consists of CO2, CH4, N2O, HFC, PFC, SF6. Which CO2 have the biggest share in total GHG emission. Indonesia is targeting to reduce 26% of their CO2 emissions by 2020. PT Pertamina EP as oil and gas government-owned company helps to reach the target by implementing carbon capture in their company. Carbons that have been captured can be utilized or stored in a geological storage sites. Carbon Capture and Utilization (CCU) is a better choice because it has more benefits than Carbon Capture and Storage (CCS). CO2 can be utilized in carbonated drinks industry as their raw material. Therefore this research will focus on CO2 utilization from PT Pertamina EP in carbonated drinks industry.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuriz Mayolie
Abstrak :
ABSTRAK

Industri besi dan baja merupakan kontributor utama emisi CO2, terhitung sekitar 28% dari keseluruhan emisi industri. Untuk mengurangi ini, analisis terhadap pemanfaatan Blast Furnace Gas(BFG) melalui daur ulang top-gas dan Carbon Capture and Utilization(CCU) telah dilaksanakan. Pertama, CO2dihilangkan dari BFG dan direduksi dalam reaktor elektrokimia untuk menghasilkan H2dan CO. Gas-gas ini kemudian dicampur dengan BFG yang tersisa dan didaur ulang ke blast furnace sebagai gas pengurang yang dapat mengurangi konsumsi carbon dan emisi COsecara keseluruhan. Tinjauan literatur dan keseimbangan massa awal dilakukan untuk mengidentifikasi persyaratan proses dan teknologi pemisahan CO2yang paling cocok untuk dua opsi yang tersedia: (i) pemisahan CO2unit tunggal dan (ii) unit ganda. Setelah penyelesaian laporan ini, disimpulkan bahwa penyerapan bahan kimia menggunakan methyldiethanolamine(MDEA) adalah teknologi yang paling menjanjikan untuk digunakan dalam unit pemisahan CO2tunggal karena ketersediaan panas limbah dan kapasitas pemuatan CO2yang lebih tinggi. Di antara faktor-faktor yang diketahui menghambat penggunaan penyerapan fisik dan adsorpsi adalah laju aliran besar dan kesulitan untuk mengompresi dan mendinginkan BFG. Namun, teknologi ini menjanjikan untuk digunakan sebagai unit kedua dalam konfigurasi unit pemisahan ganda.


ABSTRACT


The iron and steel industry is a major contributor to CO2emissions, accounting for about 28% of overall industrial emissions. To reduce this, utilization of Blast Furnace Gas (BFG) by means of top-gas recycling and Carbon Capture and Utilization (CCU) is analyzed. CO2is first removed from the BFG and reduced in an electrochemical reactor to produce H2and CO. These gases are then mixed with remaining BFG and recycled to the blast furnace as reducing gases which can reduce overall coke consumption and CO2emissions. A literature review and a preliminary mass balance are done to identify the process requirements and most suitable CO2separation technology for two available options: (i) single unit and (ii) double units COseparation. Upon the completion of this report, it is concluded that chemical absorption using methyldiethanolamine (MDEA) is the most promising technology to use in a single COseparation unit due to the availability of waste heat and higher CO2loading capacity. Among the factors known to hinder the use of physical absorption and adsorption are large flowrate and difficulty to compress and cool BFG. However, these technologies are promising to use as the second unit in a double separation units configuration.

