Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asep Setiawan
"ABSTRAK
Modifikasi serat rayon menggunakan teknik radiasi sebagai adsorben uranium
telah dilakukan. Modifikasi dilakukan dengan cara kopolimerisasi cangkok
dengan teknik radiasi secara simultan menggunakan monomer N,N'-
metilendiakrilamid (NBA), monomer glycidil metacrylate (GMA), serta
campuran NBA dan GMA yang dicangkokkan pada serat rayon, juga dilakukan
pengikatan asam sitrat sebagai ligan pada serat tercangkok monomer, sehingga
diperoleh kopolimer cangkok Rayon-g-NBA, Rayon-g-NBA-CA, Rayon-g-GMA,
Rayon-g-GMA-CA, Rayon-g-NBA-GMA, dan Rayon-g-NBA-GMA-CA.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat serat penukar ion yang dapat
mengadsorpsi uranium dengan kapasitas tukar ionnya yang baik. Parameter yang
dipelajari adalah pengaruh dosis serap, volume monomer, konsentrasi monomer,
dan rasio volume larutan. Serat yang telah dimodifikasi dikarakterisasi sifat
fisiknya diantaranya ditentukan persen cangkok, topologi, sifat termal,
kristalinitas, serta kapasitas tukar ionnya. Hasil yang diperoleh adalah kondisi
optimum untuk memodifikasi serat rayon. Dosis radiasi yang digunakan 0,5 kGy
untuk R-g-NBA dan R-g-GMA; 0,75 kGy R-g-NBA-CA, R-g-GMA-CA, dan Rg-
NBA-GMA; dan 1 kGy untuk R-g-NBA-GMA-CA. Volume monomer
optimum untuk semua serat termodifikasi dengan berat serat 100 mg adalah 10
mL, konsentrasi optimum adalah 5%, rasio volume larutan adalah 8:2 untuk R-g-
NBA-CA, 5:5 untuk R-g-GMA-CA, dan R-g-NBA-GMA, dan 4:2:4 untuk R-g-
NBA-GMA-CA. Dari karakterisasi yang dilakukan terlihat bahwa pencangkokan
berhasil dilakukan dengan melihat persen grafting, spektra IR, sifat panas,
diameter, dan kristalinitas dari serat termodifikasi dibandingkan dengan serat asli.
Serat termodifikasi dengan GMA dan asam sitrat (R-g-GMA-CA) memberikan
hasil terbaik dengan kapasitas adsorpsi terhadap uranium terbesar yaitu 0,3 meq/g
serat.

Abstract
Rayon fiber modification using radiation techniques for uranium metal adsorbent
has been conducted. Modifications conducted by grafting copolymerization with
simultaneous radiation technique using the monomer N, N'-metilendiakrilamid
(NBA), glycidil metacrylate monomer (GMA), as well as a mixture of NBA and
GMA is grafted on a rayon fiber, also made of citric acid as a ligand binding to
the grafted fiber monomer, in order to obtain a graft copolymer Rayon -g-NBA,
Rayon-g-NBA-CA, Rayon-g-GMA, Rayon-g-GMA-CA, Rayon-g-GMA-NBA,
and Rayon-g-NBA-GMA-CA. The study aims to create an ion exchange fibers
which can adsorb uranium with a fine ion exchange capacity. Parameters studied
are, respectively, the influence of absorbed doses, the volume of monomers,
monomer concentrations, and the ratio of solution volumes. Modified fibers were
characterized physical properties of which are determined percentage of,
respectively, persent grafts, topologies, thermal properties, crystallinities, and ion
exchange capacities. The results obtained are optimum conditions for modifying
the rayon fiber. Dose of 0.5 kGy of radiation used for R-g-NBA and R-g-GMA;
0.75 kGy for R-g-NBA-CA, R-g- GMA-CA and R-g-NBA-GMA, and 1 kGy for
R-g-NBA-GMA-CA. Optimum monomer volume for all the fibers modified with
fiber weight of 100 mg was 10 mL, the optimum concentration was 5%, the
solution volume ratio is 8:2 for the R-g-NBA-CA, 5:5 for R-g-GMA-CA- and Rg-
NBA -GMA, and 4:2:4 for the R-g-NBA-GMA-CA. From the characterization
performed shows that the transplant has been successed by observing at,
respectively, the percentage of graftings, IR spectras, thermal properties,
diameters, and crystallinities of the fiber-modified compared to its original fiber.
