Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Musfirah Cahya Fajrah Toana
Abstrak :
ABSTRAK
Telah berhasil disintesis dan dipelajari material karbon nanopori yang diperoleh dari interaksi antara padatan silikon karbida dan HCl menggunakan metode variasi ultrasonik dan pemanasan. Silion karbida dengan kemurnian lebih dari 98% dari Aldrich digunakan sebagai sumber karbon, sedangkan larutan HCl berfungsi sebagai sumber gas klor yang akan bereaksi dan mengambil silikon (Si) dari silikon karbida. Dalam penelitian ini diadakan lima variasi yang berbeda yaitu disebut sebagai CDC1, CDC2, CDC3, CDC4 dan CDC5. Metode ultrasonik dan pemanasan terhadap material CDC1, CDC2, CDC3, CDC4, CDC5 didapatkan stabil pada suhu pemanasan 1000 o C dengan perbandingan berat wt% antara silikon karbida dan pori karbon hasil sintesis adalah CDC1 wt% = SiC : C = 75% : 25%, CDC2 wt% = SiC : C = 35% : 65%, CDC3 wt% = SiC : C = 34,5% : 65,5%, CDC4 wt% = SiC : C = 30% : 70% dan CDC5 wt% = SiC : C = 25% : 75%. Pembentukan pori dan pertumbuhan kristal hanya muncul setelah proses pemanasan. Material CDC1, CDC2, CDC3, CDC4, CDC5 hasil sintesis masing-masing memiliki struktur heksagonal dengan grup ruang P6 3 mc dan parameter kisi berturut-turut yaitu a = b = 2,456 Å dan c = 12,350 Å. Pembuktian berdasarkan analisis GSAS refine Fourier memperlihatkan bahwa material CDC1, CDC2, CDC3, CDC4, CDC5 memiliki struktur rentang panjang arah sumbu c untuk CDC1 = 15Å, CDC2 = 15Å, CDC3 = 20Å, CDC4 = 30Å, CDC5 = 35Å terhadap pemanjangan parameter kisi c masing -masing CDC1 = 12,35Å, CDC2 = 15,1Å, CDC3 = 18Å, CDC4 = 20,4Å dan CDC5 = 24,1Å dan mengalami penurunan nilai densitas CDC1= 3 gr/cm 3 , CDC2 = 2,45 gr/cm 3 , CDC3 = 1,5 gr/cm 3 , CDC4 = 1,4 gr/cm 3 dan CDC5 = 1,2 gr/cm 3 . Struktur karbon m akropori - nanopori rentang panjang heksagonal tipe pori silinder memiliki ukuran pori 200 nm - 35 nm, luas permukaan 55 m 2 /gram-1250 m 2 /gram dan sangat khas muncul pada bilangan gelombang 1095, 57 cm -1 dan karenanya material tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai media penyimpan gas.
ABSTRACT
Nanopores carbide derived carbon synthesized from silicon carbide and HCl by using ultrasonic and sintering at high temperature has been investigated. Silicon carbide with a purity better than 98% from Aldrich was used as a carbon source while HCl was used as a leaching agent.. In this investigation, five different processes were carried out, i.e. CDC1, CDC2, CDC3, CDC4 and CDC5. Ultrasonik process and sintering on these five CDC1, CDC2, CDC3, CDC4 and CDC5 materials were found to be stable at 1000 o C with the weight ratio between silicon carbide and the derived carbon CDC1 wt% = SiC : C = 75% : 25%, CDC2 wt% = SiC : C = 35% : 65%, CDC3 wt% = SiC : C = 34,5% : 65,5%, CDC4 wt% = SiC : C = 30% : 70% dan CDC5 wt% = SiC : C = 25% : 75%. Pores formation and crystal growth occur after sintering process. Each derived carbon material has the hexagonal structure and a space group of P6 3 mc and lattice parameters a = b = 2.456 Å and c = 12.350 Å. Fourier analysis by using a package program of GSAS showed that CDC1, CDC2, CDC3, CDC4 and CDC5 have an expansion on the c direction in which CDC1 = 15 Å, CDC2 = 15 Å, CDC3 = 20 Å, CDC4 = 30 Å, and CDC5 = 35 Å from the original values of CDC1 = 12.35 Å, CDC2 = 15. 1 Å, CDC3 = 18 Å, CDC4 = 20. 4 Å and CDC5 = 24.1 Å. Furthermore, the elektronic density was found to be CDC1= 3 gr/cm 3 , CDC2 = 2.45 gr/cm 3 , CDC3 = 1.5 gr/cm 3 , CDC4 = 1.4 gr/cm 3 and CDC5 = 1.2 gr/cm 3 . The long hexagonal ribbon of the derived carbon has the size of 200 nm ? 35 nm, surface area of 55 m 2 /g ? 1250 m 2 /g and occur at a wave number of 1095. 57 cm -1 . This material has the potential application as a gas storage.
