Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Caroline Christina
"ABSTRAK
Telur merupakan salah satu makanan yang dinikmati oleh seluruh kalangan di dunia. Hal ini menyebabkan cangkang telur menjadi salah satu limbah terbesar yang disebabkan oleh unggas. Limbah dapat mengotori lingkungan padahal cangkang telur ayam yang salah satu penyusunnya membran cangkang telur, memiliki manfaat sebagai sumber kolagen. Membran cangkang telur merupakan bagian yang berada tepat pada lapisan dalam telur. Ekstraksi perlu dilakukan untuk mendapatkan kolagen dari membran cangkang telur ayam. Hidroksiprolin merupakan salah satu asam amino sekunder yang merupakan penanda adanya kolagen yang perlu diderivatisasi menggunakan FMOC-Cl (9-Fluorenilmetoksikarbonil-klorida) untuk dianalisis dengan KCKT. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode optimal dalam ekstraksi kolagen dalam membran cangkang telur ayam dan analisis penentuan kadar kolagen hasil metode optimal menggunakan KCKT-detektor fluoresensi. Ekstraksi kolagen dari membran cangkang telur ayam perlu dioptimalisasi untuk menghasilkan jumlah yang optimal. Optimalisasi ekstraksi pada penelitian ini dilakukan dengan tiga parameter yaitu, metode (hidrolisis asam, hidrolisis enzim, dan campuran keduanya), suhu (4oC dan 22-23oC), dan ada atau tidak adanya pengadukan. Berdasarkan penelitian ini, didapatkan metode paling optimal adalah pada ekstraksi dengan hidrolisis asam pada suhu 4oC tanpa pengadukan yang menghasilkan rendemen 0,608% dengan kadar kolagen 2,4666% dari total hasil ekstraksi.

ABSTRACT
Chicken eggs are one of the food that most enjoyed by all people in the world. The consumption of eggs cause eggshell to be one of the biggest waste. However, the eggshell has its own benefits. The eggshell membrane, located right in the inner layer of the egg, contains collagen. Extraction needs to be done to obtain collagen from the chicken eggshell membrane. Hydroxyproline, a secondary amino acid, is a marker of collagen that needs to be derivatized using FMOC-Cl (9-Fluorenylmethoxycarbonyl-chloride) so, it could be analyzed with HPLC. This study aims to obtain an optimal method for collagen extraction from chicken eggshell membranes and its optimal method collagen content analysis using HPLC-fluorescence detector. Collagen extraction from the chicken eggshell membrane needs to be optimized to produce an optimal amount. Extraction optimization in this study was carried out with three parameters, which were, method (acid hydrolysis, enzyme hydrolysis, and mixture of both), temperature (4oC and 22-23oC), and the presence or absence of stirring. Based on this research, the most optimal method was extraction with acid hydrolysis at 4oC without stirring which results in 0,608% yield with collagen content of 2,4666%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Ardiansah
"Katalis heterogen natrium terimpregnasi pada cangkang telur (Na-ACE) telah berhasil disintesis dengan metode impregnasi basah menggunakan larutan NaOH pada padatan pendukung cangkang telur ayam teraktivasi. Setelah dilakukan karakterisasi material menggunakan beberapa instrumentasi seperti EDAX, FTIR, XRD, BET, FESEM, TGA dan total kebasaan, katalis Na-ACE kemudian digunakan pada reaksi kondensasi Aldol untuk menghasilkan senyawa chalcone 3a ? 3l. Reaksi dapat dijalankan dalam waktu yang relatif singkat dengan etanol absolut sebagai pelarut terbaik yang akan menghasilkan senyawa chalcone sebanyak 97% yield. Katalis Na-ACE dapat digunakan sampai 5 kali pengulangan reaksi dengan recovery yang baik, namun disertai kehilangan sebagian aktivitas katalitiknya. Lebih lanjut, pada uji aktivitas antiradikal bebas metode DPPH untuk senyawa 3h, menunjukkan aktivitas yang moderat, sekitar 51% radikal dapat dinetralkan dengan menambahkan 125 ppm larutan etanolik 3h.