Fibers modified with GMA and citric acid (R-g-GMA-CA) provided the best
results with the adsorption capacity of the largest uranium metal is 0.3 meq / g
fiber."
2012
T30997
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Helmiyati
"Kopolimerisasi cangkok metil metakrilat pada pati tapioka dengan menggunakan larutan-kalium permangaiial sebagai inisiator telah dipelajari. dan dilakukan dalam atmosfer gas nitrogen, menghasilkan kopolimer pati-to-metil metakrilat yang lebih hidrofobik. PeneMtJan ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi pencangkokan metil metakrilat pada pada tapioka, agar diperoleh persamaan laju reaksinya. Penentuan nilai orde reaksi terhadap konsentrasi kalium permanganat, metil metakrilat dan pati, dilakukan dengan metoda laju awal. Variasi terhadap konsentrasi larutan kalium permanganat, monomer, pati, waktu perendaman, temperatur pencangkokan, dan waktu pencangkokan. Kopolimerisasi cangkok metil metakrilat pada pati tapioka berhasil dilakukan dengan kondisi optimum pada konsentrasi larutan KMnO4 0.1 N, konsentrasi monomer 25 %, konsenlrasi pati 6.70 xlO"05 N, waktu perendaman 30 menit, temperatur pencangkokan 50°C, dan waktu pencangkokan 2 jam, menghasilkan pencangkokan sebesar 119,87 % w/w. Nilai orde reaksi terhadap konsentrasi kalium permanganat, metil metakrilat, dan pati diperoleh dari penelitian adalah -1. -I, dan ~2. Kopolimerisasi cangkok metil metakrilat pada pati tapioka ditunjukkan dengan munculnya serapan pada 1728.9 cm"' yang merupakan serapan vibrasi ulur gugus karbonil senyawa ester metil metakrilat. Kopolimer pati-g-metil metakrilat lebih hidrofobik dari pada pati tapioka."
2005
SAIN-10-1-2005-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Nabilah
"Hidrogel superabsorben telah berhasil disintesis dengan karboksimetil selulosa (CMC) sebagai kerangka utama, akrilamida (AAm) sebagai monomer, N,N’- metilena-bis-akrilamida (MBA) sebagai pengikat silang, dan amonium persulfat (APS) sebagai inisiator. Karakterisasi dilakukan dengan spektroskopi FTIR untuk analisis gugus fungsi dan SEM untuk melihat morfologi permukaan hidrogel. Spektrum IR memperlihatkan adanya serapan baru dan kuat pada bilangan gelombang sekitar 1660 cm-1 karena adanya vibrasi regangan dari gugus karbonil pada amida. Hasil foto SEM memperlihatkan perbedaan CMC sebelum tercangkok yang berupa fibril-fibril terpisah menjadi menyatu setelah dilakukan pencangkokan terhadap poliakrilamida.
Kapasitas pengembangan hidrogel terbesar didapat sebesar 27,62 g/g pada konsentrasi AAm sebesar 30%, MBA 1,5%, APS 1% (%w/v), dan CMC 0,7 g dengan suhu reaksi 80ºC. Modifikasi menjadi hidrogel berpori dengan penambahan CaCO3 dapat meningkatkan kapasitas pengembangan sebesar 98,27 g/g. Hidrolisis pada sebagian gugus amida pada hidrogel dapat meningkatkan kapasitas pengembangan hingga 204,72 g/g. Hidrogel hasil hidrolisis memiliki kinetika penyerapan urea mengikuti model kinetika orde satu, sedangkan kinetika pelepasannya mengikuti model kinetika orde nol dan Higuchi yang berarti laju pelepasannya tidak dipengaruhi konsentrasi urea dalam hidrogel.

The superabsorbent hydrogel based on carboxymethyl cellulose (CMC) grafted polyacrylamide (PAM) was successfully synthesized with N,N’-methylene-bis- acrylamide (MBA) as a crosslinker and ammonium persulfate (APS) as an initiator. The hydrogel was characterized using FTIR spectroscopy and SEM. FTIR spectrum showed new and strong peak on 1660 cm-1 because of stretching vibration from carbonyl group (-C=O) of amide. Pictures of SEM characterization showed that CMC before grafting was seen as separated fibryl while CMC grafted polyacrylamide was seen as united fibryl.