Depok: 2010
D1535
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Santosa
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan tekanan gas oksigen dan propana pada pelapisan baja dengan bahan pelapis Wolfram Carbide/Cobalt dengan menggunakan metode HVOF. Untuk itu digunakan XRD, SEM, dan EDAX. Morfologi struktur permukaan digunakan SEM, sedangkan untuk mengetahui komposisi digunakan EDAX selanjutnya XRD digunakan untuk mengetahui struktur dan fasa kristal dengan bantuan program RietAn (Rietfeld Analysis). Dari analisis XRD diperoleh bahwa struktur dan komposisi fasa sangat bergantung pada ratio tekanan antara oksigen dan propana. Fasa-fasa yang dominan dalam lapisan ini adalah WC dan Co. Namun fraksi fasa ini berbanding terbalik dengan ratio tekanan oksigen dan propana. Ratio tekanan oksigen dan propana juga mempengaruhi tingkat difusi atom Cobalt dalam kristal WC. ......The purpose of this research is to understand the influence of changing oxygen pressure and propane by using HVOF process of coating steel with Wolfram Carbide/Cobalt powder. XRD, SEM, and EDAX techniques have been utilized. SEM is used to study the morphologic structure of surface, but EDAX is used to know the composition of phase, and XRD is used to find out the structure and crystals phases by applying RietAn (Ristfeld Analysis) program. From XRD analysis, we find that structure and composition phase depend on the ratio of oxygen and propane?s pressure. The majority phases in this coating are WC and Co. The mass of fraction is indirect proportional to the ratio of oxygen and propane?s pressure. Therefore, the ratio of oxygen and propane influences the diffusion level of Cobalt (Co) in the Wolfram Carbide (WC) crystal structure.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21368
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Alif Fudin
Abstrak :
Masalah yang sering muncul dalam pembuatan grindil ball lokal adalah belum maksimalnya performa standar yang dipersyaratkan seperti nilai yield hanya bisa dicapai 35% masih dibawah standar 35% tingkat pecah yang tinggi dan masih terdapat cacat shinkage atau porositas. Dari data teknis diatas masih diperlukan upaya penelitan dan pengkajian mendalam untuk menghasilkan kualitas grinding ball lokal agar sesuai dengan spesifikasi pemakaian. Penelitian skala laboratiroum terhadap grinding ball hasil industri kecil-menengah dilakukan muai dari inspeksi mikrostruktur, kualitas permukaan, kerusakan dan komposisi kimia kondisi as-cast. Kondisi grinding ball as-cast selanjutnya dilakukan proses perlakuan panas mulai dari annealing, hardening dan tempering untuk kemudian dilakukan pengamatan nilai kekerasan makro, metalografi kualitatif-mikrostruktur serta kuantitatif-persen fasa terhadap hasi tiap-tiap kondisi perlakuan panas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kekerasan grinding ball kondisi as-cast dapat ditingkatkan dengan perlakuan panas yaitu 430-510 HB menjadi 690-833 HB pada perlakuan hardening. Perolehan mikrostruktur primary carbides sebesar 21-32 % pada as temper sedangkan target untuk as-temper adalah 38,2%, Hal ini terjadi karena pengendapan primary carbides dalam matriks belum maksimal akibat perlakuan panas yang kurang optimum.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Oktaviani
Abstrak :
