Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
"Archaeological sites of Pengkalan Bharu, Perak is one of the important ports in Malaysia. The port is associated with the center of the Government of New Beruas. Establishment of the port city is to anticipate the enemy like a pirate attack of siam, Aceh, Maja-pahit, selangor and Portuguses."
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Hasti Nindyan Hapsari
"Metarhizium majus UICC 295 memiliki kemampuan untuk menggunakan cangkang Crustacea yang mengandung kitin sebagai substrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan M. majus UICC 295 pada variasi konsentrasi tepung cangkang kerang hijau 10% (b/v), 15% (b/v), 20% (b/v), 25% (b/v) dalam Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10%. Selain itu, melihat kemampuan M. majus UICC 295 menggunakan tepung cangkang kerang hijau sebagai substrat melalui Scanning Electron Microscopy (SEM). Metarhizium majus UICC 295 umur 7 hari ditumbuhkan pada variasi konsentrasi tepung cangkang kerang hijau dalam SDYA dengan blok agar di suhu 26,5°C selama 10 hari dalam kondisi gelap. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 dapat tumbuh pada semua variasi konsentrasi tepung cangkang kerang hijau dalam SDYA 10%. Morfologi koloni yang terbentuk bervariasi berdasarkan pigmentasi, sporulasi, dan kerapatan miselium. Ukuran diameter koloni rata-rata terbesar pada tepung cangkang kerang hijau 10% dalam SDYA 10% menunjukkan penurunan 0,35% dibandingkan SDYA 10% sebagai kontrol. Hasil SEM memperlihatkan kemampuan M. majus UICC 295 menggunakan tepung cangkang kerang hijau 10% dalam SDYA 10% berdasarkan adanya hifa dan konidia, dan perubahan struktur berupa rongga pada permukaan substrat. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 dapat menggunakan tepung cangkang kerang hijau sebagai substrat dan nutrien untuk pertumbuhan.
Metarhizium majus UICC 295 has the ability to use chitin-contained crustacean shells as a substrate. This study aims to determine the growth of M. majus UICC 295 at various concentrations of green mussel shell powder at 10% (w/v), 15% (w/v), 20% (w/v), 25% (w/v) in Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10%, and, to investigate the ability of M. majus UICC 295 to use green mussel shell powder as a substrate using a Scanning Electron Microscopy (SEM). Agar blocks containing 7-days old M. majus UICC 295 were grown on various concentrations of green mussel shell powder in SDYA at 26.5°C for 10 days under dark conditions. The results showed that M. majus UICC 295 showed growth on all variations of green mussel shell concentration in SDYA 10%. Colony morphology varied based on pigmentation, sporulation, and mycelium density. The largest average colony diameter size in 10% green mussel shell powder in 10% SDYA showed a decrease of 0.35% compared to 10% SDYA as a control. The SEM results showed the ability of M. majus UICC 295 to use 10% green mussel shell powder in 10% SDYA by the presence of hyphae and conidia and structural changes of the substrate in the form of cavities on the substrate surface. The results showed that M. majus UICC 295 was able to use green mussel powder as a substrate and nutrient for growth."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nabila Gayatri Widayana
"Metarhizium majus UICC 295 memiliki kemampuan untuk menggunakan cangkang Crustacea yang mengandung kitin sebagai substrat. Penelitian bertujuan untuk mengamati pertumbuhan M. majus UICC 295 pada tepung cangkang kerang tahu dengan variasi konsentrasi 10% (b/v), 15% (b/v), 20% (b/v) dan 25% (b/v) dalam Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10%. Selain itu, mengamati kemampuan M. majus UICC 295 dalam menggunakan tepung cangkang kerang tahu sebagai substrat pada SDYA 10% menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Metarhizium majus UICC 295 pada SDYA 100%, suhu 26,5°C, umur 7 hari dalam kondisi gelap diinokulasikan ke medium dengan variasi konsentrasi tepung cangkang kerang tahu dalam SDYA menggunakan metode peletakan langsung blok agar, suhu 26,5°C, selama 10 hari dalam kondisi gelap. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 tumbuh pada semua variasi konsentrasi tepung cangkang kerang tahu dalam SDYA 10%. Morfologi koloni yang terbentuk bervariasi berdasarkan pigmentasi, sporulasi, dan kerapatan miselium. Ukuran diameter koloni rata-rata tertinggi pada medium dengan penambahan tepung cangkang kerang tahu 15% dalam SDYA 10% menunjukkan penurunan sebesar 9,25% dibandingkan pada SDYA 10% (kontrol). Hasil SEM memperlihatkan pertumbuhan M. majus UICC 295 dengan adanya konidia dan hifa, serta menyebabkan perubahan struktur pada tepung cangkang kerang tahu 15% dalam SDYA 10% dengan terbentuknya rongga dan retakan. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 memiliki kemampuan untuk menggunakan tepung cangkang kerang tahu sebagai substrat dan nutrien untuk pertumbuhan.
