Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajar Raditya
Abstrak :
Pendahuluan:Penentuan jenis cairan pleura menggunakan Kriteria Light merupakan langkah awal dalam diagnosis suatu efusi pleura. Kriteria Alternatif Heffner belum banyak diteliti dan digunakan di Indonesia. Kriteria ini memiliki kelebihan dibandingkan Kriteria Light, yaitu tidak memerlukan pengambilan serum darah. Ultrasonografi (USG) toraks juga memiliki nilai diagnostik dalam penentuan jenis cairan pleura dan penggunaannya semakin rutin. Apabila Ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan jenis cairan pleura tentunya akan meningkatkan efisiensi. Metode: Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik dengan sampel konsekutif sebanyak 60 orang untuk membandingkan penambahan USG Thorax pada Kriteria Alternatif Laboratorium dengan Kriteria Alternatif Laboratorium saja dalam mendiagnosis eksudat/transudat. Kriteria inklusi adalah pasien efusi pleura dengan usia lebih dari sama dengan 18 tahun dan kriteria eksklusi adalah pasien yang pernah dilakukan pungsi pada sisi yang sama sebelumnya. Penelitian dilakukan di RSCM pada Januari-Maret 2019. Pada subyek penelitian dilakukan pemeriksaan USG toraks dan pemeriksaan LDH,protein, dan kolesterol cairan pleura serta LDH dan protein cairan serum darah. Hasil: Pada pemeriksaan cairan efusi pleura menggunakan Kriteria Alternatif Heffner didapatkan hasil Sensitivitas dan Spesifisitas sebesar 97,67 % (IK 95% 87,71-99,94) dan 94,12 % (IK 95% 71.31-99.85) . Sementara pada penambahan USG toraks pada Kriteria Alternatif didapatkan hasil Sensitivitas dan Spesifisitas sebesar 97,67 % (IK 95% 87,71-99,94) dan 88,24 % (IK 95% 63,56-98,54). Diskusi: Kriteria Alternatif Heffner memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik dalam menentukan eksudat/transudate. Nilai sensitifitas dari penambahan USG tidak lebih baik dalam mendiagnosis eksudat/transudat. Hasil gambaran efusi pleura kompleks pada USG dapat bermanfaat untuk perencanaan awal kasus eksudat. Simpulan: Penambahan USG Thorax pada Kriteria Alternatif Laboratorium menurut Heffner memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tidak lebih baik dibandingkan dengan Kriteria Alternatif saja dalam mendiagnosis eksudat/transudat sesuai Kriteria Light sebagai baku emas pada populasi penderita efusi pleura di RSCM
Introduction: Determining the Nature of Pleural Effusion using Light Criteria is the first step to find the right etiology in pleural effusion patient. The Heffner Alternative Criteria was introduced to replace Light Criteria when there are difficulties to obtain blood serum. The use of this new criteria is very few in Indonesia and there are no research in Indonesian population yet. Thorax Ultrasonography is also a routine diagnostic imaging modalities in pleural effusion. It is used to guide safe thoracocentesis. The use of ultrasonography thereby can increase efficiency. Methods: This was a cross sectional diagnostic study, using 60 consecutive samples. The population of this study is patient in RSCM Hospital between January-March 2019. Inclusion criteria is pelural effusion patient age 18 years old or older. Patient were excluded if already puncture at the same side before. Thorax Ultrasonography was done and the LDH, Protein, Cholesterol of the pleural fluid was obtained. Discussion: Heffner alternative criteria had a good sensitivity and specificity in diagnosing exudate/transudate. But the sensitivity of adding USG was not better in diagnosing exudate/transudate. USG could have benefits in early planning intervention for exudate. Results:The Sensitivity and Specificity of Heffner Alternative Criteria alone were 97,67 % (CI 95% 87,71-99,94) and 94,12 % (CI 95% 71.31-99.85). The Sensitivity and Specificity of Heffner Alternative Criteria with added Thorax Ultrasonography were 97,67 % (CI 95% 87,71-99,94) dan 88,24 % (CI 95% 63,56-98,54). Conclusions:Adding Ultrasonography to Heffner Alternative Criteria was not improving the already very good Sensitivity and Specificity of Heffner Alternative Criteria alone in determining the nature of pleural effusion.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diashati Ramadhani Mardiasmo