Perkembangan teknologi pada dunia militer sedang berkembang pesat, salah satunya adalah material baru untuk aplikasi kendaraan tempur dimana merupakan sebuah komposit laminat. Komposit ini terbuat dari lembaran logam AA7075 dan kevlar yang ditambahkan epoksi resin. Setelah dilakukan penambahan serbuk nano TiC dilakukan pengujian untuk mengetahui kemampuannya untuk menyerap energi balistik dari proyektil. Terbentuknya Solid Thickening Fluid (STF) yaitu dengan mencampurkan serbuk nano TiC dengan PEG-400, menggunakan magnetic stirrer selama 2 jam, yang nantinya akan diimpregnasikan ke lapisan kevlar. Langkah selanjutnya ialah membuat struktur komposit laminat dengan metode hand layup dilanjutkan dengan proses pengeringan di temperatur ruang. Setelah itu, Daya serap energi dari komposit yang diimpregnasi oleh STF nantinya akan dibandingkan dengan komposit tanpa impregnasi dengan variasi jumlah lapisan sebanyak 8, 16, dan 24 lapisan kevlar. Selain itu, komposit dilakukan pengujian SEM untuk melihat persebaran serbuk nano keramik pada kevlar serta pengujian foto makro untuk mengetahui jenis kegagalan setelah pengujian balistik. Hasil penelitian dari penambahan TiC dan penambahan jumlah lapisan kevlar pada sampel menunjukkan hasil yang baik pada pengujian balistik dan impak. ......Technological developments in the military world are growing rapidly, one of which is a new material for combat vehicle applications which is a laminated composite. This composite is made of AA7075 sheet metal and kevlar with added epoxy resin. After adding TiC nanopowder, a test was carried out to determine its ability to absorb ballistic energy from projectiles. Solid Thickening Fluid (STF) is formed by mixing TiC nano powder with PEG-400, using a magnetic stirrer for 2 hours, which will later be impregnated onto a kevlar layer. The next step is to make a laminate composite structure with the hand layup method followed by a drying process at room temperature. After that, the energy absorption of composites impregnated by STF will be compared with composites without impregnation with variations in the number of layers of 8, 16, and 24 layers of kevlar. the results of the addition of TiC and the addition of the number of layers of Kevlar on the sample showed good results in ballistic and impact testing.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Oktaviani
Abstrak :
Perkembangan teknologi pada dunia militer sedang berkembang pesat, salah satunya adalah material baru untuk aplikasi kendaraan tempur dimana merupakan sebuah komposit laminat. Komposit ini terbuat dari lembaran logam AA7075 dan kevlar yang ditambahkan epoksi resin. Setelah dilakukan penambahan serbuk nano TiC dilakukan pengujian untuk mengetahui kemampuannya untuk menyerap energi balistik dari proyektil. Terbentuknya Solid Thickening Fluid (STF) yaitu dengan mencampurkan serbuk nano TiC dengan PEG-400, menggunakan magnetic stirrer selama 2 jam, yang nantinya akan diimpregnasikan ke lapisan kevlar. Langkah selanjutnya ialah membuat struktur komposit laminat dengan metode hand layup dilanjutkan dengan proses pengeringan di temperatur ruang. Setelah itu, Daya serap energi dari komposit yang diimpregnasi oleh STF nantinya akan dibandingkan dengan komposit tanpa impregnasi dengan variasi jumlah lapisan sebanyak 8, 16, dan 24 lapisan kevlar. Selain itu, komposit dilakukan pengujian SEM untuk melihat persebaran serbuk nano keramik pada kevlar serta pengujian foto makro untuk mengetahui jenis kegagalan setelah pengujian balistik. Hasil penelitian dari penambahan TiC dan penambahan jumlah lapisan kevlar pada sampel menunjukkan hasil yang baik pada pengujian balistik dan impak. ......Technological developments in the military world are growing rapidly, one of which is a new material for combat vehicle applications which is a laminated composite. This composite is made of AA7075 sheet metal and kevlar with added epoxy resin. After