2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Waasthia
Abstrak :
Mikroalga memiliki potensi yang menjanjikan sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan emisi CO2 dan pengurangan gas rumah kaca. Selain mampu menghasilkan biomassa yang berguna dalam berbagai bidang aplikasi, mikroalga juga memiliki kemampuan biofiksasi CO2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman biasa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran dan kecepatan gelembung terhadap perpindahan massa serta kemampuan penangkapan CO­2 oleh mikroalga. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh ukuran dan kecepatan gelembung terhadap perpindahan massa dan kemampuan penangkapan CO2 oleh mikroalga, khususnya strain Chlorella vulgaris dalam fotobioreaktor Rectangular Airlift Photobioreactor. Dalam eksperimen ini, digunakan beberapa variasi debit aliran (3, 4, 5, 6, dan 7 LPM) dan penggunaan fluid oscillator diterapkan. Sementara konsentrasi CO2 diatur pada 1% atau 10,000 ppm pada eksperimen kultivasi. Hasil eksperimen menunjukkan adanya pengaruh penggunaan fluid oscillator terhadap ukuran dan kecepatan gelembung yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai koefisien perpindahan massa. Koefisien perpindahan massa paling tinggi yakni pada variasi 4 LPM dengan menggunakan fluid oscillator dan laju perpindahan massa tertinggi yakni pada hari ke-8 dengan nilai 555.13 mg/m2s. ......Microalgae have promising potential as a solution to address CO2 emissions and greenhouse gas reduction. In addition to producing useful biomass for various applications, microalgae have a higher CO2 biofixation capacity compared to conventional plants. Therefore, this research aims to investigate the influence of bubble size and velocity on mass transfer and CO2 capture capability by microalgae. The study focuses on exploring the effects of bubble size and velocity on mass transfer and CO2 capture by Chlorella vulgaris, a strain of microalgae cultivated in a Rectangular Airlift Photobioreactor. Multiple variations of flow rates (3, 4, 5, 6, and 7 LPM) were implemented, along with the use of a fluid oscillator. The cultivation experiment utilized a CO2 concentration of 1% or 10,000 ppm. The experimental results revealed the impact of the fluid oscillator on bubble size and velocity, leading to variations in the mass transfer coefficient. The highest mass transfer coefficient was observed in the 4 LPM variation with the utilization of a fluid oscillator. Additionally, the highest mass transfer rate occurred on the 8th day, reaching a value of 555.13 mg/m2s.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silangit, Yemima Elsaria
Abstrak :
Upaya untuk mencapai peningkatan maksimal 1,5 derajat Celsius pada tahun 2030 hingga 2050 dalam Paris Agreement mengakibatkan meningkatnya upaya dalam menurunkan emisi CO2 di atmosfir. Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan emisi CO2secara mandiri sebanyak 32% berdasarkan penetapan Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC). Salah satu upaya penurunan emisi karbon yang dapat dilakukan adalah dengan metode Carbon Capture and Storage. Tujuan utama studi ini adalah untuk mendapatkan kelayakan teknis dan kelayakan ekonomi untuk sistem transportasi CO2 di lapangan minyak dan gas yang telah mengalami penurunan (depleted reservoir) di daerah Jawa Tengah. Tujuan ini dicapai melalui perancangan sistem transportasi CO2 dengan skenario point-to-point yang melibatkan fasilitas pipa existing, pemilihan spesifikasi peralatan tambahan, perhitungan investasi, serta perhitungan kelayakan keekonomian dari sistem. Perangkat yang digunakan dalam studi ini adalah perangkat lunak Aspen Hysys. Diperoleh hasil bahwa emisi CO2 dengan laju alir sebesar 2.100.298  ton/tahun layak secara teknis untuk ditransportasikan melalui pipa existingTransmisi X, dari PLTGU A ke depleted reservoir B di daerah Jawa Tengah, dengan spesifikasi Outer Diameter (OD) sebesar 14 in, panjang pipa 207 km, wall thickness minimum 11,9 mm, serta rating 900. CO2 ditransportasikan dalam fasa superkritikal dengan tekanan masuk pipa sebesar 135 bar, sehingga dibutuhkan penambahan peralatan untuk mengondisikan CO2 yang terdiri dari 5 kompresor, 1 pompa CO2 , 1 pompa air, 5 intercooler, dan 6 separator. Total Capital Investment yang dibutuhkan untuk proyek ini adalah sebesar $247 juta USD. Untuk menghitung kelayakan ekonomi proyek, digunakan skenario perhitungan berdasarkan pendapatan menggunakan harga karbon ETS Indonesia, ETS Australia, ETS UK, dan ETS Eropa. Diperoleh bahwa proyek layak secara ekonomi dengan skenario harga karbon ETS Eropa sebesar $61,3 USD/ton CO2 dengan parameter kelayakan ekonomi NPV sebesar $309 juta USD, IRR 21,19%, dan