Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amalia Ahmad
"Tesis yang berjudul Pola Rekrutmen Calon Anggota Legislatif Perempuan PDI Perjuangan Tahun 1999 dan 2004 merupakan sebuah kajian ilmu politik berperspektif kualitatif yang mencoba mencari jawaban bagaimana perbandingan pola rekrutmen politik calon anggota legislatif perempun PDI Perjuangan pada pemilu 1999 dan pemilu 2004 mengingat pasal 65 ayat 1, UU no. 12, tahun 2003 yang memuat aturan tentang kuota 30 % perempuan dalam pencalonan .anggota legislatif telah diberlakukan pada pemilu legislatif tahun 2004. Penelitian ini sangat menarik untuk dilakukan karena isu perempuan selalu menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat, termasuk kuota 30 % ini. Oleh karena itu sangat menarik untuk meneliti dinamika masyarakat Indonesia sehubungan dengan adanya kebijakan kuota 30 % ini. Kedua, penelitian ini menjadi menarik .karena mencoba meneliti fenomena dan keputusan politik pada salati satu partai politik besar yang dipimpin perempuan. Pemahaman terhadap penelitian ini dilakukan dengan melihat bagaimana pola rekrutmen yang digunakan di PDI Perjuangan, apakah mereka menggunakan pola ascriptive ataukah achievement. Pola rekrutmen politik dapat berorientasi ascriptive atau achievement. Masing-masing orientasi ini secara teoritis dapat berdiri sendiri tetapi dalam praktek dapat ditemui interaksi yang rumit diantara keduanya. Orientasi rekrutmen ascriptive terjadi bila individu-individu dipilih untuk peranan-peranan khusus karena status sosial dan keturunan mereka (ascribed status). Sedangkan kriteria dalam menentukan individu untuk memegang jabatan/peranan tertentu yang memiliki keahlian dan kemampuan tertentu, adalah rekrutmen achievement. Selain itu, tesis ini juga akan mencoba memahami kendala dan hambatan perempuan menjadi calon anggota legislatif dengan keberadaan mereka sebagai perempuan. Oleh karena itu, tesis ini menggunakan konsep dan teori tentang partai politik yang dikemukakan oleh Carl J. Friedrich, Roger H. Soltau Roger H. Soltau, Sigmund Neuman, J. A Corry dan Henry J. Abraham untuk pemahaman awal PDI Perjuangan sebagai partai politik; teori rekrutmen politik Gabriel Almond; beberapa konsep tentang keterwakilan perempuan, gender dan politik kewarganegaraan. Namun teori utamanya adalah teori dari Anne Phillips, The Politics of Presence atau politik kehadiran. Melalui wawancara mendalam terhadap anggota legislatif terpilih pada tahun 1999 dan tahun 2004 serta dua orang pengurus PDI Perjuangan di tingkat pusat (DPP), tesis ini menemukan bahwa, pola ascriptive lebih sering digunakan di PDI Perjuangan baik ketika pada pemilu 1999 maupun pemilu 2004 dan dengan menggunakan pola tertutup. Jadi implikasi teori pola rekrutmen ascriptive dapat diterapkan di sini. Pola rekrutmen tersebut berdasarkan hubungan pertemanan, persaudaraan ataupun hubungan-hubungan emosional lain yang mengakibatkan juklak (petunjuk pelaksanaan) atau aturan-aturan tentang rekrutmen dalam partai menjadi tidak dipergunakan sebagaimana mestinya. Temuan penting dalam tesis ini adalah kepemimpinan Megawati sebagai pemimpin partai berjenis kelamin perempuan ternyata memang mempengaruhi pola rekrutmen. Pada pemilu 1999, sebelum masalah kuota 30% mencuat, atas gagasan ketua umum Megawati, maka rekrutmen calon legislatif perempuan di PDI Perjuangan diupayakan mencapai 15%. Megawati juga berkomitmen untuk memberikan "jatah" kepengurusan partai PDI Perjuangan kepada perempuan. Dari temuan ini nampak implikasi teori politik kehadiran juga terlihat dari sikap Megawati yang menganggap penting kehadiran kelompok-kelompok yang termarginalisasi untuk dilibatkan dalam proses pengambilan kebijakan, dalam hal ini adalah kelompok perempuan partai PDI Perjuangan. Meski demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik termasuk PDI Perjuangan belum sepenuhnya sensitif gender untuk mengedepankan kesetaraan perempuan dalam politik sehingga pola rekrutmen masih belum dilepaskan dari pola ascriptive. Perempuan yang kurang memiliki kedekatan emosional dengan pengambil kebijakan di dalam partai menjadi kesulitan untuk bersaing secara fair. Budaya patriarkhi yang masih mengakar kuat memang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhinya.