adding TiC nanopowder, a test was carried out to determine its ability to absorb ballistic energy from projectiles. Solid Thickening Fluid (STF) is formed by mixing TiC nano powder with PEG-400, using a magnetic stirrer for 2 hours, which will later be impregnated onto a kevlar layer. The next step is to make a laminate composite structure with the hand layup method followed by a drying process at room temperature. After that, the energy absorption of composites impregnated by STF will be compared with composites without impregnation with variations in the number of layers of 8, 16, and 24 layers of kevlar. the results of the addition of TiC and the addition of the number of layers of Kevlar on the sample showed good results in ballistic and impact testing.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wali Riansyah Z.
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh penambahan Mo terhadap material high chromium white cast iron serta pengaruh heat treatment, yang terdiri dari sub critical, destabilisasi, sub zero treatment dan tempering. Dalam penelitian ini telah dibuat material high chromium white cast iron dengan komposisi 2.2C - 13Cr dan 2.2C - 13Cr - 1.4 Mo, kemudian dilakukan heat treatment terhadap material tersebut yang berupa subcritical, destabilisasi, subzero treatment, dan tempering. Destabilisasi dilakukan pada temperatur 850°C, 950°C, dan 1050°C selama 5 jam. Masing-masing material di quench kedalam nitrogen cair sesaat setelah keluar dari furnace. Pengujian dilakukan dengan mikroskop optik, mikroskop elektron, X-Ray Diffraction (XRD) serta pengujian kekerasan juga ketangguhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi diperoleh pada temperatur destabilisasi 950oC baik pada material dengan komposisi 2.2C - 13Cr maupun material dengan komposisi 2.2C - 13Cr - 1.4 Mo. Secondary carbide terbanyak diperoleh pada temperatur destabilisasi 950°C untuk material dengan komposisi 2.2C - 13Cr dan pada temperatur 850°C untuk material dengan komposisi 2.2C - 13Cr - 1.4 Mo. Fraksi volume secondary carbide yang sangat rendah ditemukan pada temperatur destabilisasi 1050oC baik pada material dengan komposisi 2.2C - 13Cr maupun material dengan komposisi 2.2C - 13Cr - 1.4 Mo. Retained austenite berdasarkan XRD menunjukkan intensitas tertinggi pada temperatur 850°C untuk material dengan komposisi 2.2C - 13Cr dan pada 1050°C untuk material dengan komposisi 2.2C - 13Cr - 1.4 Mo. ......This research was did to studying influence of Mo to the high chromium white cast iron material, and effect of heat treatment that consist of sub critical treatment, destabilization, sub zero treatments and tempering. In this research have been made high chromium white cast iron material with composition 2,2C - 13 Cr and 2.2C - 13Cr - 1.4 Mo, then heat treatment was applied to the material that consist of sub critical treatment, destabilization, sub zero treatment and tempering. Destabilization were undertaken at temperature 850°C, 950°C, and 1050°C for 5 hour. Each sample was liquid nitrogen quenched after being taken out of furnace. Characterization was carried out by optical, electron microscope, X-Ray Diffraction (XRD) and hardness test and impact test were also evaluated. The result shown that highest hardness was achieve at 950oC for high chromium white cast iron material with composition 2,2C - 13 Cr and 2.2C - 13Cr - 1.4 Mo either. Most secondary carbide was found at 950°C for high chromium white cast iron material with composition 2,2C - 13 Cr and 850oC for high chromium white cast iron material with composition 2.2C - 13Cr - 1.4 Mo. A very low carbide precipitate was found at 1150°C for high chromium white cast iron material with composition 2,2C - 13 Cr and 2.2C - 13Cr - 1.4 Mo. Retained austenite based on XRD shown that the highest intensity occured at 850oC for high chromium white cast iron material with composition 2,2C - 13 Cr and 1050oC for high chromium white cast iron material with composition 2.2C - 13Cr - 1.4 Mo.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42209