We reported a simple preparation of sodium impregnated on activated chicken eggshells (Na-ACE) as solid catalyst for environmentally benign chalcones synthesis. After material characterization using EDAX, FTIR, XRD, BET, FESEM, TGA and total basicity, the catalyst was then applied in Aldol condensation to produce corresponding substituted chalcones 3a ? 3l. Reaction can be conducted in relative short time with ethanol absolute as the best solvent and gave the highest yield of 97%. The Na-ACE was used 5 times in the same reaction procedure, and can be highly recovered with partial loss of catalytic performance. Furthermore, in radical scavenging assay using DPPH, compound 3h showed a moderate activity, at approximately 51% DPPH radical can be scavenged using 125 ppm ethanolic solution of 3h."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45130
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andria Kuswadi
"Latar Belakang: Pemanfaatan material limbah hayati cangkang telur sebagai sumber kalsium dan abu sekam padi sebagai sumber silika dapat digunakan sebagai substitusi komponen utama pada proses pembentukan semen Dikalsium Silikat.
Tujuan: Mengetahui efek proses dan rasio cangkang telur dan silika sekam padi terhadap jumlah prosentase kandungan dikalsium silikat.
Metode: Sebanyak 1 g bubuk cangkang telur hasil milling kering menggunakan alat High Energy Milling dan 1 g silika sekam padi dilakukan uji karakterisasi XRD Sintesis dikalsium silikat dilakukan dengan metode solid state menggunakan empat rasio mol campuran cangkang telur dan silika sekam padi (9,01:3,00) ; (2:1) ; (1,9:1) dan (1,8:1) yang di dapat dari hasil percobaan pendahuluan. Campuran homogen dari masing-masing sampel dilakukan dengan milling basah menggunakan alat High Energy Milling selama 1 jam (700 rpm) dan larutan pencampur HexanTM. Sintesis Dikalsium silikat menggunakan kalsinasi suhu 12000C selama 3 jam pada Muffle Furnace dan proses pendinginan dibiarkan hingga mencapai suhu ruangan tanpa perlakuan khusus tertentu. Semen dikalsium silikat yang terbentuk selanjut dilakukan uji karakterisasi dengan XRD. Data hasil penelitian di sajikan dalam bentuk deskriptif.
Hasil: Proses milling basah dengan rasio cangkang telur dan silika sekam padi 1,8 : 1 menghasilkan prosentase konten C2S ( 100% ) dengan 2 struktur kristalite (monoclinic dan orthorombic). Rasio 1,9:1 menghasilkan 96,22% C2S rasio 2:1 menghasilkan 94,54% C2S dan rasio 9,01: 3,00 menghasikan 71,6% C2S.
Kesimpulan: Proses milling basah dengan rasio cangkang telur dan silika sekam padi 1,8 : 1 pada suhu kalsinasi 12000C selama 3 jam,menghasilkan prosentase kandungan tertinggi ( 100% ) C2S pada semen hidraulik campuran cangkang telur dan silika sekam padi.

Background: Silica rice husk and eggshell waste are one of the calcium source that can be used as main component substitute in formation process of Dicalcium Silicate.
Objective: To Determine the effect of silica rice husk and eggshell mixture process and ratio to the percentage formation of dicalcium silicate hydraulic cement.
Methods: 1 gram of eggshell powder produced by dry milling using the High Energy Milling machine and 1 gram of silica rice husk were characterized tested with XRD (X-Ray Diffraction) Dicalcium silicate synthesis was made with solid state method using four mol ratio of the eggshell and silica rice husk mixture, which were (9,01:3,00) ; (2:1) ; (1,9:1) and (1,8:1) from the previous research. Homogenous mixture from each sample were proceed from the wet milling using High Energy Milling for 1 hour (700rpm) and HexanTM solution mixture. Dicalcium silicate synthesis using calcination temperature 12000C for 3 hours on Muffle Furnace and the cooling process were letting to the room temperature without any further treatment. Dicalcium silicate cement were formed using the characteristic test with XRD. The result was perform in descriptive.