The highest swelling capacity of superabsorbent hydrogel in water was 27,26 g/ g at 80°C with 30% AAm, 1,5% MBA, 1%APS (w/v), and 0,7g/10mL CMC. Synthesis of porous hydrogel with adding 3g of CaCO3 was increasing swelling capacity to 98,27 g/g. Furthermore, swelling capacity of hydrogel after partial hydrolisis reaction was increased to 204,72 g/g. Swelling kinetics of hydrolized-hydrogel in urea solution showed a first order kinetics and releasing kinetic of urea in water showed zero order kinetic and Higuchi model which means the concentration of urea in hydrogel didn’t effect releasing rate.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janrizka Betta Chinintya Elisunarko
"Dewasa ini, adsorben telah banyak dikembangkan untuk mengatasi masalah pencemaran logam berat. Pada penelitian ini dilakukan sintesis adsorben dengan gugus fungsional etilendiamin berbasis selulosa. Monomer Glycidyl Methacrylate (GMA) dicangkokkan melalui metode prairadiasi pada selulosa yang telah diiradiasi menggunakan berkas elektron dengan dosis radiasi 40 kGy. Selulosa tercangkok GMA (SG) dimodifikasi menggunakan Etilendiamin (SG-E) pada kondisi optimum untuk diaplikasikan sebagai adsorben ion logam. Hasil sintesis kopolimer SG-E telah berhasil dikarakterisasi dengan FTIR, TGA dan SEM.
Hasil persen pencangkokan SG tertinggi diperoleh dengan nilai 266% dengan konsentrasi GMA optimum sebesar 20%. Kondisi optimum sintesis SG-E yaitu pada suhu 80oC dengan waktu reaksi 5 jam dan konsentrasi EDA 2N. Hasil sintesis SG-E pada kondisi optimum memperoleh nilai persen konversi sebesar 12,41 %. Pada kondisi optimum larutan ion logam dalam proses adsorpsi yaitu pada konsentrasi 15 ppm dengan pH larutan 4 dan waktu kontak 150 menit, memperoleh kapasitas adsorpsi sebesar 3,618 mg/g. Isoterm adsorpsi yang sesuai untuk adsorben SG-E dipelajari dan diperoleh isoterm Langmuir dengan nilai regresi 0,974. Kinetika adsorpsi adsorben SG-E didapatkan mengikuti orde reaksi pertama. Berdasarkan hasil yang diperoleh mengindikasikan bahwa adsorben dengan gugus fungsional etilendiamin meningkatkan penyerapan ion logam Pb.

Recently, adsorbent has been developed to overcome the problem of heavy metal pollution. In this research, a modified cellulose based adsorbent with ethylenediamine functional group was synthesized. Glycidyl Methacrylate (GMA) monomer was grafted through Pre-Irradiation Method into cellulose which has been irradiated using electron beam with 40 kGy radiation dose. GMA grafted cellulose was modified with ethylenediamine at optimum condition to be applied as a metal ion adsorbent. Synthesized copolymer SG-E was successfully characterized by FTIR, TGA and SEM.
The highest result of grafting percent is 266% with 20% GMA concentration. Optimum conditions of SG-E synthesis are at temperature 80oC for 5 hours reaction time with 2 N EDA concentration. Synthesis SG-E at optimum condition is resulting 12,41 % conversion value. The result of SG-E synthesis at optimum condition is 2,0458 mmol EDA/g. At optimum condition which is 15 ppm initial concentration with pH 4 for 150 minute contact time gain 3,618 mg/g adsorption capacity. Adsorption isotherm have been studied. The result show that adsorption process follows Langmuir Isotherm with regression value 0,974. Adsorption kinetic has been observed to follow first order kinetic. Modification of cellulose grafted GMA with ethylenediamine improves lead metal ion sorption.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62326
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zamzania Anggia Shalih
"Latar Belakang: Penolakan cangkok akut pascatransplantasi hati anak dapat berakibat cangkok tidak berfungsi. Angka kejadian yang mencapai 31% di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) membutuhkan evaluasi faktor risiko untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.
Metode: Rekam medis 44 resipien anak pascatransplantasi hati donor hidup dari tahun 2010-Januari 2020 dievaluasi, dan dianalisa menggunakan fisher test.