payback period selama 3,65 tahun. ......The efforts to limit the global temperature increase to 1.5 degrees Celsius between 2030 and 2050 under the Paris Agreement have spurred heightened initiatives to reduce CO2 emissions worldwide. As part of this effort, the Indonesian government aims for a 32% reduction in CO2 emissions independently, based on the Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC). One effective method to achieve this reduction is through Carbon Capture and Storage (CCS). The primary objective of this study is to assess the technical and economic feasibility of a CO2 transportation system in depleted oil and gas fields in Central Java. This objective is pursued by designing a point-to-point CO2 transportation system that utilizes existing pipeline facilities, selecting specifications for additional equipment, calculating investment costs, and evaluating the system's economic feasibility using Aspen Hysys software. The study's findings indicate that it is technically feasible to transport CO2 emissions at a flow rate of 2,100,298 tons per year through the existing Transmisi X pipeline. This pipeline, stretching 207 km from PLTGU A to the depleted reservoir B in Central Java, has an outer diameter (OD) of 14 inches, a minimum wall thickness of 11.9 mm, and a rating of 900. Additional equipment is required to transport CO2 in a supercritical phase with a pipeline inlet pressure of 135 bar, including 5 compressors, 1 CO2 pump, 1 water pump, 5 intercoolers, and 6 separators. The total capital investment for this project is estimated at USD 247 million. Various carbon price scenarios were evaluated to determine the project's economic feasibility, including those from ETS Indonesia, ETS Australia, ETS UK, and ETS Europe. The analysis revealed that the project is economically viable under the ETS Europe carbon price scenario of USD 61.3 per ton of CO2, yielding an NPV of USD 309 million, an IRR of 21.19%, and a payback period of 3.65 years.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dwi Nuraini
Abstrak :
Dalam upaya untuk menurunkan emisi CO2 dan mencapai net zero emission pada tahun 2070, Pemerintah Indonesia telah menyerukan berbagai langkah upaya penurunan emisi. Implementasi carbon capture storage di industri merupakan salah satu langkah yang dapat ditempuh. Dengan penggunaan energi fosil yang masih sangat tinggi, salah satunya pada Provinsi Jawa Barat, maka integrasi carbon capture storage dengan industri sektor energi fosil di Jawa Barat dapat menjadi langkah awal yang baik untuk peningkatan implementasi carbon capture storage di Indonesia. Meskipun memberikan keuntungan, proses implementasi carbon capture storage juga memiliki berbagai hambatan seperti hambatan sosial, hambatan kebijakan, dan hambatan infrastruktur. Untuk menghilangkan hambatan-hambatan tersebut, peran pemerintah dalam membuat intervensi kebijakan sangatlah penting. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui kebijakan-kebijakan apa saja yang dapat diterapkan untuk meningkatkan implementasi carbon capture storage. Dari hasil simulasi alternatif kebijakan yang diterapkan pada tiga skenario, direkomendasikan tiga alternatif kebijakan yang memperlihatkan hasil yang cukup signifikan, yaitu constrain collaboration, rewarded CO2 avoided, dan energy collaboration. ......To reduce CO2 emissions and achieve net-zero emissions by 2070, the Government of Indonesia has called for various measures to reduce emissions. Implementation of carbon capture storage in the industry is one of the steps that can be taken. With the use of fossil energy still very high, one of which is in West Java Province, the integration of carbon capture storage with the fossil energy sector industry in West Java can be an excellent first step for increasing the implementation of carbon capture storage in Indonesia. However, although it provides advantages, the implementation process of carbon capture storage also has various obstacles such as social barriers, policy barriers, and infrastructure barriers. To remove these obstacles, the government's role in making policy interventions is crucial. This study aims to find out what policies can be applied to improve the implementation of carbon capture storage. From the simulation results of alternative policies applied to the three scenarios, it is recommended that three alternative policies show significant results, namely constraint collaboration, rewarded CO2 avoided, and energy collaboration.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Indrawan Putra
Abstrak :