Metarhizium majus UICC 295 has the ability to utilize crustacean shells containing chitin as substrates. This study aims were to observe the growth of M. majus UICC 295 on hard clam shell powder with concentrations of 10% (w/v), 15% (w/v), 20% (w/v) and 25% (w/v) in 10% (w/v) Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA), and to observe M. majus UICC 295 ability to utilize hard clam shell powder as a substrate in 10% SDYA using a Scanning Electron Microscopy (SEM). Block agar containing 7-days old M. majus UICC 295 was grown on various substrate concentrations and incubated in the dark at 26.5°C for 10 days. The results showed that M. majus UICC 295 was able to grow in various concentrations of hard clam shell powder in 10% SDYA. Colony morphology showed variation in pigmentation, sporulation, and mycelium density. The largest average colony diameter size in 15% hard clam shell powder in 10% SDYA showed a 9.25% decrease compared to colony diameter in SDYA 10% (control). The SEM result showed growth of M. majus UICC 295 on 15% hard clam shell powder in 10% SDYA by the presence of conidia and hyphae, and changes of the hard clam powder structure as indicated by the formation of cavities and cracks. These results showed that M. majus UICC 295 has the ability to utilize hard clam shell powder as a substrate and nutrient for growth."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Oktarina Sumandari
"Metarhizium majus UICC 295 adalah kapang entomopatogen. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penambahan tepung cangkang kerang hijau terhadap kemampuan M. majus UICC 295 menginfeksi larva O. rhinoceros dan viabilitas M. majus UICC 295 setelah dipreservasi dengan metode freezing pada suhu -80°C. Metarhizium majus UICC 295 pada medium Saboraud Dextrose with Yeast Extract Agar (SDYA) dengan penambahan tepung cangkang kerang hijau 10% (b/v) dapat membunuh larva O. rhinoceros 6,67%--100% dalam waktu 7--12 hari. Metarhizium majus UICC 295 pada medium SDYA dapat membunuh larva O. rhinoceros 3,33%--100% dalam waktu 7--11 hari. Metarhizium majus UICC 295 setelah dipreservasi selama 30 hari dalam gliserol 10% (v/v) dan dalam gliserol 10% (v/v) dengan glukosa 5% (v/v) tetap memiliki viabilitas. O. rhinoceros setelah dipreservasi selama 1 hari dalam gliserol 10% dan dalam gliserol 10% dengan glukosa 5% tetap memiliki viabilitas.