Hasil: Sebelas subjek (25%) mengalami penolakan cangkok akut pascatransplantasi dengan median waktu 12 hari (jarak waktu 6-70 hari) pascatransplantasi. Total 44 subjek, 29 (65,9%) berusia > 1 tahun dan 30 (68,1%) bergizi kurang. Kejadian penolakan cangkok akut pada kelompok usia ≤1 tahun, adalah 5 (33%) dan pada usia >1 tahun, 6 (20%). Penolakan cangkok akut terjadi pada 6 subjek (20%) dengan gizi kurang, dan 5 subjek (35,7%) dengan gizi baik. Hasil analisa menunjukkan tidak ada hubungan antara usia (p= 0,468; 95% CI 0,47-0,77; OR 1,917) dan status gizi (p=0,287; 95% CI 0,11- 1,85; OR 0,450) terhadap reaksi penolakan cangkok akut pascatransplantasi hati donor hidup anak di RSCM. Hasil observasi tiga bulan pertama memperlihatkan rerata kadar tacrolimus darah 6-8 ng/mL pada hari 12-15, tidak mencapai target untuk mendapatkan efek imunosupresi yang adekuat.
Kesimpulan: Pada penelitian ini status gizi kurang dan usia resipien saat transplantasi hati tidak signifikan sebagai faktor risiko independen reaksi penolakan cangkok akut, tetapi dapat dipikirkan bahwa kedua faktor ini mempengaruhi imunitas resipien, yang selanjutnya berperan dalam reaksi penolakan cangkok akut. Penggunaan imunosupresan yang adekuat juga harus diperhatikan dalam menekan reaksi penolakan cangkok pascatransplantasi hati.

Background: Acute rejection post-liver transplant in children may result in graft failure. The incidence rate of up to 31% at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) needs further evaluation of risk factors to lower morbidity and mortality.
Methods: 44 medical records of post living donor liver transplant pediatric recipients between 2010 until January 2020 were evaluated and analyzed using Fisher’s test.
Results: Eleven subjects (25%) were found to experience acute rejection post-transplant with a median time of 12 days (range 6-70 days) after surgery. Of the 44 recipients, 29 subjects (65,9%) were >1 year old and 30 subjects (68,1%) were undernourished. Acute rejection occurred in 5 subjects (33%) ≤1 year-old and in 6 subjects (20%) that were >1 year old. Acute rejection of the transplant occurred in 6 subjects (20%) that were undernourished and in 5 subjects (35,7%) with good nutritional status. Analysis of the data found no relationship between age (p= 0,468; 95% CI 0,47-0,77; OR 1,917) and nutritional status (p=0,287; 95% CI 0,11-1,85; OR 0,450 to acute rejection in pediatric living donor liver transplant at RSCM. Observation in the first three months post-transplant reveal that mean levels of tacrolimus in the blood were 6-8 ng/mL on days 12-15, insufficient of reaching the target of obtaining an adequate immunosuppressive effect.
Conclusion: In this study, age and nutritional status of recipients during the time of transplant were found to be insignificant independent risk factors of liver transplant acute rejection. However, these two factors can be thought to effect recipients’ immune status, which plays a role in acute rejection post-transplant. The use of adequate immunosuppressant needs to be carefully monitored in suppressing rejection reactions post-liver transplant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kopolimerisasi cangkok asam akrilat (AA) pada serat polipropilen isotaktik (PP) dipelajari menggunakan sinar Y dari sumber CO dengan teknik pra-iradiasi dalam atmosfir nitrogen. PP yang telah dihidrasi direaksikan dengan larutan AA dalam air. Proses pecangkokan ditentukan sebagai fungsi dosis total konsentrasi monomer temperatur dan waktu reaksi. Serat PP-g-AA dikarakterisasi dengan FTIR, DSC, SEMEDAX dan kapasitas penukaran ionnya terhadap ion Cu. Meningkatnya kadar pencangkokan akan meningkatkan pula kestabilan termal dan ketebalan serat. Serat yang telah dicangkok menunjukkan kinetika penularan ion yang tinggi terhadap ion Cu. Serat PP-g-AA dengan kadar pencangkokan 316.7% menunjukkan kapasitas penukaran ion sebesar 6.73 mek/g dan ion Cu terikat dan terdistribusi secara merata pada permukaan serat.