Result: Wet milling process with ratio of eggshell and silica rise husk was 1,8 : 1 content percentage of C2S ( 100% ) with 2 crystallite structure (monoclinic and orthorhombic). Ratio 1,9 : 1 produce 96,22% of C2S, ratio 2:1 produce 94,54% of C2S dan ratio 9,01: 3,00 produce 71,6% of C2S.
Conclusion: Wet milling with ratio of eggshell and silica rise husk was (1,8:1), calcination temperature 12000C for 3 hours produce the highest percentage (100%) of C2S on hydraulic cement from eggshell and silica rise husk mixture.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahara
"Fosfor atau yang sering ditemukan dalam bentuk fosfat di lingkungan terutama lingkungan perairan diidentifikasi sebagai kontaminan utama yang menyebabkan ledakan alga dan eutrofikasi. Penyerapan fosfat di lingkungan perairan dilakukan dengan membandingkan kemampuan adsorpsi material cangkang telur (CaO), Biochar (BC), dan CaO/Biochar pada variasi massa 1:1, 1:2 dan 2:1 dari pemanfaatan limbah cangkang telur dan jerami. Masing-masing material disintesis dengan mentode ball milling dan pirolisis. Kapasitas adsorpsi diuji dalam variasi material, variasi waktu kontak, variasi konsentrasi larutan serta variasi pH larutan. Isotherm dan kinetika adsorpsi material sesuai dengan isotherm adsorpsi langmuir dan merupakan kinetika adsorpsi pseudo second order (PSO). Material CaO/Biochar 1:2 menunjukkan kapasitas adsorpsi fosfat tertinggi pada pH 12 dikonsentrasi 15 ppm dengan waktu kontak 24 jam. CaO/Biochar 1:2 diaplikasikan dalam proses penyerapan fosfat menggunakan metode Diffusive Gradient in Thin Film sebagai gel pengikat (binding gel) yang bertindak sebagai adsorben. Teknik DGT merupakan teknik preparasi sampel secara in situ dalam mengidentifikasi keberadaan fosfat yang merupakan spesi labil. Material binding agent, dikarakterisasi menggunakan instrument FTIR, XRD dan BJH-BET. Keberhasilan sintesis binding gel CaO/Biochar 1:2 dan Ferryhydrite ditunjukan dengan munculnya serapan yang sama dengan diffusive gel menggunakan FTIR. Waktu optimal DGT CaO/Biochar dan DGT Ferryhydrite t adalah 24 jam, pada konsentrasi larutan fosfat 10 mg/L untuk DGT CaO/Biochar dan DGT Ferryhydrite dengan nilai pH optimum masing-masing untuk DGT CaO/Biochar adalah 5 dan DGT Ferryhydrite adalah 3. Analisis sampel perairan menggunakan teknik DGT dengan binding gel DGT CaO/Biochar dan DGT Ferryhydrite menunjukan bahwa binding gel DGT CaO/Biochar lebih baik dalam mengadsorpsi fosfat di air danau.

Phosphorus or which is often found in the form of phosphate in the environment, especially aquatic environments, has been identified as the main contaminant that causes algae blooms and eutrophication. Phosphate absorption in the aquatic environment was carried out by comparing the adsorption capabilities of eggshell (CaO), Biochar (BC) and CaO/Biochar materials at mass variations of 1:1, 1:2 and 2:1 from the use of eggshell and straw waste. Each material was synthesized using ball milling and pyrolysis methods. Adsorption capacity was tested in material variations, contact time variations, solution concentration variations and solution pH variations. The adsorption isotherm and kinetics of the material are in accordance with the Langmuir adsorption isotherm and are pseudo second order (PSO) adsorption kinetics. The CaO/Biochar 1:2 material shows the highest phosphate adsorption capacity at pH 12 at a concentration of 15 ppm with a contact time of 24 hours. CaO/Biochar 1:2 was applied in the phosphate adsorption process using the Diffusive Gradient in Thin Film method as a binding agent which acts as an adsorbent. The DGT technique is an