Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aris Setiawan Yodi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena non petahana dalam Pilkada dengan Calon Tunggal tahun 2020 di Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Wonosobo. Studi-studi terdahulu tentang Pilkada dengan calon tunggal pada umumnya menjelaskan bahwa terlampau besarnya keunggulan petahana dari segi finansial, elektabilitas, atau popularitas menyebabkan petahana kerap tampil sebagai calon tunggal. Menggunakan metode penelitian kualitatif dan dengan dikerangkai Teori Partai Kartel yang dikemukakan Katz dan Mair (1995) serta Teori Pilihan Strategis yang dikemukakan Collier dan Norden (1991), penelitian ini menunjukkan bahwa petahana dapat tereksklusi dalam proses pencalonan kepala daerah ketika mayoritas partai telah mengalami proses kartelisasi. Dengan komunikasi politik sebagai basis utama pilihan strategisnya, partai politik dapat mengeksklusi petahana dalam proses pencalonan kepala daerah jika non petahana dianggap lebih memiliki kapasitas finansial yang dapat membiayai kampanye serta membantu keuangan partai ke depannya, sementara petahana dinilai tidak memiliki kapasitas finansial yang sepadan dengan non petahana. Petahana juga dapat terekslusi dari proses pencalonan meskipun memiliki kapasitas finansial yang tinggi, namun tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan partai politik dan selama menjabat sebagai bupati tidak memberikan keuntungan secara elektroal maupun finansial terhadap partai pengusungnya. ......This study aims to explain the phenomena of non incumbent in the 2020 simultaniously local election with a sole candidate in Kebumen and Wonosobo regency. Many studies had taken place before stated that the main reasons from the sole candidacy phenomenon in Indonesian Local Elections was because the incumbent had more advantages such as financial capacity, electablity, and popularity compared to the challengers. Using qualitative research methode and guided with the party cartel theory which introduced by Katz and Mair (1995) and also with strategic choice theory which introduced by Collier and Norden (1991), this study find that the incumbent could be excluded from the candidacy process when the majority of political parties had cartelized. Political parties using political communication as the main strategic choice to exclude the incumbent when the non incumbent candidate deemed had more financial capacity to help financing the campaign and also the party after elections, while the incumbent had not. The incumbent with huge financial capacity also could be excluded from candidacy process by political parties while the incumbent could not build good communication with political parties and did not give the financial or electoral advantages to political parties in the region when he was in the office.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoerun Nisa Fadillah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana seluruh partai berkoalisi mengusung calon tunggal pada Pilkada Kabupaten Tangerang Tahun 2018. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif metode studi kasus serta teori pilihan strategis (Collier dan Norden, 1991) dan teori pembangunan koalisi model dinamis (Riker, 1962), hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) keputusan seluruh partai untuk berkoalisi mengusung petahana sebagai calon tunggal merupakan pilihan strategis partai. Partai menilai petahana secara objektif dan subjektif memiliki kekuatan dan peluang kemenangan yang lebih besar daripada bakal calon lainnya; dan 2) koalisi seluruh partai pengusung calon tunggal merupakan hasil dari proses yang dibangun oleh petahana melalui politik pembayaran-sampingan berupa janji kebijakan, janji keputusan, kepuasan emosional, materi, dan efek ekor jas (coat-tail effect). Jika kesepakatan tidak terjadi dengan partai di daerah maka petahana akan langsung ke pimpinan pusat partai karena kewenangan penetapan rekomendasi pengusungan calon ada di pusat. Rekomendasi pengusungan calon dari pusat mau tidak mau harus diterima oleh partai di daerah sehingga munculnya fenomena calon tunggal menunjukkan ketidakberdayaan partai di daerah menghadapi kekuasaan partai di pusat.
This study aims to explain why and how all coalition parties carry a sole candidate in the Tangerang Regency Election in 2018. Using a qualitative approach to case study methods, and strategic choice theory (Collier and Norden, 1991) and the theory of dynamic model coalition building (Riker, 1962), the results of the study show that: 1) the decision of all parties to coalition carrying incumbents as a sole candidate is the party's strategic choice. The party values ​​incumbent objectively and subjectively has greater strength and opportunity for victory than other candidates; and 2) the coalition of all sole candidate bearers is the result of a process built by incumbent through side-payment politics in the form of policy promises, decision promises, emotional satisfaction, material, and coat-tail effects. If the agreement does not occur with the party in the area, the incumbent will go directly to the party`s central leadership because the authority to determine the recommendations for nomination is at the center. Recommendations for the promotion of candidates from the center must inevitably be accepted by parties in the regions so that the emergence of the phenomenon of single candidates shows the powerlessness of parties in the regions to face party power at the center.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T54116
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library