Graft copolymerization of acrylic acid (AA) onto polypropylene (PP) has been studied by using gamma rays from Co source by preirradition technique in nitrogen atmosphere . The preirradiated PP was treated with aqueous solution of AA . The precentage of grafting was determined as a function of total dose., monomer concentration,temperature and reaction periode PP-g-AA fibre was characterized by FTIR,DSC,SSEM-EDAX and the exchane capacity towards Cu ions.It was observed that the increase of percentage of grafting is followed by the increase of thermal stability and fibre thickness.High exchange kinetics towards Cu ions was shown.PP-g-AA fibre with degree of grafting of 316.7% showed exchange capacity of 6.73 meq/g and the binding copper ions were distributed homogenously in the fibre surface."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1997
SAIN-II-2-Mei1997-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Puspitasari
"[ABSTRAK
Sifat karet alam dapat ditingkatkan melalui modifikasi kimiawi secara reaksi
kopolimerisasi cangkok emulsi karet alam terdeproteinisasi (DPNR) dengan
monomer vinil (MV) tunggal maupun paduannya menggunakan inisiator
ammonium peroksidisulfat dan surfaktan sodium dodesil sulfat menghasilkan
karet alam termoplastik (TPNR). Reaksi dijalankan secara eksitu pada suhu 65ºC
selama 5 jam dilanjutkan pada 70ºC selama 1 jam dengan teknik batch pada
berbagai komposisi DPNR terhadap MV dan rasio paduan MV (stirena (ST)
terhadap metil metakrilat (MMA)). Hasil penelitian secara umum menunjukkan
bahwa TPNR yang disintesis dari DPNR dengan paduan MV menggabungkan
sifat unggul TPNR yang diperoleh dari hasil reaksi DPNR dengan MV tunggal.
Komposisi DPNR terhadap MV sebesar 60 : 40 dengan rasio ST terhadap MMA
sebesar 2 : 1 ditetapkan sebagai kondisi teroptimum dalam reaksi kopolimerisasi
cangkok emulsi pembentukan TPNR.

ABSTRACT
Natural rubber properties can be improved by chemical modification such
emulsion graft copolymerization of deproteinized natural rubber (DPNR) with
either single or combination of vinyl monomers (MV) by using ammonium
peroxydisulfate as initiator and sodium dodecyl sulfate as surfactant to produce
thermoplastic natural rubber (TPNR). The reaction was run at 65ºC for 5 hours
continued at 70ºC for an hour by exitu ? batch procedure at various proportion of
DPNR to single MV and combination of MV ratio (styrene (ST) to metyl
methacrylate (MMA)). Generally, the result showed that TPNR synthesized from
DPNR and combination of MV integrated the prior properties of TPNR
synthesized from DPNR and single MV. The proportion of DPNR to MV as 60 :
40 and ratio of ST to MMA as 2 : 1 were regarded as the best condition on
emulsion graft copolymerization in the formation of TPNR., Natural rubber properties can be improved by chemical modification such
emulsion graft copolymerization of deproteinized natural rubber (DPNR) with
either single or combination of vinyl monomers (MV) by using ammonium
peroxydisulfate as initiator and sodium dodecyl sulfate as surfactant to produce
thermoplastic natural rubber (TPNR). The reaction was run at 65ºC for 5 hours
continued at 70ºC for an hour by exitu – batch procedure at various proportion of
DPNR to single MV and combination of MV ratio (styrene (ST) to metyl
methacrylate (MMA)). Generally, the result showed that TPNR synthesized from
DPNR and combination of MV integrated the prior properties of TPNR
synthesized from DPNR and single MV. The proportion of DPNR to MV as 60 :
40 and ratio of ST to MMA as 2 : 1 were regarded as the best condition on
emulsion graft copolymerization in the formation of TPNR.]"
