Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nela Rohmah
Abstrak :
Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) merupakan pelarut yang dapat digunakan sebagai pengganti pelarut organik untuk mengekstrak senyawa alami. Brazilin merupakan senyawa utama dalam kayu secang (Caesalpinia sappan L.) yang memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, anti inflamasi, dan antidiabetes. Aktivitas antidiabetes kayu secang terkait dengan penghambatan DPP IV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi NADES-UAE yang optimum dalam ekstraksi brazilin dan membandingkan hasil kadar brazilin yang diperoleh dengan ekstrak maserasi etanol 80%, serta untuk mengetahui penghambatan aktivitas DPP IV pada ekstrak NADES kayu secang. Penelitian ini menggunakan Response Surface Methodology (RSM) untuk analisis optimasi ekstraksi NADES-UAE. Penentuan kadar brazilin dilakukan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). NADES berbasis kolin klorida dipasangkan dengan asam laktat, asam malat, dan asam sitrat. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu ekstraksi 10, 30, 50 menit dan penambahan air 20%, 40%, 60%. Berdasarkan hasil penelitian, rendemen kandungan brazilin tertinggi pada ekstrak NADES-UAE terdapat pada kombinasi kolin klorida-asam laktat (Chcl-LA) dengan waktu ekstraksi 30 menit dan penambahan air 40% yaitu 104,81 mg / g. Pengujian daya hambat DPP IV dilakukan pada ekstrak NADES dengan konsentrasi 20, 40, dan 50 ppm. Ekstrak kayu secang NADES pada konsentrasi 50 ppm memberikan penghambatan aktivitas DPP IV tertinggi yaitu sebesar 97,99% dengan nilai penghambatan NADES sebesar 92,27%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa NADES berbasis kolin klorida dengan asam laktat dapat menarik senyawa brazilin dari kayu secang dengan kadar yang lebih rendah dari maserasi yaitu 114,49 dan ekstrak kayu secang NADES dapat memberikan penghambatan enzim DPP IV. ......Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) are solvents that can be used as a substitute for organic solvents to extract natural compounds. Brazilin is the main compound in secang wood (Caesalpinia sappan L.) which has antioxidant, antibacterial, anti-inflammatory, and anti-diabetic activities. The antidiabetic activity of secang wood was associated with DPP IV inhibition. This study aims to determine the optimum combination of NADES-UAE in brazilin extraction and to compare the results of brazilin levels obtained with 80% ethanol maceration extract, and to determine the inhibition of DPP IV activity in the NADES extract of secang wood. This study used the Response Surface Methodology (RSM) for the optimization analysis of the NADES-UAE extraction. Determination of brazilin levels was carried out by High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Choline chloride-based NADES is paired with lactic acid, malic acid, and citric acid. The factors used in this study were 10, 30, 50 minutes extraction time and the addition of 20%, 40%, 60% water. Based on the results of the study, the highest yield of brazilin content in the NADES-UAE extract was found in the combination of choline chloride-lactic acid (Chcl-LA) with an extraction time of 30 minutes and the addition of 40% water, namely 104.81 mg / g. DPP IV inhibition test was carried out on NADES extracts with concentrations of 20, 40, and 50 ppm. Secang NADES wood extract at a concentration of 50 ppm provided the highest DPP IV activity inhibition, which was 97.99% with a NADES inhibition value of 92.27%. Based on the results of the study, it can be concluded that NADES based on choline chloride with lactic acid can attract brazilin compounds from secang wood with lower levels of maceration, namely 114.49 and secang NADES wood extract can provide inhibition of the DPP IV enzyme.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grescelcia Coreta Suherman