This study, entitled "Patterns of Recruitment of Female Legislative Candidates for the Democratic Party of Struggle (PD1 Perjuangan)" is a qualitative study which compares the levels of recruitment of women in 1999 and 2004 general elections, given that in 2004 new legislation had been enacted encouraging party nominations included a 30% quota for the representation of women. This study is of interest as women's issues in Indonesia are always hotly contested within the community, including the introduction of the 30% quota. It is therefore of great interest to study the dynamics within Indonesian society regarding the community reaction to the new Iegislation. ln addition, the study is of value as it attempts to look at the political decisions of one of the largest political parties in Indonesia, which is led by a woman, Megawati Soekarno Putri, This study attempted to shed light on how PDI Perjuangan carried out the recruitment of women, using the dichotomy of ascriptive recruitment or recruitment based on achievement. A pattern of political recruitment can be either of an ascriptive or achievement based orientation. Theoretically, each orientation can stand alone, however in practice, they are entwined in a complex set of inter-relationships. Ascriptive recruitment occurs when individuals are chosen for a particular role, especially in the case of their social status or background (ascribed status). In comparison, when the criteria used to determine an individuals role is based on their abilities and expertise this is achievement orientated recruitment. 1n addition, this thesis will try to explore the obstacles and constraints faced by women who chose to become legislators. Therefore, this thesis uses concepts and theories of political parties put forward by Carl J. Friedrich, Roger H. Soltau Roger H. Soltau, Sigmund Neuman, J. A Corry and Henry J. Abraham in order to gain an understanding of PDI Perjuangan as a political party; the political recrutment theory of Gabriel J. Almond; and some concepts of women' representations, gender and politics of citizenship. The main theory is from Anne Phillips, The Politics of Presence."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24419
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Hoedoro Hoed
Depok: Komunitas Bambu, 2011
320.1 BEN c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kristin Samah
Jakarta: Kompas, 2013
324.7 KRI m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sriniti Anggita Puri
"Penelitian ini menjelaskan strategi selebritas dalam memenangkan pemilu legislatif dengan studi kasus kemenangan M. Farhan dalam pemilu legislatif DPR RI 2019. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori marketing politik yang dikemukakan oleh Niffenegger. Argumentasi penelitian ini adalah M. Farhan sebagai caleg selebritas mampu memenangkan pemilu karena strategi marketing politiknya yang matang. Temuan penelitian ini adalah kemenangan M. Farhan sangat dipengaruhi oleh basis massa yang ia miliki yaitu Komunitas PANATIK, komunitas yang didirikan M. Farhan untuk menyalurkan hak politik dari bobotoh (pendukung Persib) tanpa membawa nama Persib. Komunitas PANATIK menjadi basis massa utama yang digerakkan oleh M. Farhan sebagai mesin politik untuk memenangkan dirinya pada pileg 2019 di dapil Jawa Barat I. Selain itu, M. Farhan mampu memenangkan pileg 2019 karena ia memahami bahwa Jawa Barat I memiliki banyak pemilih rasional yang harus diperhatikan. Maka dari itu, metode pendekatan kampanye yang sifatnya rasional dikerjakan oleh M. Farhan dalam bentuk melancarkan strategi marketing politik yang mengangkat program-program rasional yang dirasa dapat menguntungkan pemilih dapil Jawa Barat I.