in situ sample preparation technique for identifying the presence of phosphate, which is a labile species. The binding agent material was characterized using FTIR, XRD and BJH-BET instruments. The success of the synthesis of CaO/Biochar 1:2 binding gel and ferrihydrite was demonstrated by the appearance of the same absorption as the diffusive gel using FTIR. The optimal time for DGT CaO/Biochar and DGT Ferrihydrite is 24 hours, at a phosphate solution concentration of 10 mg/L for DGT CaO/Biochar and DGT Ferrihydrite with the respective optimum pH values ​​for DGT CaO/Biochar being 5 and DGT Ferrihydrite being 3. Analysis Water samples using the DGT technique with DGT CaO/Biochar and DGT Ferrihydrite binding gels showed that the DGT CaO/Biochar binding gel was better at adsorbing phosphate in lake water."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditya Kholil Ibrahimi
"Dalam rangka meningkatkan performa anoda litium titanat, penelitian ini difokuskan pada doping ion Ca2 untuk mensubtitusi ion Li membentuk Li4-xCaxTi5O12 dengan nilai x=0, 0.05, 0.075, dan 0.125 dengan menggunakan metode solid-state. Sumber ion Ca2 adalah CaCO3 yang berasal dari cangkang telur ayam yang sudah dibersihkan, dihaluskan dan dikeringkan. Dopant ini dikarakterisasi untuk mengetahui komponen fasa utama melalui pengujian XRD dan SEM-EDS. Serbuk sampel LTO pristine dan yang didoping dikarakterisasi dengan XRD, SEM-EDS, STA, dan FTIR. dan juga diuji performa elektrokimianya dengan EIS, CV dan CD.
Hasil karakterisasi dopant CaCO3 dari cangkang telur menunjukkan komponen fasa utama CaCO3 dengan polimorf calcite, dengan morfologi butiran partikel halus teraglomerasi yang memiliki kemurnian tinggi. Karakterisasi serbuk sampel material anoda menggunakan uji XRD menunjukkan dopant Ca berhasil masuk kedalam struktur spinel LTO, dengan kadar penambahan maksimum x=0.05 dimana penambahan berlebih menghasilkan impuritas CaTiO3.
Hasil SEM memperlihatkan semua sampel doping memiliki morfologi yang hampir serupa, partikulat teraglomerasi. Sampel LTO yang didoping ion Ca2 memiliki ukuran partikel yang lebih kecil jika dibandingkan dengan LTO tanpa doping. Peningkatan konduktivitas elektronik terlihat pada sampel yang didoping, dengan nilai hambatan terendah ditunjukkan oleh Li3.875Ca0.125Ti5O12 dengan Rct terendah yaitu 39.5 ?. Li3.875Ca0.125Ti5O12 juga memiliki initial discharge capacity tertinggi dengan nilai 168.2 mAh/g. Akan tetapi pada aplikasi rate tinggi, performa terbaik ditunjukkan oleh Li3.925Ca0.075Ti5O12 dengan kapasitas discharge 30.2 mAh/g pada 12 C, dimana persentasi retensi kapasitasnya sebesar 21.43 dibandingkan dengan kapasitas discharge pada rate 0.2 C.

In order to improve the performance of Li4Ti5O12 LTO anode, this research was focused on Ca2 ion doping as substitute to Li ion to form Li4 xCaxTi5O12 with values of x 0, 0.05, 0.075, and 0.125 using solid state reaction. The Ca2 ion source was CaCO3 which synthesized from chicken eggshell that has been washed, grounded and dried. The dopant was characterized to determine the main phase component by XRD and SEM EDS. Pristine LTO and Ca doped LTO sample powder was characterized by XRD, SEM EDS, STA, FTIR and was also tested its electrochemical performance by EIS, CV and CD.
The CaCO3 dopant characterization results showed CaCO3 in calcite polymorph as the main phase, with agglomerated fine particulate morphology and high purity. Characterization of LTO sample powder with XRD revealed that dopant Ca successfully enter the structure of LTO spinel, with maximum addition level x 0.05, which excessive addition led to CaTiO3 impurity forming.