Abstrak :
Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang yang disebabkan ketidakmampuan tubuh untuk mengatur mineral dalam tulang yang disertai dengan penurunan kekuatan tulang yang kemudian dapat menyebabkan pengeroposan tulang. Pada penelitian sebelumnya, ekstrak Caesalpinia sappan L. atau dikenal di Indonesia sebagai kayu Secang, terbukti dapat mencegah osteoporosis, sementara kombucha dipercaya dapat meningkatkan kadar antioksidan. Pada penelitian ini, dilakukan eksperimen secara in vivo pada kombucha secang. Penelitian ini menggunakan tikus putih betina Sprague-Dawley yang dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu kontrol sham dan kontrol negatif (CMC-Na 0,5% 2 ml/200 grBB), kontrol positif (Tamoksifen 0,4 mg/200gr BB), ekstrak Secang (20 mg/200grBB), kombucha (1 mL/200grBB), serta 3 kelompok variasi dosis kombucha Secang dengan D1 (1 mL/200 gr BB), D2 (3 mL/200 grBB/), dan D3 (3 mL/200 grBB/3 kali sehari), dengan pemberian secara oral. Semua tikus dilakukan ovariektomi, kecuali kelompok sham dilakukan pembedahan tanpa pengambilan ovarium. Tikus dipelihara 4 minggu pasca operasi, lalu diberi perlakuan selama 28 hari. Parameter yang diukur adalah kadar kalsium tulang tibia, kadar Malondialdehyde (MDA), kadar Superoxide Dismutase (SOD), dan jumlah sel osteoklas. Berdasarkan penelitian, kombucha Secang dosis 3 (3 mL/200grBB/3 kali sehari) dapat meningkatkan kadar kalsium tulang tibia, serta memiliki kecenderungan menurunkan kadar MDA dan memiliki kecenderungan meningkatkan SOD. Kombucha Secang dosis 2 (3 mL/200grBB sehari)  dapat mengurangi jumlah sel osteoklas. ......Osteoporosis is a degenerative disease of the bones which is characterized by decreased bone mass caused by the body's inability to regulate minerals in the bones accompanied by a decrease in bone strength which can then lead to bone loss. In previous research, Caesalpinia sappan L. extract or known in Indonesia as Secang wood, has been shown to prevent osteoporosis, while kombucha is believed to increase antioxidant levels. In this study, in vivo experiments were carried out on sappan wood kombucha. This study used Sprague-Dawley female white rats which were divided into 8 groups, namely sham control and negative control (CMC-Na 0.5% 2 ml/200 g BW), positive control (Tamoxifen 0.4 mg/200 g BW), extract Secang (20 mg/200grBW), kombucha (1 mL/200grBW), and 3 groups of varying doses of Secang kombucha with D1 (1 mL/200 grBW), D2 (3 mL/200 grBW/), and D3 (3 mL/ 200 grBB/3 times a day), by oral administration. All rats underwent ovariectomy, except for the sham group, which underwent surgery without removing the ovaries. All rats were maintained 4 weeks postoperatively, then treated for 28 days. Parameters measured were tibia bone calcium levels, malondialdehyde (MDA) levels, Superoxide Dismutase (SOD) levels, and osteoclast cell counts. Based on research, 3 doses of Secang wood Kombucha (3 mL/200grBB/3 times a day) can increase tibia bone calcium levels, and has a tendency to decrease MDA levels and has a tendency to increase SOD. Secang wood Kombucha dose of 2 (3 mL/200grBB a day) can reduce the number of osteoclast cells.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wartono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaban, Erol Efraim
Abstrak :