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Musfirah Cahya Fajrah Toana
Abstrak :
Dalam tesis ini dilakukan sintesa Boron Karbida dengan menggunakan metode reaksi antara Asam Borat (H3BO3)-Karbon( C) dan Asam Borat (H3BO3) - Glukosa (C6O6H12). Kedua bahan dicampur dengan berbagai variasi komposisi, yaitu (H3BO3) 247,2 gram: Karbon 84 gram, H3BO3 247,2 gram:karbon 168 gram, H3BO3 247,2 gram:karbon 252 gram dan H3BO3 37,1 gram: Glukosa 108,2 gram, H3BO3 37,1gram:Glukosa 216,2 gram, H3BO3 37,1 gram:Glukosa 324,3 gram. Proses reaksi diawali dengan penimbangan, kemudian dilakukan proses pencampuran di atas kompor pemanas selama 10 jam. Setelah terjadi pengarangan bahan dioven pada suhu 100oC selama 24 jam. Bahan yang telah terbentuk dari hasil reaksi dilakukan pembakaran pada temperatur 400°C, 800°C, 1000°C masing-masing selama 3 jam. Bahan yang tidak dan yang telah dibakar akan dilakukan karakterisasi dengan XRD dan paket program GSAS. Hasil analisa fasa memperlihatkan bahwa telah terbentuk Boron Karbida jenis B25C pada komposisi varisasi campuran Asam Borat 247,2 gram:Karbon Aktif 84 gram dan Asam Borat 247,2 gram:168 gram baik pada kondisi sebelum pembakaran (100°C) dan sesudah pembakaran (400°C). Pada komposisi variasi campuran Asam Borat 37,1 gram:glukosa 108,23 gram dan Asam Borat 37,1 gram:Glukosa 216,2 gram sebelum pembakaran (100°C) dan sesudah pembakaran (400°C dan 1000°C) terbentuk boron karbida jenis B8C18 dan B2O3 dan pada kondisi pembakaran 800°C hanya terbentuk B8C18. ......In this research, the synthesis of Boron Carbide is conducted using reaction method between mixture of Boric Acid (H3BO3) & Carbon (C) powder and mixture of Boric Acid (H3BO3) & Glucose (C6H6O12) powder. Both mixtures are mixed with various compositions, as follows: H3BO3 247,2 gram : Carbon 84 gram, H3BO3 247,2 gram : Carbon 168 gram, H3BO3 247,2 gram : Carbon 252 gram and H3BO3 37,1 gram : Glucose 108,2 gram, H3BO3 37,1gram:Glucose 216,2 gram, H3BO3 37,1 gram : Glucose 324,3 gram. Polymerization reaction process is preceded with weighing and followed by mixing process while heating on a burner for 10 hrs. After heating in a furnace at 100°C for 24 hrs, resulted material from the reaction process are heated at 400°C, 800°C, 1000°C for 3 hrs at each temperature. Finally, the raw material and final material will be characterized using XRD and GSAS software. The result of fase analysis shows the formation of B25C type Boron Carbide at mixture composition of Boric Acid 247,2 gram : Carbon 84 gram and Boric Acid 247,2 gram:168 gram before high temperature heating (100°C) and after high temperature heating (400°C). While at mixture composition of Boric Acid 37,1 gram : Glucose 108,23 gram and Boric Acid 37,1 gram : Glucose 216,2 gram before high temperature heating (100°C) and after high temperature heating (400oC and 1000°C) forms B8C18 and B2O3 types Boron Acid, whereas at heating at 800°C forms B8C18 type Boron Carbide.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20483
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annida Jihan Maulida