Langkah mitigasi dampak perubahan iklim dalam bentuk carbon capture and storage (CCS) belum diaplikasikan di Indonesia, terutama karena ada proses transportasi dan penyimpanan karbon yang tidak memberikan nilai tambah. Proses Fischer-Tropsch (FT) merupakan teknologi yang bisa menghasilkan produk yang bisa diproses dari CO2 dan diolah untuk menjadi komoditi yang bernilai tambah dalam bentuk bahan bakar kendaraan bermotor. Menggunakan aplikasi openLCA, dilakukan analisis siklus hidup dari sintesis bahan bakar FT (FT Fuel) untuk digunakan kendaraan bensin konvensional di Jakarta dari penangkapan CO2 yang bersumber dari gas buang PLTU, yang dibandingkan dengan siklus hidup dari energi listrik untuk kendaraan bermotor listrik/battery electric vehicle (BEV) dan bahan bakar konvensional untuk kendaraan bermotor mesin bakar internal/internal combustion engine vehicle (ICEV). Metode dampak siklus hidup yang digunakan adalah global warming potential (GWP) yang dinyatakan dalam kg CO2-eq. Selanjutnya dibuat skenario alternatif sebagai pembanding untuk dilakukan analisis terkait dampak siklus hidup dan sensitivitas parameternya. Diketahui bahwa sintesis FT Fuel dari carbon capture mempunyai dampak GWP yang lebih tinggi daripada energi listrik untuk BEV dan bensin konvensional untuk ICEV, karena kebutuhan energi listrik yang tinggi dari sintesis FT Fuel dan bauran energi sistem tenaga listrik Jawa-Bali yang masih didominasi oleh pembangkit berbahan bakar fosil. Dengan skenario alternatif seperti penggunaan sumber energi listrik seluruhnya dari solar PV atau sintesis FT Fuel dari likuifaksi batubara, serta perhitungan emisi tertunda, dampak GWP dari sintesis FT Fuel bisa mendekati atau bahkan lebih rendah daripada energi listrik untuk BEV dan bensin konvensional untuk ICEV. ......Measures to mitigate the impacts of climate change in the form of carbon capture and storage (CCS) have not been implemented in Indonesia, especially because there are carbon transportation and storage processes that do not provide added value. The Fischer- Tropsch (FT) process is a technology that can produce products that can be processed from CO2 and processed to become value-added commodities in the form of motor vehicle fuel. Using the openLCA application, a life cycle analysis was carried out of the synthesis of FT fuel for use in conventional gasoline vehicles in Jakarta from the capture of CO2 sourced from a coal fired power plant’s exhaust gas, which was compared with the life cycle of electrical energy for battery electric vehicles (BEV) and conventional fuel for internal combustion engine vehicles (ICEV). The life cycle impact method used is global warming potential (GWP) which is expressed in kg CO2-eq. Next, an alternative scenario is created as a comparison for analysis regarding life cycle impacts and parameter sensitivity. It is gathered that FT Fuel synthesis from carbon capture has a higher GWP impact than electrical energy for BEVs and conventional gasoline for ICEVs, due to the high electrical energy requirements from FT Fuel synthesis and the energy mix of the Java-Bali electric power system which is still dominated by fossilfueled power plants. With alternative scenarios such as the use of electrical energy sources entirely from solar PV or FT Fuel synthesis from coal liquefaction, as well as delayed emission calculations, the GWP impact from FT Fuel synthesis could be close to or even lower than electrical energy for BEVs and conventional gasoline for ICEVs.
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Irzani
Abstrak :
ABSTRACT
Penanganan gas karbon dioksida CO2 buangan pembangkit listrik tenaga batubara dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi Carbon Capture and Sequestration CCS melalui penangkapan CO2. CO2 yang telah ditangkap dari pembangkit dapat dikonversi menjadi produk kimia. Penelitian bertujuan mendapatkan kinerja teknis dan kelayakan ekonomi dari proses terintegrasi Carbon Capture dengan sintesis olefin menggunakan CO2 hasil penangkapan dan hidrogen terbarukan. Dilakukan simulasi terhadap 2 skema proses terintegrasi, yaitu produksi olefin dari CO2 hasil CCS dengan menggunakan hidrogen terbarukan dari elektrolisis air dan gasifikasi biomassa. Simulasi dilakukan dengan UniSim Design dan Aspen. Dari hasil simulasi tersebut dianalisis kinerja teknisnya dan secara ekonomi menggunakan metode levelized cost. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa proses terintegrasi CCS dengan produksi olefin menggunakan hidrogen terbarukan dari elektrolisis air memiliki intensitas energi termal dan CO2 abatement yang paling baik 123.21 GJ/ton olefin dan 79.3 sedangkan proses terinetgrasi CCS dengan produksi olefin menggunakan hidrogen terbarukan dari gasifikasi biomassa memiliki intensitas energi listrik dan biaya produksi yang paling baik 32.29 MWh/ton olefin dan 3,064.43 /ton olefin.