Tesis ini untuk mempelajari pengaruh ekstrak batang secang (caesalpinia sappan l) sebagai inhibitor korosi ramah lingkungan terhadap baja karbon API 5L Gr B di lingkungan 3.5% NaCl. Metode pengujian dilakukan dengan Linier Polarisasi dan EIS (Electroscopy Impedance Spectroscopy). Ekstrak batang secang dapat menurunkan laju korosi sampai dengan efisiensi sebesar 53.18% berdasarkan hasil pengujian polarisasi dan efisiensi sebesar 84.64% sesuai hasil pengujian EIS. Efisiensi inhibitor paling efektif dihasilkan pada konsentrasi 2.0 ml/400 ml NaCl. Dari hasil pengujian kinerja inhibitor berkurang seiring dengan kenaikan temperatur larutan ekstrak secang. Inhibitor merupakan tipe campuran (mixed inhibitor) dengan kecenderungan lebih dominan ke arah katodik. Hasil evaluasi menunjukan fenomena mekanisme absorbsi molekul inhibitor secang terjadi secara fisika (physicasorption) berdasarkan model Langmuir Isother. ......This thesis is to investigate secang hearthwood extraction (caesalpinia sappan l) as a corrosion inhibitor on carbon steel metal (API 5L Gr B) in 3.5% NaCl environment. This research utilize polarization linier and EIS (Electrochemical Impedance Spectroscopy) for the measurement method. Secang extraction is adequate to reduce corrosion rate until efficiency of 53.18% based on polarization measurement and efficiency of 84.64% as EIS measurement result. The most effective concentration of inhibitor reducing the corrosion rate is reached at 2.0 ml/400 ml 3.5% NaCl. Investigation show inhibitor efficiency will decrease as temperature increasing. Polarization study indicate secang is mixed type inhibitor, with predominant cathodic effectiveness. As the evaluation, the phenomena of inhibitor molecule adsorption is physicsorption mechanism and obeys Langmuir Isotherm model.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dia Septiani
Abstrak :
Brazilin sebagai salah satu komponen aktif dalam kayu secang memiliki beragam kegunaan dan khasiat, yakni sebagai pewarna tekstil, pewarna alami makanan, dan media pengobatan herbal. Telah dikembangkan metode ekstraksi ramah lingkungan pada kayu secang sebagai alternatif penggunaan pelarut organic. Salah satunya adalah dengan penambahan enzim dalam proses ekstraksi yaitu dengan metode ekstraksi berbantu enzim (enzyme assisted-extraction/ EAE). Tujuan penelitian adalah meningkatkan kadar brazilin dan memperoleh kondisi optimum untuk ekstraksi brazilin dari kayu secang dengan enzim selulase kapang yang dibandingkan dengan metode refluks. Kandidat enzim selulase aktivitas tertinggi diproduksi dengan membandingkan hasil selulase kultivasi kapang Aspergillus niger UICC371, Trichoderma reesei IPBCC, dan campuran kedua isolat (1:1) dalam medium carboxymethyl cellulose cair. Serbuk kayu secang diekstraksi dengan enzim selulase hasil kultur cair dan selulase komersial masing-masing ditambahkan ke dalam pelarut akuabides pada variasi kondisi ekstraksi: konsentrasi enzim (2,0; 4,0; 6,0%); suhu ekstraksi (45, 50, 55℃); dan waktu esktraksi (1, 2, 3 jam). Desain variasi optimasi menggunakan respon permukaan (RSM)- BoxBehnken menghasilkan 15 kondisi perlakuan. Analisis brazilin menggunakan Kromatografi Cepat Kinerja Tinggi (KCKT) dengan fase gerak asetonitril : 0,3% asam asetat dalam air (14,5 : 85,5) selama 13 menit pada panjang gelombang 280 nm. Selulase kapang Aspergillus niger UICC371 aktivitas tertinggi (0,467 U/mL) dan selulase Aspergillus niger komersial dalam metode EAE menghasilkan kondisi optimum ekstraksi pada konsentrasi enzim 6,0% dan suhu 50℃. Penambahan selulase dalam ektraksi mampu meningkatkan kadar brazilin mencapai 5,014% dibandingkan metode refluks. Kondisi optimum berdasarkan anlisis RSM untuk konsentrasi enzim adalah 6,0%, suhu ekstraksi 50℃, dan waktu ekstraksi 1 jam.