SEM result showed all Ca doped LTO have almost similar morphology, which was agglomerated particulate. Ca doped LTO samples have smaller particle size compared to pristine LTO. Electronic conductivity improvement was spotted at all of Ca doped LTO sample, with Li3.875Ca0.125Ti5O12 showed the lowest charge transfer resistance of 39.5 . Li3.875Ca0.125Ti5O12 also had the highest initial discharge capacity of 168.2 mAh g. Nevertheless, in high rate application, the best performance was showed by Li3.925Ca0.075Ti5O12 with discharge capacity of 30.2 mAh g at 12 C, which capacity retention percentage of 21.43 compared to discharge capacity at 0.2 C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmawati Caesaria
"Latar belakang : Semen dikalsium silikat campuran kalsium cangkang telur dan silika sekam padi (C2S CS) mempunyai sifat hidrofilik dan dapat bereaksi dengan air atau cairan pada suhu ruang/suhu tubuh. Semen dikalsium silikat apabila berekasi dengan air antara lain akan menghasilkan senyawa kalsium hidroksida. Dalam mekanisme antibakteri dari semen dikalsium silikat, ion hidroksil yang dilepaskan oleh kalsium hidroksida akan meningkatkan pH, menyebabkan terjadinya kerusakan membran sitoplasma bakteri, denaturasi protein dan kerusakan pada DNA bakteri 
Tujuan: Mengetahui kemampuan antibakteri dari semen C2S CS yang dilarutkan dengan berbagai konsentrasi (1:1, 1:2 dan 1:4) terhadap viabilitas biofilm S. mutans.
Metode: Terdapat 4 kelompok penelitian yang terdiri dari 3 kelompok perlakuan dan 1 kelompok Kontrol negatif. Menggunakan metode mikrodilusi, 3 kelompok perlakuan terdiri dari ekstrak semen C2S CS berbagai konsentrasi (1:1, 1:2 dan 1:4) lalu dipaparkan dengan biofilm S.mutans ATCC 25175. Kemudian ditentukan viabilitasnya melalui microplate reader dengan Panjang gelombang 570 nm dan juga pembacaaan visual. Nilai MIC ditentukan apabila terdapat penurunan pertumbuhan bakteri 
Hasil: terdapat perbedaan signifikan yang terjadi antara kelompok perlakuan dan kontrol (p< 0.05). viabilitas bakteri terendah pada konsentrasi 1:1 yaitu 18,92% dan tertinggai pada konsentrasi 1:4 46,52%. Nilai MIC didapatkan pada konsentrasi ekstrak 1:1, dengan penurunan jumlah viabilitas biofilm bakteri S mutans sebesar 81,1%. 
Kesimpulan: Konsentrasi ekstrak semen C2S CS yang secara signifikan mampu menurunkan viabilitas biofilm S.mutans adalah Konsentrasi 1:1.

Background : Cement dicalcium silicate a mixture of eggshell calcium and rice husk silica (C2S CS) has hydrophilic properties and can react with water or liquids at room temperature/body temperature. When dicalcium silicate cement reacts with water, among others, it will produce calcium hydroxide compounds. In the antibacterial mechanism of dicalcium silicate cement, hydroxyl ions released by calcium hydroxide will increase the pH, causing damage to the bacterial cytoplasmic membrane, protein denaturation and damage to bacterial DNA. 
Objective: To determine the antibacterial ability of C2S CS cement dissolved in various concentrations (1: 1, 1:2 and 1:4) on the biofilm viability of S. mutans. 
Methods: There were 4 groups consisting of 3 treatment groups and 1 negative control group. Using the microdilution method, 3 treatment groups consisting of C2S CS cement extracts of various concentrations (1:1, 1:2 and 1:4) were then exposed to S. mutans biofilm. Then the viability was determined through a microplate reader with a wavelength of 570 nm and visual reading. The MIC value was determined if there was a decrease in bacterial growth 80% compared to the control. 
Results: there were significant differences between the treatment and control groups (p < 0.05). The lowest bacterial viability was at a concentration of 1:1, namely 18.92% and the highest at a concentration of 1:4 46.52%. The MIC value was obtained at a concentration of 1:1 extract, with a decrease in the number of S. mutansbiofilm viability by 81.1%. 