Abstrak :
ABSTRAK
Pleural effusion occurs when abnormal pleural fluid accumulate within pleural cavity. The first step in pleural effusion evaluation is categorising pleural fluids into transudates and exudates using Light rsquo s Criteria, to determine differential diagnoses. Transudative pleural effusions occur when systemic factors influencing hydrostatic and oncotic pressures are imbalanced. Exudative pleural effusions occur due to local factors influencing increased vascular permeability. This research aims to describe profiles of pleural fluid analysed by Department of Clinical Pathology, Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital RSCM and investigate their diagnostic value.Data were collected between January August 2016 consecutively. In total, 199 pleural fluids were assessed 123 exudative, 72 transudative and 4 transudative exudative transitional pleural fluids. The samples comprised of 56.3 females and 43.2 males. The age ranged from 1 month to 83 years old, averaging at 45.3 years old. Malignancy was the most frequent etiology found 35.7 , followed by Infection 22.1 . Pleural fluids were predominantly yellow 51.7 . Compared to transudates, exudates were more likely to clot, mostly tested positive for Rivalta and appeared more turbid. WBC count, protein fluid, protein ratio, LDH fluid and LDH ratio of exudates were significantly higher than transudates. Exudates exhibited significantly lower glucose fluid levels. Bacteriologically, 13 samples yielded a positive culture.Profiles of transudative and exudative pleural fluids correlated with their respective clinical conditions, reflecting different underlying mechanisms, thus verifying Light rsquo s criteria. Diagnostic values of pleural fluid analyses towards its clinical diagnosis yielded Sensitivity of 66.7 , Specificity of 67.9 , Positive Predictive Value of 90.6 and Negative Predictive Value of 27.1.
ABSTRAK
Pada Pleura Effusi terdapat akumulasi cairan pleura abnormal pada rongga pleura. Langkah pertama pada algoritme pleura effusi adalah kategorisasi cairan pleura menjadi transudat dan eksudat untuk menentukan diagnosis differensial. Cairan pleura transudat ditemukan pada etiologi sistemik dimana terdapat ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik. Cairan pleura eksudat ditemukan pada etiologi lokal dimana terdapat peningkatan permeabilitas. Cairan transudat dan eksudat dapat dibedakan menggunakan kriteria Light rsquo;s. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil analisis cairan pleura di Departemen Patologi Klinik, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo RSCM dan untuk menginvestigasi nilai diagnostik analisis cairan pleura.Penelitian ini menggunakan sampel cairan pleura dari Departemen Patologi Klinik yang dipilih antara bulan Januari-Agustus 2016 secara konsekutif. Sampel berjumlah 199; 72 transudat, 127 eksudat dan 4 peralihan transudate ke eksudat. Demografik sampel adalah 56.3 perempuan dan 43.2 laki-laki. Umur berkisar antara 1 bulan-83 tahun dan rerata 45.3 tahun. Etiologi paling sering adalah keganasan 35.7 , diikuti dengan infeksi 22.1 . Dibandingkan dengan transudat, eksudat lebih banyak terdapat bekuan, hasil Rivalta positif dan lebih keruh. Leukosit, protein cairan, protein rasio, LDH cairan dan LDH rasio lebih tinggi pada eksudat. Glukosa cairan lebih rendah pada eksudat. 13 sampel menunjukkan kultur positif.Terdapat korelasi antara profil cairan pleura transudat dan eksudat dengan diagnosis klinis, menunjukkan adanya perbedaan mekanisme dan menggambarkan efektifitas kriteria Light rsquo;s. Nilai diagnostik analisis cairan pleura berupa sensitivitas 66.7 , spesifisitas 67.9 , nilai prediksi positif 90.6 dan nilai prediksi negatif 27.1
2016
S70381
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library