Brazilin has been known as one of active phytoconstituent from sappanwood that mainly present as textile colouring agent, food colouring, and herbal medicine purposes. Further extraction method in brazilin has been developed due to obtain maximum level of brazilin in sappanwood (Caesalpinia sappan L.) without organic solvent. Enzyme-assisted extraction (EAE) methods are currently one of the few types of methods in order to achieving that outcome. The following study aims to enhance brazilin level in sappanwood by achieving an EAE optimum condition by addition fungi cellulase compare to reflux extraction method. The cellulase candidates with highest activity are produced by compare the monoculture of fungi cellulase of Aspergillus niger UICC371, Trichoderma reesei IPBCC, and mixedculture (1:1) in carboxymethyl cellulose broth media. Sappanwood are extracted with fungi cellulase from submerged-fermentations production and commercial enzymes in aquabidest through multiple variation conditions: enzyme concentrations (2,0; 4,0; 6,0%); temperature (45, 50, 55℃); and time (1, 2, 3 hrs). The optimization are provided by response surface method-BoxBehnken design which form 15 different conditions. The brazilin level analysis carried out through High Performance Liquid Chromatography (HPLC) with asetonitril : 0,3% acetic acid in water (14,5 : 85,5) as eluents, for 13 mins in 280 nm wavelengths. The following study showed that cellulase from self-culture Aspergillus niger UICC371 are produced the highest activity (0,467 U/mL) and has been used in sappanwood-EAE method compare to commercial Aspergillus niger cellulase. The optimum condition of sappanwood-EAE methods were in 6,0% enzyme concentration and 50℃ temperature extraction which provide an increase in brazilin content up to 5,014% compare to reflux method. Response surface method for this EAE method were suggested in optimum condition by using 6,0% concentration enzyme at 50℃ for 1 hr time extraction.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T55361
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivanna Listy Angela
Abstrak :
Substituen utama dari kayu sappan (Caesalpinia sappan L.), yaitu brazilin, memiliki berbagai aktivitas farmakologis, salah satunya adalah aktivitas hipoglikemik dengan menghambat aktivitas DPP IV. Pelarut ekstraksi ramah lingkungan, Natural Deep Eutectic Solvent (NADES), banyak digunakan untuk menggantikan pelarut organik. Dalam studi ini, NADES diuji sebagai pelarut untuk ekstraksi brazilin dari kayu sappan menggunakan Ultrasound-Assisted Extraction (UEA) dan Response Surface Metodologi (RSM) sebagai desain eksperimental. Komponen NADES terdiri dari betain sebagai akseptor ikatan hidrogen (HBA) dengan asam laktat, asam malat, dan asam sitrat sebagai donor ikatan hidrogen (HBD). Faktor-faktor yang diuji adalah% penambahan air dan waktu ekstraksi. Analisis hasil ekstraksi dilakukan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Ekstrak pada kondisi ekstraksi optimal diuji untuk menghambat aktivitas DPP IV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen asam betaine-laktat menghasilkan kandungan brazilin tertinggi dibandingkan komponen NADES lainnya yang digunakan. Kondisi ekstraksi brazilin yang optimal adalah penambahan air 60% dengan waktu ekstraksi 30 menit, dan perolehan kadar brazilin 111.632 mg / gram. Pelarut NADES memberikan penghambatan aktivitas DPP IV, sehingga menimbulkan bias dalam pengujian ekstrak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa komponen pelarut NADES dari asam betaine-lactic dapat menarik brazilin dari kayu sappan, tetapi tingkat yang diperoleh masih lebih rendah dari maserasi.
The main substituent of sappan wood (Caesalpinia sappan L.), namely brazilin, has a variety of pharmacological activities, one of which is hypoglycemic activity by inhibiting DPP IV activity. The environmentally friendly extraction solvent, Natural Deep Eutectic Solvent (NADES), is widely used to replace organic solvents. In this study, NADES was tested as a solvent for brazilin extraction from sappan wood using Ultrasound-Assisted Extraction (UAE) and Response Surface Methodology (RSM) as an experimental design. The NADES component consists of betaine as a hydrogen bond acceptor (HBA) with lactic acid, malic acid, and citric acid as a hydrogen bond donor (HBD). The factors tested were% water addition and extraction time. Analysis of the extraction results was carried out using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Extracts at optimal extraction conditions were tested to inhibit DPP IV activity. The results showed that the component of betaine-lactic acid produced the highest brazilin content compared to other NADES components used. Optimal brazilin extraction conditions are the addition of 60% water with extraction time of 30 minutes, and the acquisition of brazilin content of 111,632 mg / gram. The NADES solvent provides inhibitory activity of DPP IV, giving rise to a bias in extract testing. The conclusion from this study is that the NADES solvent component of betaine-lactic acid can attract brazilin from sappan wood, but the level obtained is still lower than maceration.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ofiati Wijaya
Abstrak :
Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) dapat digunakan sebagai pelarut alternatif untuk menggantikan pelarut organik yang beracun dan berbahaya bagi lingkungan. Dalam penelitian ini NADES digunakan untuk mengekstrak brazilin dari kayu sappan (Caesalpinia sappan L.) dan ekstrak tersebut digunakan untuk menentukan penghambatan aktivitas DPP IV. Komposisi NADES yang dipilih adalah kolin klorida sebagai akseptor ikatan hidrogen dan gliserol, sorbitol, juga xylitol sebagai donor ikatan hidrogen. Optimalisasi metode ekstraksi dilakukan menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Faktor yang dioptimalkan untuk kondisi ekstraksi termasuk persentase penambahan air dan waktu ekstraksi. Ekstraksi dengan NADES dilakukan oleh Ultrasound Assisted Extraction (UAE) dan kadar brazilin diukur menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). Choline chloride-gliserol adalah NADES terbaik untuk mengekstraksi brazilin dibandingkan dengan jenis NADES lainnya. Kondisi optimal untuk memperoleh brazilin dengan level tertinggi adalah 50% dari penambahan air dan 50 menit waktu ekstraksi dengan level brazilin 114,04 mg / g. Tingkat Brazilin dari ekstrak kayu sappan (NADES-UAE) tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan tingkat brazilin dari refluks (116,70 mg / g). Ekstrak kayu sappan yang diekstraksi menggunakan NADES-UAE dengan konsentrasi 50 ppm memiliki penghambatan lebih tinggi terhadap aktivitas DPP IV dengan nilai penghambatan 84,24%. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa NADES choline chloride-gliserol dapat mengekstraksi brazilin dari kayu sappan dan ekstrak kayu sappan yang diperoleh dengan menggunakan NADES sebagai pelarut dapat menghambat aktivitas DPP IV.
Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) dapat digunakan sebagai pelarut alternatif untuk menggantikan pelarut organik yang beracun dan berbahaya bagi lingkungan. Dalam penelitian ini NADES digunakan untuk mengekstrak brazilin dari kayu sappan (Caesalpinia sappan L.) dan ekstrak tersebut digunakan untuk menentukan penghambatan aktivitas DPP IV. Komposisi NADES yang dipilih adalah kolin klorida sebagai akseptor ikatan hidrogen dan gliserol, sorbitol, dan xylitol sebagai donor ikatan hidrogen. Optimalisasi metode ekstraksi dilakukan menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Faktor-faktor yang dioptimalkan untuk kondisi ekstraksi termasuk persentase penambahan air dan waktu ekstraksi. Ekstraksi dengan NADES dilakukan oleh Ultrasound Assisted Extraction (UAE) dan kadar brazilin diukur menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). Choline chloride-gliserol adalah NADES terbaik untuk mengekstraksi brazilin dibandingkan dengan jenis NADES lainnya. Kondisi optimal untuk memperoleh brazilin dengan tingkat tertinggi adalah 50% dari penambahan air dan 50 menit waktu ekstraksi dengan tingkat brazilin 114,04 mg / g. Tingkat Brazilin dari ekstrak kayu sappan (NADES-UEA) tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan tingkat brazilin dari refluks (116,70 mg / g). Ekstrak kayu safan yang diekstraksi menggunakan NADES-UEA dengan konsentrasi 50 ppm memiliki penghambatan aktivitas DPP IV yang lebih tinggi dengan nilai penghambatan 84,24%. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa NADES choline chloride-gliserol dapat mengekstraksi brazilin dari kayu sappan dan ekstrak kayu sappan yang diperoleh dengan menggunakan NADES sebagai pelarut dapat menghambat aktivitas DPP IV.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Nurhidayah
Abstrak :
Obesitas merupakan masalah kesehatan yang ditandai dengan nilai Indeks Massa Tubuh ≥ 30. Obesitas dapat memicu penyakit lain seperti Diaebetes Mellitus dan penyakit Kardiovaskular. Pada penelitian sebelumnya, ekstrak Caesalpinia sappan L. atau dikenal di Indonesia sebagai kayu Secang, terbukti dapat mengurangi akumulasi lemak secara in vitro. Sementara, kombucha dipercaya dapat meningkatkan sistem imun. Pada penelitian ini, dilakukan eksperimen secara in vivo pada kombucha C.sappan. Penelitian ini menggunakan tikus putih betina Sprague-Dawley yang dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu kontrol sham dan kontrol negatif (CMC-Na 0,5% 2 mL/200 grBB), kontrol positif (Tamoksifen 0,4 mg/200gr BB), ekstrak Secang (20 mg/200grBB), kombucha (1 mL/200grBB), serta 3 kelompok variasi dosis kombucha Secang dengan D1 (1 mL/200 gr BB), D2 (3 mL/200 grBB/), dan D3 (3 mL/200 grBB/3 kali sehari), dengan pemberian secara oral. Semua tikus dilakukan ovariektomi, kecuali kelompok sham dilakukan pembedahan tanpa pengambilan ovarium. Tikus dipelihara 4 minggu pasca operasi, lalu diberi perlakuan selama 28 hari. Parameter yang diukur adalah berat badan, food intake, akumulasi lemak viseral, dan ukuran sel adiposit. Berdasarkan penelitian, kombucha Secang dosis 3 (3 mL/200grBB/3 kali sehari) menurunkan berat badan, nafsu makan, mengurangi akumulasi lemak viseral dan ukuran sel adiposit. ......Obesity is a health problem characterized by a Body Mass Index value ≥ 30. Obesity can trigger other diseases such as diabetes mellitus and cardiovascular