Metarhizium majus UICC 295 is an entomopathogenic fungus. This research investigated the effect of green mussel shell powder on the pathogenicity of M. majus UICC 295 to infect O. rhinoceros larvae and investigated the viability of M. majus UICC 295 after preservation with freezing at -80°C. Metarhizium majus UICC 295 in Saboraud Dextrose Agar with Yeast Extract (SDAY) medium with 10% (w/v) green mussel shell powder caused 6.67%--100% larval mortality in 7--12 days. Metarhizium majus UICC 295 in SDAY medium caused 3.33%--100% larval mortality in 7--11 days. Metarhizium majus UICC 295 after being preserved for 30 days in 10% (v/v) glycerol and 10% (v/v) glycerol with 5% (v/v) glucose are still viable. Metarhizium majus UICC 295 on cadaver of O. rhinoceros larvae after being preserved for 1 day in 10% glycerol and 10% glycerol with 5% glucose are still viable."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42982
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Randi Putra
"Bukanlah mustahil untuk kita dapat daur ulang kembali sampah cangkang kerang sebagai bahan pengganti semen sehingga memiliki nilai ekonomis. Dalam penelitian ini digunakan cangkang Kerang Darah (Anadara Granosa). Dari segi material, sebagai eksoskeleton dari kerang, bagian cangkang memiliki kandungan kalsium oksida yang tinggi. Kalsium merupakan bahan yang dapat meningkatkan proses hardening saat semen berhidrasi dengan air. Kalsium oksida juga merupakan bahan baku pembuat semen sehingga dengan terdapatnya kandungan kalsium oksida dalam cangkang kerang darah menjadikan material ini dapat digunakan sebagai bahan pengganti semen dalam campuran beton. Penelitian ini mengamati karakteristik lentur dan karakteristik geser dari beton. Sampel dibuat dengan penggantian serbuk cangkang kerang sebanyak 0%, 5%, 10%, dan 15% dari berat semen PCC. Dari variasi tersebut dapat kita lihat pengaruh pemakaian Serbuk Cangkang Kerang Darah terhadap nilai kuat lentur dan geser dari beton beserta pola keretakan yang terjadi terhadap kondisi lentur murni dan geser . Dari hasil pengujian ditemukan semakin besarnya kadar percampuran serbuk cangkang kerang darah dengan semen PCC terjadi penurunan kuat lentur dan kuat geser beton.
Its not impossible for us to recycle waste of body shell as material replacement of cement so that it has economic value. This research used blood cockle's body shell (Anadara Granosa). In terms of material, as exosceleton from the shell, the body shell have high calcium oxide. Calcium is a substance that can improve hardening process of cement with water. Calcium oxide is also the raw material of cement, so calcium oxide in the body shell of blood cockle can be used as a replacement for cement in the concrete mix. This study observed the flexural and shear characteristics of concrete. Sample made with the replacement blood cockle body shell's powder as much as 0%, 5%, 10%, and 15% of the weight of the Portland composite cement. From the variations we can see the influence of cement replacement with the shear and flexural strength of concrete and cracks happens to pure flexural and shear condition. From the results test we found each increase the amount of replacement will decrease the flexural and shear strength of concrete."
2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Vigner Tessario Lukas
"Hambatan kapal merupakan hal yang penting dalam perancangan suatu kapal. Nilai hambatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bentuk lambung, tingkat streamline dan kekasaran lambung. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian kekasaran khusus pada lambung kapal terhadap koefisien hambatan total dan aliran transisi yang terjadi. Kapal model crude oil tanker digunakan dalam penelitian ini. Dimensi kapal model yaitu Lpp = 2,6 m B = 0,24 m dan T = 0,18 m. Kapal tersebut dibuat bervariasi kekasaran permukaan lambungnya dengan memberikan tempelan kulit kerang. Kerang yang digunakan yaitu kerang hijau, kerang tahu dan kerang dara. Motor listrik digunakan untuk menarik kapal model tersebut. Tegangan tali yang merupakan hambatan total kapal model diukur menggunakan load cell anemometer yang dihubungkan dengan data akusisi. Penggunaan kekasaran khusus cangkang kerang hijau dapat menurunkan koefisien hambata total sekitar 4,2% pada nilai bilangan Reynolds 1,6 x 106. Kecepatan transisi dari aliran laminer menuju turbulent pun dapat diteliti dengan melihat fenomena trend koefisien hambatan total yang terjadi.
Ship Resistance is something that should be considered in a ship design. The value of these resistances is influenced by several factors, including hull shape, and roughness levels on fully streamlined. The purpose of this research is to know the effect of hull roughness, specifically the total resistance coefficient and flow transition that appear. Crude oil tanker ship model used in this study, Dimensions of ship model is Lpp = 2.6 m, B = 0.24 m and T = 0.18 m. This ship model is given the differences in surface roughness of the hull with a scallop shell. Shells used in this research are kerang hijau (Mytilus edulis), kerang darah (Anadara granosa) and kerang tahu (Reticulate venus). The ship models is pull by electric motor which the motor speed can be various. Pull force was measured by using a load cell anemometer that affixed to the vessel and connected to the rope model puller. The use of special roughness kerang hijau can decrease the total drag coefficient about 4.2% in the value of Reynolds number 1.6 x 106. The speed of transition from laminar to turbulent flow can be studied by looking at the phenomenon of total drag coefficient trend is happening. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S848
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library