ABSTRACT
Handling of exhaust gases from coal based power plant can be done using Carbon Capture and Sequestration CCS technology by installing additional equipment for the capture of CO2. CO2 that has been captured from the plant can be converted into a product. The goal of this research is to obtain the technical performance and economical feasibility of an integrated process of CCS with olefin synthesis using renewable hydrogen. In this research, simulations are done to 2 integrated process scheme, which is olefin production using captured CO2 through renewable hydrogen from water electrolysis and biomass gasification using UniSim Design and Aspen Plus simulators. These schemes rsquo technical performance will be analyzed which is its energy intensity, CO2 abatement, and whole energy usage. These schemes will also be analyzed economically using levelized cost analysis method. It is found that olefin production using captured CO2 through renewable hydrogen from water electrolysis has the best thermal energy intensity and CO2 abatement 123.21 GJ ton olefin 79.3 whereas olefin production using captured CO2 through renewable hydrogen from biomass gasification has the best electrical energy intensity and has the lowest levelized cost value 32.29 MWh ton olefin 3,064.43 ton olefin.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiq Shahabi
Abstrak :
Pemanasan global semakin menjadi ancaman yang nyata. Salah satu kontributor terbesar dalam meningkatnya suhu bumi adalah meningkatnya kandungan gas polutan CH4 dan CO2. Pada skripsi ini, penulis akan meriset salah satu bentuk Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) menggunakan adsorpsi terhadap gas buang CH4 dan CO­2 dalam rasio 85% metana dan 15% karbon dioksida untuk simulasi kondisi gas buang. Adapun penelitian yang dilakukan adalah menggunakan MOF Aluminium Fumarate yang kemudian akan dikarakterisasi menggunakan uji FTIR, XRD, SEM, dan TGA, serta MOF Zn-DOBDC yang akan dikarakterisasi menggunakan XRD dan PSD untuk mengetahui karakteristik untuk kemudian dilakukan simulasi menggunakan software RASPA. Penelitian akan dilakukan dalam variasi temperature 300 – 323 K serta tekanan hingga 35 bar. Puncak uptake (g/g) didapatkan pada variasi temperature 300 K dan tekanan 35 bar, dimana uptake mencapai angka 0,51 g/g yang berarti 0,51 gram dari CH4 dan CO2 teradsorpsi untuk setiap 1 gram Zn-DOBDC. Didapatkan kesimpulan bahwa dengan meningkatnya temperature, uptake dalam satuan mmol/g mengalami penurunan, sementara dengan meningkatnya tekanan uptake mengalami kenaikan. Hasil adsorpsi juga kemudian akan dilakukan fitting terhadap korelasi adsorpsi isothermal Langmuir, Freundlich, dan Langmuir-Freundlich (sips) serta analisis terhadap panas adsorpsi dalam satuan kJ/mol. Hasil dari simulasi kemudian diteliti lebih lanjut menggunakan modelling Artificial Neural Network (ANN). ......Global warming is increasingly becoming a real threat. One of the biggest contributors to increasing Earth's temperature is the increasing content of pollutant gases CH4 and CO2. In this thesis, the author will research a form of Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) using adsorption of CH4 and CO2 exhaust gases in a ratio of 85% methane and 15% carbon dioxide to simulate exhaust gas conditions. The research carried out is using Aluminum Fumarate MOF which will then be characterized using FTIR, XRD, SEM, and TGA, as well as the MOF Zn-DOBDC which will be characterized using XRD to identify its properties and to be later simulated using the software RASPA. The research will be carried out in temperature variations of 300 – 323 K and pressures of up to 35 bar. The absorption peak (g/g) was obtained at a temperature variation of 300 K and a pressure of 35 bar, where the absorption reached 0.51 g/g, which means 0.51 grams of CH4 and CO2 were adsorbed for every 1 gram of Zn-DOBDC. It was concluded that with increasing temperature, the absorption in mmol/g units decreased, while with increasing pressure the absorption increased. The adsorption results will then be adjusted to the Langmuir, Freundlich, and Langmuir-Freundlich isothermal adsorption correlations (sips) as well as analysis of heat adsorption in units of kJ/mol. The results of the simulation were then examined further using Artificial Neural Network (ANN) modeling.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Dewa Saputra