Conclusion: The concentration of C2S CS cement extract which significantly reduced the viability of S. mutans biofilm was a concentration of 1:1.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maharina Diyah Pritawati
"Latar Belakang : Semen hidroulik dikalsium silikat campuran kalsium cangkang telur dan silika sekam padi saat ini sedang dikembangkan untuk material perawatan di bidang kedokteran gigi, diantaranya sebagai material kaping pulpa. Tujuan utama dari perawatan ini adalah untuk menjaga vitalitas jaringan pulpa. Material kaping pulpa diharapkan bersifat biokompatibel dan memiliki sitositotoksisitas rendah sehingga beberapa pengujian perlu dilakukan untuk menentukan layak atau tidaknya bahan tersebut agar tidak menimbulkan respon biologis merugikan, karena maerial ini akan ditempatkan dekat dengan pulpa. Dasar dari uji sitositotoksisitas adalah kemampuan sel untuk bertahan hidup karena adanya senyawa toksik yang diberikan.  
Tujuan : Mengetahui efek sitotoksisitas Semen hidroulik dikalsium silikat campuran kalsium cangkang telur dan silika sekam padi terhadap sel fibroblas.
Metode : Sel fibroblas NIH3T3 yang telah mengalami serum starvation selama 24 jam, diberikan media kultur semen hidraulik dikalsium silika campuran cangkang telur dan silika sekam padi dengan konsentrasi 1:1, 1:2, 1:4 dan DMEM sebagai kontrol negatif. Efek sitotoksisitas diuji pada 24 jam dan 48 jam menggunakan MTT Assay, hasil yang didapatkan dianalisis dengan uji statistik uji non parametrik Kruskal Wallis dilanjutkan dengan Post Hoc menggunakan Mann-Whitney untuk kelompok observasi 24 jam. Sedangkan pada observasi 48 jam didapatkan dianalisis dengan uji statistik uji parametrik One Way Annova dilanjutkan dengan Post Hoc menggunakan T-Test.
Hasil : Tidak terdapat perbedaan bermakna nilai viabilitas sel pada pemberian semen hidroulik dikalsium silikat campuran kalsium cangkang telur dan silika sekam padi berbagai konsentrasi (1:1, 1:2, 1:4) terhadap sel fibroblas NIH3T3 pada observasi waktu 24 jam, dengan rerata nilai viabilitas tertinggi pada konsentrasi 1:4. Pada observasi 48 jam, terdapat perbedaan bermakna nilai viabilitas sel pada pemberian Semen hidroulik dikalsium silikat campuran kalsium cangkang telur dan silika sekam padi berbagai konsentrasi (1:1, 1:2, 1:4) terhadap sel fibroblas NIH3T3, dengan rerata nilai viabilitas tertinggi kelompok perlakuan pada konsentrasi 1:4.
Kesimpulan : Semen hidroulik dikalsium silikat campuran kalsium cangkang telur dan silika sekam padi berbagai konsentrasi (1:1, 1:2, 1:4) tidak memiliki efek  sitotoksisitas terhadap sel fibroblas NIH3T3 pada observasi waktu 24 jam dan 48 jam. Nilai viabilitas sel fibroblas NIH3T3 tertinggi pada observasi waktu 24 jam dan 48 jam terdapat pada konsentrasi 1:4.

Background : Dicalcium silicate hydraulic cement, a mixture of eggshell calcium and rice husk silica, is currently being developed for treatment materials in dentistry, including pulp capping material. The main goal of this treatment is to maintain the vitality of the pulp tissue. The pulp capping material is expected to be biocompatible and have low cytotoxicity so that several tests need to be carried out to determine whether or not the material is feasible so as not to cause an adverse biological response, because this material will be placed close to the pulp. The basis of the cytotoxicity test is the ability of cells to survive in the presence of a given toxic compound.
Objective : To determine the cytotoxicity effect of hydraulic cement dicalcium silicate mixture of eggshell calcium and rice husk silica on fibroblast cells.
Methods : NIH3T3 fibroblast cells that had undergone serum starvation for 24 hours were given hydraulic cement culture media of dicalcium silica mixture of eggshell and rice husk silica with concentrations of 1:1, 1:2, 1:4 and DMEM as a negative control. The cytotoxicity effect was tested at 24 hours and 48 hours using MTT Assay, the results obtained were analyzed by statistical non-parametric Kruskal Wallis test followed by Post Hoc using Mann-Whitney for the 24-hour observation group. Meanw hile the 48-hour observation obtained was analyzed by statistical test One Way Annova parametric test followed by Post Hoc using T-Test.