2015
T43654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Onzi Aldi Ramaga
"Serat yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat rayon-g-
(PMAA-co-MBAAm) yang dibuat melalui pencangkokan (grafting) asam
metakrilat (MAA) dan penambahan Methylene bis-Acrylamide (MBAAm)
sebagai kopolimer cangkok serat rayon-g-PMAA. Serat rayon yang
digunakan diperoleh dengan variasi dosis iradiasi 20 KGy dan 28 KGy, dan
variasi waktu pencangkokan 30 menit dan 90 menit. Dosis iradiasi
berhubungan dengan kerapatan pusat aktif yang terbentuk pada serat rayon
dan waktu pencangkokan berhubungan dengan pertumbuhan panjang rantai
tercangkok. Untuk menggambarkan panjang rantai tercangkok dilakukan
pengukuran viskositas instrinsik larutan dari serat yang dihidrolisis dengan
asam kuat pekat (H2SO4 72 %) dan pengukuran FTIR untuk gel (serat yang
tidak terhidrolisis dengan asam kuat pekat). Uji aplikasi serat rayon-g-
(PMAA-coMBAAm) dilakukan terhadap penentuan kapasitas adsorpsi
penukaran, selektivitas, serta kinetika adsorpsi penukarannya terhadap
beberapa ion logam. Semua percobaan dilakukan dengan metode Batch
dengan menentukan kadar ion-ion logam sebelum dan sesudah penyerapan
dengan menggunakan AAS. Pengukuran spektrum IR terhadap gel hasil
hidrolisis serat rayon-g-PMAA oleh asam sulfat pekat menunjukkan naiknya
intensitas serapan terhadap serat rayon-g-PMAA yang mengalami waktu
pencangkokan lebih lama. Uji Kapasitas adsorpsi penukaran terhadap ion ion H" dan Na"", memberikan nilai kapasltas terbesar untuk serat rayon-g-
(PMAA-co-MBAAm) dengan dosis iradiasi 28 KGy waktu pencangkokan 90
menit. Keselektifan keempat sampel serat rayon-g-(PMAA-co-MBAAm)
menunjukkan kecenderungan yang sama terhadap ion logam dari pada
Co^'^dan Cd^* pada pH kisaran 4,0-7,0. Uji kinetika menunjukkan kesesuaian
dengan persamaan kinetika reaksi pseudo orde 1 untuk reaksi reversibel.
Serat dengan dosis 20 KGy-90 menit yang diperkirakan mempunyai
kerapatan pusat aktif tinggi dengan panjang rantai tercangkok panjang,
memberikan harga konstanta laju adsorpsi (K) yang lebih besar dibandingkan
dengan serat dosis 20 kGy-30 menit. Isoterm adsorpsi Freundlich yang
dipelajari pada serat dengan dosis 20 kGy-30 menit menunjukkan distribusi
energi penyerapan yang heterogen terhadap penyerapanlon logam Cu^^ dan
Co"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasridah
"Telah dilakukan kopolimerisasi cangkok pada serat rayon terikat silang N,N?-metilenbisakrilamida (NBA) dengan teknik ozonasi menggunakan monomer akrilamida dan asam akrilat untuk menghasilkan suatu serat penukar kation. Optimasi kondisi ikat silang diperoleh pada laju alir 0,3 L/min, waktu ozonasi 90 menit, konsentrasi NBA 5%, suhu 80oC dan waktu reaksi 60 menit dengan persen pencangkokan rata-rata 49,50. Serat rayon terikat silang menunjukkan ketahanan dalam asam dan basa yang lebih baik dan derajat pengembangannya dalam air lebih rendah. Ozonasi kembali pada serat rayon terikat silang digunakan untuk mencangkokan monomer-monomer. Pada pencangkokan akrilamid dengan konsentrasi 30% pada suhu 70oC selama 90 menit diperoleh persen pencangkokan sebesar 152,46 % dan pencangkokan asam akrilat dengan konsentrasi 30% pada suhu 50oC selama 90 menit diperoleh persen pencangkokan sebesar 169,77 %.
Melalui spektrum FT-IR, pada R-NBA muncul bilangan gelombang 1533,41 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus amida sekunder dari NBA, pada R-NBA-g-AAm terdapat puncak serapan yang tajam pada bilangan gelombang 1685,79 cm-1 yang menunjukkan munculnya gugus karbonil (C=O) dari amida sedangkan pada R-NBA-g-AA muncul puncak pada bilangan gelombang 1641,42 cm-1 menunjukkan pita serapan vibrasi rentang gugus karbonil (C=O) dari asam karboksilat. Kapasitas pertukaran ion yang diperoleh sebesar 1,1mek/g untuk RNBA-g-AAm dan 0,7 mek/g untuk R-NBA-g-AA. Penentuan tetapan distribusi ion Cu2+ pada pH 5 memberikan nilai sebesar 4,41 L/g untuk R-NBA-g-AAm dan 2,82 L/g untuk R-NBA-g-AAm.