disease. In previous studies, Caesalpinia sappan L. extract was shown to reduce fat accumulation in vitro. Meanwhile, kombucha is believed to boost the immune system. In this study, in vivo experiments were conducted on kombucha from C. sappan extract. This study used female Sprague-Dawley white rats which were divided into 8 groups, namely sham and negative control (CMC-Na 0.5% 2 mL/200grBW), positive control (Tamoxifen 0.4 mg/200grBW), C.sappan extract (20 mg/200grBW), kombucha (1 mL/200grBW), as well as 3 groups of dose variations of C.sappan kombucha with D1 (1 mL/200 gr BB), D2 (3 mL/200grBW), and D3 (3 mL/200grBW/3 times a day), with oral administration. All rats were ovariectomized, except for the sham group. After 4 weeks ovariectomy, rats were treated for 28 days. Parameters measured were body weight, food intake, visceral fat accumulation, and adipocyte cell size. Based on the study, C. sappan kombucha dose 3 (3 mL/2grBW/3 times a day) decreased body weight, food intake, reduced visceral fat accumulation and adipocyte cell size.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Unzila Geta Nur Rafian
Abstrak :
Kombucha dan tanaman secang masing-masing terbukti dapat digunakan untuk mengatasi obesitas, diabetes, hiperglikemia, dan sebagai antioksidan. Kandungan polifenol pada kombucha dapat menurunkan penyerapan dan sintesis asam lemak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kombinasi efek kombucha secang secana in vivo pada hewan model obesitas yang diinduksi dengan pembedahan ovariektomi. Digunakan tikus galur Sprague-Dawley (n=48) yang secara acak dibagi ke dalam 8 kelompok, kelompok sham, kelompok negatif, kelompok positif (tamoksifen 0,45 mg/200 gram BB), kelompok ekstrak secang (20 mg/200 gram BB), kelompok kombucha (1 mL/200 gram BB), kelompok kombucha secang dosis 1 (1 mL/200 gram BB), kombucha secang dosis 2 (3 mL/200 gram BB), dan kombucha secang dosis 3 (3 mL/200 gram BB 3 kali sehari). Dilakukan pengukuran berat badan, indeks Lee, dan kadar glukosa darah selama penelitian. Efek kombucha secang (Caesalpinia sappan L.) sebagai antidiabetes diamati dengan memeriksa kadar glukosa darah. Hasil penelitian menunjukkan kombucha secang pada dosis 1 (1 mL/200 gram BB) dapat secara optimal menurunkan kadar glukosa darah.


Kombucha and sappan plants have each been shown to be used to treat obesity, diabetes, hyperglycemia, and as antioxidants. The content of polyphenols in kombucha can reduce the absorption and synthesis of fatty acids. This study was conducted to determine the combined effects of kombucha secang in vivo on animal models of obesity induced by surgical ovariectomy. Sprague-Dawley strain rats (n=48) were randomly divided into 8 groups, sham group, negative group, positive group (tamoxifen 0.45 mg/200 g BW), secang extract group (20 mg/200 g BW), kombucha group (1 mL/200 g BW), secang kombucha dose 1 (1 mL/200 g BW), secang kombucha dose 2 (3 mL/200 g BW), and secang kombucha dose 3 (3 mL/200 g BW 3 times a day). Body weight, Lee index, and blood glucose levels were measured during the study. The effect of kombucha secang (Caesalpinia sappan L.) as antidiabetic was observed by checking blood glucose levels. The results showed that kombucha secang at dose 1 (1 mL/200 gram BW) can optimally reduce blood glucose levels.

Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library