Results: There was no significant difference in the value of cell viability in the administration of hydraulic cement dicalcium silicate mixture of eggshell calcium and rice husk silica at various concentrations (1:1, 1:2, 1:4) against NIH3T3 fibroblast cells at 24 hours of observation, with a mean the highest viability value at a concentration of 1:4. At 48 hours of observation, there was a significant difference in the value of cell viability in the administration of dicalcium silicate hydraulic cement, a mixture of eggshell calcium and rice husk silica at various concentrations (1:1, 1:2, 1:4) to NIH3T3 fibroblast cells, with the highest mean viability value. treatment group at a concentration of 1:4.
Conclusion : Dicalcium silicate hydraulic cement mixed with eggshell calcium and rice husk silica in various concentrations (1:1,1:2,1:4) did not have a cytotoxic effect on NIH3T3 fibroblast cells at 24 hours and 48 hours. The highest NIH3T3 fibroblast cell viability value at 24 hours and 48 hours was observed at a concentration of 1:4.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezta Fadhilah Ramadhanty
"Kolagen merupakan protein yang berbentuk triple helix. Kolagen pada membran cangkang telur memiliki stabilitas suhu yang cukup rendah, yaitu sekitar 55oC, sehingga dalam pengeringannya lebih umum digunakan metode liofilisasi. Pada penelitian ini, dilakukan optimalisasi proses pengeringan kolagen dengan metode pengeringan lain yaitu dengan menggunakan oven vakum skala laboratorium dengan tujuan untuk mengurangi biaya produksi. Ekstraksi kolagen dari membran cangkang telur ayam dilakukan dengan menggunakan NaOH 0,1 N pada tahap pre-treatment dan asam asetat 0,5 M pada tahap ekstraksi. Ekstrak kolagen akan melalui tahap pemisahan dengan sentrifugasi, pengendapan dengan NaCl; dan dimurnikan dengan membran dialisis. Ekstrak kolagen dikeringkan dengan oven vakum pada suhu 45oC; 40oC; dan 35oC. Parameter yang digunakan untuk menentukan proses pengeringan yang optimal adalah waktu pengeringan, laju pengeringan, dan kadar total kolagen. Suhu 45oC memberikan hasil waktu pengeringan paling cepat, yaitu 11-12 jam. Kadar kolagen dianalisis dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menggunakan kolom Purospher® C18 dan detektor fluoresensi. Kondisi analisis dilakukan pada panjang gelombang eksitasi 255 nm dan emisi 320 nm. Komposisi fase gerak dapar asetat (pH 4,2) dan asetonitril (60:40) dengan laju alir 0,8 ml/menit. Kadar rata-rata total kolagen yang diperoleh pada sampel dengan suhu pengeringan 45oC; 40oC; dan 35oC adalah 2,3517%; 2,2427%; dan 1,9209%.