Graft copolymerization on cross linked rayon fiber with N,N?-metilenbisacrylamide (NBA) carried out with ozonisation technique using monomer acrylamide and acrylic acid to produce a cation exchange fiber. Optimization conditions of cross- linked fiber obtained at flow rate of 0.3 L/min, ozonation time of 90 minutes with reaction temperature 80oC and reaction time of 60 minutes produces grafting percentage of 49.5. Cross-linked rayon fiber shows resistance towards acid and alkaline solution better and decreases degree in the of swelling. Further ozonation on cross-linked rayon fiber is use to graft the monomers. The grafting percentage for acrylamide is 152.46% (acrylamide concentration is 30% on 70oC for 90 minutes grafting time) and for acrylic acid is 169.77 % (acrylic acid concentration is 30% on 50oC for 90 minutes grafting time) respectively.
The FT-IR spectrum of wave numbers 1533.41 cm-1 indicate the presence of secondary amide groups of the NBA, a sharp absorption peak at wave numbers 1685.79 cm-1 for the carbonyl group (C = O) of the amide from R-NBA-g-AAm, and wave numbers 1641.42 cm-1 for vibration absorption band of the carbonyl group (C = O) of the carboxylate from R-NBA-g-AAm. Ion exchange capacity obtained are 1.1 meq/g for R-NBA-g-AAm and 0.7 meq/g for R-NBA-g-AA. Distribution constant for Cu2+ ions at pH 5 gave a value of 4.41 L/g R-NBA-g-AAm and 2.82 L/g for R-NBA-g-AA.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29070
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Ayu Nastiti
"Telah disintesis serat rayon terikat silang N,N?-Metilendiakrilamida (NBA) sebagai matriks pencangkokkan asam akrilat (AA) yang memiliki derajat pengembangan dalam air berkisar antara 300-400% serta tahan terhadap kondisi asam dan basa. Inisiasi ikat silang dan pencangkokkan monomer dilakukan dengan metode ozonasi dalam udara.
Metode ini dapat digunakan untuk memisahkan, mengontrol dan mengoptimasi pembentukan ikat silang dan pencangkokkan monomer AA dalam media N2. Gugus peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada serat rayon pada berbagai variasi laju alir, waktu ozonasi, berat dan kerapatan serat ditentukan dengan metode iodometri dalam fasa organik.
Pembentukan ikat silang dilakukan pada berbagai konsentrasi monomer dan suhu reaksi. Pencangkokkan AA pada serat yang telah terikat silang dilakukan melalui variasi waktu ozonasi kembali dan konsentrasi monomer. Serat rayon-co-NBA-g-Poliakrilat yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan FTIR. Kadar peroksida pada serat semakin tinggi dengan meningkatnya laju alir dan waktu ozonasi.
Hasil yang diperoleh menunjukkan makin tinggi derajat ikat silang, makin sedikit AA yang dapat tercangkok. Derajat pengembangan dan ketahanan serat terhadap kondisi asam dan basa dipengaruhi oleh banyaknya ikat silang dan kadar AA tercangkok. Semakin banyak jumlah ikat silang pada serat, derajat pengembangan akan menurun dan ketahanan terhadap kondisi asam dan basa meningkat.

Cross-linked rayon fiber with N,N'-Methylenediacrylamide (NBA) as graft copolymerization matrix of acrylic acid (AA) has been synthesized. The grafted fibers which is resistant to acidic and alkaline conditions shown degree of swelling between 300-400%. The initiation of the cross-link formation and graft copolymerization of monomer were carried out by ozonation method in the air.
This method can be used to separate, to control and to optimize the cross-link process and graft copolymerization of AA in the media of N2. Peroxide and hydroperoxide groups formed on the rayon fibers at various flow rate, ozonation time, weight and density were determined by iodometric method in the organic phase.
Cross-linked rayon fibers was prepared at various monomer concentrations and reaction temperature. The graft copolymerization of acrylic acid on the crosslinked fiber is conducted at various ozonation time and AA concentration. Rayon fiber-co-NBA-graft-Polyacrylic were characterized using FTIR. Peroxide concentration on the rayon fibers increases with flow rate and ozonation time.
The result showed the increases in degree of cross-linking will decreases the amount of AA grafted. It was observed that the fiber swelling and resistant to acidic and alkaline conditions were depend on degree of crosslinking and the total of carboxylic group grafted onto rayon fiber. The higher concentration of crosslinking agent, the degree of swelling will be lower and stability in acidic and alkaline condition will be increases.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1304
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>