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam penelitian ini dilakukan proses pembentukan lapisan karbida kromium pada material baja SUJ 2 sebagai perlakuan permukaan dengan metode pack cementation menggunakan campuran serbuk berupa FeCr, Al2O3, dan NH4Cl dengan komposisi masing-masing sebanyak 60 , 37 , dan 3 . Proses TRD dilakukan didalam vacuum furnace dengan temperatur 980 dengan variasi waktu tahan selama 4, 6, dan 8 jam untuk dipelajari pengaruhnya terhadap sifat mekanik dan fisik material. Hasil dari pengamatan menggunakan mikroskop optik menunjukkan adanya peningkatan ketebalan lapisan seiring dengan penambahan waktu tahan. Pada substrat juga ditemukan fasa yang terbentuk berupa pearlite, cementite. Pengamatan menggunakan SEM menunjukkan morfologi lapisan yang cukup baik yang dibuktikan dari tidak terbentuknya banyak porositas. Karakterisasi XRD menunjukkan senyawa karbida kromium dalam lapisan berada dalam bentuk Cr23C6 dan Cr7C3. Pada pengujian kekerasan mikro Vickers didapat hasil dengan kekerasan sebesar 1738.62, 1738.72, dan 1739.64 HV untuk setiap variabel, masuk kedalam spesifikasi kekerasan aplikasi pin silent chain sebesar 1700 HV dan laju aus yang didapat menurun seiring dengan kenaikan kekerasan, dimana untuk masing-masing waktu tahan sebesar 0.000698, 0.000658, dan 0.000627 mm3/m.
ABSTRACT<>br> In this study, the formation of chromium carbide layer on SUJ 2 tool steel substrate as a surface treatment by thermo reactive diffusion process with pack cementation method was observed. The powder used are Al2O3, NH4Cl, and FeCr as carbide forming elements with the composition of 37 , 3 , 60 for each. TRD process performed in rotating vacuum furnace for 4, 6, and 8 hours on 980oC. The result shows time variation effect on the carbide layer. Microstructure of SUJ2 after TRD process observed by Optical Microscope shows the layer thickness increases as the increasing of holding time. The microstructure phase identified as pearlite and cementite. The morphology of carbide layer observed with SEM shows a smooth and dense layer with almost no porosity formed. Cr23C6 and Cr7C3 found on the layer by XRD and microhardness obtained using Vickers hardness testing for each samples are 1738.62, 1738.72, and 1739.64 HV. The wear rates are inversely proportional with the hardness value where the values are 0.000698, 0.000658, and 0.000627 mm3 m.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Samuel Christopher
Abstrak :
Hardfacing adalah proses ekonomis untuk memelihara atau memperbaiki komponen suatu alat karena masalah keausan. Dalam penelitian ini, tiga sampel pelat baja SMnCrMoB435H dikeraskan menggunakan kawat las baja tahan karat austenitik sebagai lapisan penyangga dan kawat las baja martensit sebagai lapisan hardfacing dengan proses pengelasan flux cored arc welding (FCAW). Prosedur pengelasan identik diulang di semua sampel. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memaksimalkan ketahanan aus yang diperoleh pada lapisan hardfacing yang diperoleh dengan mengoptimalkan parameter pengelasan. Masukan panas untuk hardfacing tiga lapis divariasikan menggunakan tiga arus pengelasan yang berbeda: 200 A, 250 A, dan 250 A, sambil menjaga tegangan pengelasan dan kecepatan pengelasan konstan; dan menggunakan polaritas pengelasan berjenis DC. Lapisan penyangga diendapkan pada logam dasar dengan arus pengelasan sebesar 180 A dengan tegangan dan kecepatan pengelasan yang sama dengan kawat hardfacing. Pengujian kekerasan Rockwell digunakan untuk mengukur nilai kekerasan dari permukaan atas sampel yang dikeraskan. Struktur hardfacing layer dan butter layer juga diambil menggunakan mikroskop elektron pemindaian (SEM). Komposisi