Collagen is a triple helix shaped protein. Collagen from chicken eggshell membrane has a low thermal stability compared to other collagen source, around 55oC, hence the drying method to obtain collagen is usually by lyophilization. In this study, collagen is dried using vacuum oven laboratory scale to reduce the production cost. Extraction of collagen from chicken eggshell membrane is done using NaOH 0.1 N in pretreatment stage and acetate acid 0.5 M for extraction. Collagen extract is then centrifugated to separate the collagen molecule, precipitated using NaCl, and purificated using the dialysis membrane. Collagen extract dried using vacuum oven at three different temperature, 45oC; 40oC; and 35oC. Optimalization of the drying process is analyzed by observing the drying time, drying rate, and total collagen content obtained. The shortest drying time is 11-12 hours on 45oC. Collagen analyzed using High Pressure Liquid Chromatography with fluoresence detector using Purospher® C18 column, exitation and emission wavelength at 255 nm and 320 nm, mobile phase composition of acetate buffer (pH 4.2) and acetonitrile (60:40), and flow rate 0.8 ml/min. Average total collagen content obtained from sample of drying temperature of 45oC; 40oC; and 35oC are 2.3517%; 2.2427%; and 1.9209%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Azhari
"Transesterifikasi adalah reaksi kimia yang mengubah minyak hewani menjadi biodiesel yang berguna melalui proses kimia transesterifikasi. Pada penelitian ini, biodiesel diproduksi dengan cara mentransesterifikasi lemak sapi dalam reaktor dengan katalis CaO berbahan dasar cangkang telur puyuh. Enam sampel menjalani transesterifikasi pada suhu 55 OC dengan perbedaan jumlah katalis yang digunakan (1,5 wt%, 6,5 wt%, dan 10 wt%). Variasi jenis katalis, yang terdiri dari katalis komersial dan berbasis limbah, juga dipakai dalam penelitian ini. Katalis CaO berbasis limbah disintesis dari cangkang telur puyuh melalui proses kalsinasi pada suhu 900 OC dengan durasi 2 jam. Katalis berhasil disiapkan dengan persentase hasil 92,4% kalsium oksida. Hasil pengujian sampel terbaik ditunjukkan oleh biodiesel dengan penggunaan katalis berbasis limbah 6,5% dan katalis komersial 6,5%. Untuk biodiesel dengan katalis berbasis limbah 6,5%, diperoleh yield 91,747%, densitas 856 kg/m3, viskositas 5,2915 mm2/cst, angka keasaman 0,94 mg-KOH/g, dan angka iodin 33,96 g-I2/100g. Untuk biodiesel dengan katalis komersial 6,5% diperoleh yield 90,236%, densitas 861,1 kg/m3, viskositas 5,414 mm2/cst, angka keasaman 4,13 mg-KOH/g, dan angka iodin 29,37 g-I2/100g. Angka keasaman standar dengan maksimum 0,5 mg-KOH/g tidak dipenuhi oleh kedua sampel.

Transesterification is a chemical reaction that transforms animal oils into useful biodiesel by the chemical process of transesterification. In this study, the biodiesel is produced by transesterifying beef tallow in a reactor with a CaO catalyst made from quail eggshell. Six samples are subjected to transesterification at a temperature of of 55 OC with different amounts of catalyst being used (1.5 wt%, 6.5 wt%, and 10 wt%). A variation of catalyst type, that consists of the commercial and waste-based catalyst, is also integrated to this study. Waste-based CaO catalyst is synthesized from quail eggshells through a calcination process at 900 OC with the duration of 2 hours. The catalyst was successfully prepared with the yield percentage of 92.4% calcium oxide. The best sample test results were exhibited by the biodiesel with the usage of 6.5% waste-based catalyst and 6.5% commercial catalyst. For biodiesel with 6.5% waste-based catalyst, 91.747% yield, 856 kg/m3 density, 5.2915 mm2/cst viscosity, 0.94 mg-KOH/g acidity number, and 33.96 g-I2/100g iodine number were obtained. For biodiesel with 6,5% commercial catalyst, 90.236% yield, 861.1 kg/m3 density, 5.414 mm2/cst viscosity, 4.13 mg-KOH/g acidity number, and 29.37 g-I2/100g iodine number were obtained. The standard acidity number with the maximum of 0.5 mg-KOH/g is not satisfied by both samples.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrean Wardani
"Penelitian mengenai pengaruh penggunan agregat halus daur ulang dan cangkang telur sebagai bahan pengganti semen pada pembuatan mortar terhadap sifat sifat mekanik pada mortar yang terdiri dari kuat tekan, kuat lentur, daya serap, dan susut. Pengunaan agregat halus daur ulang dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 20 dari jumlah agregat alami yang digunakan dan penggunaan cangkang telur dengan 5 variasi penggunaan sebesar 0, 5, 10, 15, dan 20.

Research about on the influence usage of recycled fine aggregate and egg shells as cement replacement material in the make of mortars against mechanical properties on mortar consisting of a compressive strength, flexural strength, absorption, and shrinkage. Usage recycled fine aggregates in this study set for 20 of the aggregate amount of the used natural and usage egg shells with 5 variation of 0, 5, 10, 15, and 20.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>