This research explains celebrity strategy in winning the legislative election with a case study of M. Farhan's victory in the 2019 DPR RI legislative election. This study uses qualitative methods using primary and secondary data. The theory used in this research is the political marketing theory proposed by Niffenegger. This research argues that M. Farhan as a celebrity legislative candidate was able to win the election because of his mature political marketing strategy. The findings of this study are M. Farhan's victory it is strongly influenced by the mass base he has named Komunitas PANATIK, a community founded by M. Farhan to channel political rights from bobotoh (supporters of Persib) without carrying the name of Persib. Komunitas PANATIK is the main political mass that is driven by M. Farhan as a political machine to win himself in the 2019 legislative election in Jawa Barat I. Also, M. Farhan realized that Jawa Barat I had many rational voters. Therefore, the rational approach to the campaign method is carried out by M. Farhan in the form of launching a political marketing strategy that promotes rational programs that are felt to benefit voters in Jawa Barat I"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Corry Soekotjo
"Adalah suatu kenyataan bahwa banyak caleg perempuan yang gagal dalam pemiliban dengan mekanisme suara terbanyak pada Pemilu 2014. Mencengangkan sekaligus mempribatinkan, karena tindakan afrrmasi terhadap caleg perempuan seakan "tidak berdaya" menghadapi suatu pemiliban langsung. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui apa yang menyebabkan kekalahan tersebut. Apakah modal ekonomi, modal sosial dan modal politik berimbas terhadap keberhasilan caleg perempuan pada Pemilu 2014. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kwalitatif berperspektif gender, dengan metode tekbnik pengumpulan data, melalui wawancara terfokus, observasi dan studi dokumen.
Temuan penelitian ini sebagai berikut; pertama, partai politik adalah penguasa tunggal dalam menentukan nomor urut maupun daerah pemiliban caleg; kedua, modal ekonomi caleg perempuan tidak sebesar caleg laki-laki kebanyakan didapat dari hasil sharing diantara anggota keluarga; ketiga, kekalahan caleg perempuan pada pemilu dengan mekanisme suara terbanyak lebib kepada ketidak pahaman mereka akan makna sebenarnya dari modal sosial, sehingga sebagian besar dari mereka teijebak pada kegiatan penggalangan pada tahapan seremonial; keempat, beban caleg perempuan lebib berat. Mereka harus terlebib dahulu menyelesaikan persoalan relasi kekuasaan dalam intern keluarga untuk mendapatkan ijin menjadi caleg bam kemudian "bertarung" menghadapi persaingan bebas pada pemiliban langsung di Pemilu 2014; kelima, para informan dapat menerima kekalahan mereka dengan legowo dan tidak "patah arang"keenam, seluruh caleg perempuan subjek penelitian ini menghendaki agar pemiliban kembali ke sistim nomor urut; ketujuh, caleg perempuan ada kesempatan untuk menang, jika mereka memaksimalkan kekuatan modal sosialnya.

It is the reality that many Indonesia woman candidates failed during the most votes system at last 2014 election.Flabbergast andalso be apprenhensive about the election, because avirmative action towards women candidates looks "helpless" confront the direct vote system. The objective of this study is to find out cause of their failure. Wether or not, financial capital, social capital, and political capital confront to the sucsesfullnes of woman candidates at the 2014 election. The research was based on qualitative approach with gender's perspektif, and applied data collecting technique by means of; observation, in depth interview, and document study.
The result of this research discovered that; first, Political Party is the sole decision maker for sequential number and electoral region, to parliamentary candidate; second, The amounts of financial capital ofWoman's candidates are less than man Usually they collect it together with the family; third, The failure of woman's candidates at the election, because they didn't understand about the true meaning of social capital, that's why most of them seems to be trapped at ceremonial activity; fourth, Women's candidates burden, heavier than man because as a candidate, firstly they have to solve their own problem concerning with the relation of power in their family.
They have to get their permission to be a candidate. Sothat they can fight through the direct vote election 2014; fifth , All the informant can receive their discomfiture, and they were not "charcoal broken"; sixth, All the informant prefer election with the sequential number; seventh, Woman's candidates still have chance to win, by maximize their social capital.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2015
T54729
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library