kimia fase yang terlihat pada gambar SEM juga ditentukan dengan menggunakan EDS. Rata-rata kekerasan yang dihasilkan pada penelitian ini adalah 39,3 HRC untu masukan panas 2,0 kJ/mm, 41,3 HRC untuk masukan panas 2,5 kJ/mm, dan 43,5 HRC untuk masukan panas 3,0 kJ/mm. ......Hardfacing is an economical process for maintaining or repairing parts of a tool due to wear problems. In this study, three samples of SMnCrMoB435H steel plates were hardened using austenitic stainless steel welding wire as a buffer layer and martensitic steel welding wire as a hardfacing layer by flux cored arc welding (FCAW) welding process. Identical welding procedures were repeated in all samples. The main objective of this research is to maximize the wear resistance obtained on the hardfacing layer which is obtained by optimizing the welding parameters. The heat supply for the triple layer hardfacing is varied using three different welding currents: 200 A, 250 A, and 250 A, while keeping the welding voltage and welding speed constant; and use DC type welding polarity. The buffer layer is deposited on the base metal by welding a current of 180 A with the same welding voltage and speed as the hardfacing wire. The Rockwell hardness test is used to measure the hardness value of the upper surface of a hardened sample. The structure of the hardfacing layer and butter layer was also taken using a scanning electron microscope (SEM). The chemical composition of the phases seen in the SEM images was also determined using the EDS. The average hardness produced in this study was 39.3 HRC for 2.0 kJ/mm heat input, 41.3 HRC for 2.5 kJ/mm heat input, and 43.5 HRC for 3.0 kJ heat input. /mm. 
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Yasmin Afifa Washyla
Abstrak :
Penelitian mengenai alat dan kendaraan militer selalu dilakukan untuk meningkatkan kendaraan tempur untuk meningkatkan kekuatan militer. Salah satu tujuannya adalah untuk menciptakan bahan yang lebih ringan yang dapat menahan benturan balistik. Pada penelitian ini dibuat material komposit hybrid laminate dengan paduan aluminium 5052 sebagai matriks dan Kevlar diresapi dengan titanium karbida sebagai penguat. Kevlar diresapi menggunakan cairan penebalan geser (STF). Varietas lapisan Kevlar adalah 20, 30, dan 40 lapisan. Uji balistik dilakukan dengan standar NIJ 0108.01. Penambahan STF dapat meningkatkan balistik dan kekuatan impak sampel dengan mengisi rongga antar setiap serat Kevlar. Kekuatan impak material meningkat dengan semakin tebal lapisan kevlar. Semua sampel dapat menahan uji balistik level II dan hanya 40 lapisan sampel yang diresapi TiC yang dapat menahan uji balistik level III/ ......Great amount of effort is always made to improve combat vehicles in order to increase military strength. One of the goals is to create a lighter material that can withstand ballistic impact. In this study, hybrid laminate composite material is made with aluminum alloy 5052 as a matrix and Kevlar impregnated with titanium carbide as reinforcement. The Kevlar is impregnated using shear thickening fluid (STF). The varieties of Kevlar layers are 20, 30, and 40 layers. The ballistic test was carried out with NIJ 0108.01 standard. The addition of STF can improve the ballistic and impact strength of the sample by filling the cavity between each Kevlar fibers. The impact strength of the material increases with the thicker the kevlar layer. All of the samples can withstand level II ballistic test and only 40 layers of TiC-impregnated sample can withstand level III ballistic test. 
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>