Abstrak :
Perubahan iklim merupakan tantangan global yang mendesak, terutama ditandai oleh peningkatan emisi gas rumah kaca yang terus menerus, memerlukan tindakan segera untuk menjaga kelestarian lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir, produksi bioetanol global telah memberikan kontribusi signifikan terhadap emisi karbon dioksida global, dengan setiap liternya mengeluarkan sekitar 0,76 kg CO₂. Dengan latar belakang ini, PT X menunjukkan kepemimpinan yang proaktif dengan merencanakan pabrik bioetanol berbasis sagu dengan pendekatan karbon negatif, yang menyoroti pentingnya teknologi penangkapan karbon untuk memitigasi dampak lingkungan. Teknologi ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi emisi tetapi juga memurnikan karbon dioksida hingga tingkat kemurnian tara pangan sebesar 99,9%w. Studi kelayakan tersebut mencakup kapasitas bioetanol mulai dari 500 kLPA hingga 500.000 kLPA. Kajian ini mengevaluasi secara komprehensif Aspek Teknis dan Dampak Lingkungan dari teknologi penangkapan karbon, dengan fokus khusus pada penangkapan karbon dioksida dari Gas Fermentasi dan Gas Buang dari boiler berbahan bakar biomassa. Pertimbangan teknis meliputi Kesesuaian Teknologi, Tingkat Kesiapan Teknologi, Tingkat Risiko Keselamatan, dan Konsumsi Energi, sedangkan parameter Dampak Lingkungan meliputi Potensi Pemanasan Global, Potensi Pengasaman, Potensi Eutrofikasi, Potensi Penipisan Ozon, Jejak Kelangkaan Air, Pembentukan Oksidasi Fotokimia, dan Ekotoksisitas. Dalam kategori Penangkapan Kaya Karbon Dioksida, Teknologi Praxair muncul sebagai pilihan optimal berdasarkan Aspek Dampak Teknis dan Lingkungan, sedangkan Penyerapan Berbasis Amina EFG+ Fluor lebih disukai dalam kategori Penangkapan Miskin Karbon Dioksida. Secara keseluruhan, penangkapan Gas Fermentasi terbukti lebih hemat energi dengan dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan penangkapan Gas Buang. Selain itu, kepatuhan terhadap etika teknik, profesionalisme, dan prioritas aspek Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan (HSE) sangat penting untuk keberhasilan upaya teknik. ...... Climate change presents a pressing global challenge, marked by the relentless increase in greenhouse gas emissions, demanding immediate action to ensure environmental sustainability. In recent years, global bioethanol production has significantly contributed to the global carbon dioxide emissions, with each liter emitting approximately 0.76 kg of CO₂. Against this backdrop, PT X demonstrates proactive leadership by planning a sago-based bioethanol plant with a carbon-negative approach, highlighting the crucial need for carbon capture technology to mitigate environmental impacts. This technology not only aims to reduce emissions but also purify carbon dioxide to a food-grade purity level of 99.9%w. The feasibility study encompasses bioethanol capacities ranging from 500 kLPA to 500,000 kLPA. This study comprehensively evaluates the Technical and Environmental Impact Aspects of carbon capture technology, focusing specifically on capturing carbon dioxide from Fermentation Gas and Flue Gas from biomass-fueled boilers. Technical considerations include Technology Suitability, Technology Readiness Level, Safety Risk Level, and Energy Consumption, while Environmental Impact parameters include Global Warming Potential, Acidification Potential, Eutrophication Potential, Ozone Depletion Potential, Water Scarcity Footprint, Photochemical Oxidant Formation, and Ecotoxicity. In the Carbon Dioxide-Rich Capture category, Praxair Technology emerges as the optimal choice based on both Technical and Environmental Impact Aspects, while Fluor's EFG+ Amine-Based Absorption is preferred in the Carbon Dioxide-Poor Capture category. Overall, Fermentation Gas capture proves more energy-efficient with lower environmental impacts compared to Flue Gas capture. Additionally, adherence to engineering ethics, professionalism, and prioritization of Health, Safety, and Environment (HSE) aspects are crucial for successful engineering endeavors.
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>