Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ana Lucia Ekowati
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Antibodi antisperma (antisperm antibody, ASA) telah diketahui dapat menyebabkan infertilitas pada manusia. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan pada kelompok penelitian kami, telah diidentifikasi dua antigen sperma (BM 66 dan 88 kDa) yang bereaksi dengan ASA dalam serum pasien pria infertil EIS 07 dan diisolasi klon cDNA penyandi antigen tersebut [cDNA Autoimmune Infertility Related Protein (cDNA AIRP)]. cDNA AIRP ini merupakan cDNA yang "novel" dengan panjang 2,3 kb dan menyandi suatu protein dengan panjang 567 asam amino. Separuh ujung amino protein AIRP (AIRP N') ini bersifat hidrofilik, sehingga juga antigenik dan separuh ujung karboksi bersifat hidrofobik. Karakterisasi lebih lanjut dilakukan untuk menjelaskan fungsi protein tersebut pada proses fertilisasi dan hubungannya dengan infertilitas imunologis. Tujuan penelitian ini adalah: (1) membuktikan bahwa protein AIRP merupakan antigen sperma native yang dikenali oleh serum EIS 07 (2) memperoleh gambaran awal fungsi protein AIRP dengan menentukan lokasi protein tersebut pada sperma manusia. Pada penelitian ini pertama-tama cDNA AIRP N' disubklon ke dalam vektor plasmid pGEX dan diekspresikan pada bakteri E.coli dalam bentuk protein fusi. Protein rekombinan dimurnikan dengan menggunakan kolom kromatografi glutation dan hasilnya dianalisa dengan SDS-PAGE. Antigenisitas protein rekombinan tersebut diuji dengan mereaksikannya dengan serum pasien infertil pada Western immunoblotting. Protein rekombinan tersebut kemudian disuntikkan ke mencit untuk membuat antibodi poliklonal yang selanjumya dipakai sebagai pelacak pada analisa imunohistokimia untuk menentukan lokasi protein AIRP tersebut pada sperma manusia. Hasil dan Kesimpulan : cDNA AIRP N' sepanjang 469 pb berhasil disubklon ke dalam plasmid pGEX-4T-3 dan diekspresikan dalam bentuk protein fusi dengan GST. Protein fusi GST-AIRP N' berhasil dipurifikasi namun peptida AIRP N' tidak dapat dipisahkan dari protein GST karena tidak stabil. Serum pasien infertil (EIS 07) yang telah digunakan sebagai pelacak untuk skrining cDNA AIRP bereaksi sangat kuat dengan protein GST-AIRP N' namun tidak bereaksi sama sekali dengan protein GST. Hasil tersebut menunjukkan bahwa serum EIS 07 hanya mengenali epitop AIRP N' pada protein GST-AIRP N'. Reaksi AIRP N' dengan EIS 07 bersifat sangat spesifik karena AIRP N' tidak dikenali oleh serum dari pasien infertil yang lain maupun serum kontrol yang berasal dari individu normal. Hasil tersebut sesuai dengan beberapa laporan terdahulu bahwa infertilitas imunologis dapat melibatkan beberapa macam antigen dan antigen ini dapat berbeda pada setiap kasus. Dengan menggunakan teknik kompetisi pada Western blotting, dibuktikan bahwa reaksi serum EIS 07 dengan antigen sperma native dapat dihambat oleh protein GST-AIRP N', tetapi tidak oleh protein GST, secara dose dependent. Antibodi poliklonal terhadap peptida AIRP N' maupun serum EIS 07 bereaksi dengan antigen sperma manusia pada bagian post acrosonial. Hasil imunohistokimia ini tidak hanya menunjukkan lokasi dari protein AIRP tetapi juga memprediksi fungsi protein ini yang mungkin berhubungan langsung dengan reaksi akrosom atau penetrasi dan fusi sperma ke dalam ovum.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T1692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Plants cells response to environmental simuli by increasing intracellular calcium ion (Ca2,concebtration.....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Yuniati
Abstrak :
ABSTRACT
Actin is a major component of the plant cytoskeleton, so all cells contain this protein. Actin is expressed constitutively and is involved in basic housekeeping functions required for cell maintenance. Because of this, it has been frequently used as an internal control to normalize changes in gene expressions analysis. Actually, the information of nucleotide sequence of actin gene of Jatropha curcas L. population IP-2P from Indonesia is not available yet. The objective of this research was to isolate, clone and characterize cDNA of actin genes of J. curcas IP-2P. Three partial actin gene sequences had been successfully isolated by PCR using total cDNA as template, and actin primer designed from conserved region of Arabidopsis thaliana. Nucleotide sequence analysis showed that the length of JcACT fragment is 610, 534, and 701 bp encoding 203, 177, and 234 amino acids respectively. Local alignment analysis based on mRNA sequences shows that JcACT fragment shares 98% similarity with actin mRNA of Hevea brasiliensis and 99% with actin mRNA of Ricinus communis. Based on deduced amino acid sequence, JcACT is 100% identical to acting from Prunus salicina, Gossypium hirsutum, and Betula luminifera. Even though these clones of cDNA are not completed yet, they can be used as reference in J. curcas L. gene expression analysis.
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Institut Pertanian Bogor. Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati & Bioteknologi;Institut Pertanian Bogor. Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati & Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati & Bioteknologi], 2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mimien Harianti
Abstrak :
Photoperiod affects fish reproduction as it regulates activities of the endocrine glands, which produce the hormones needed for geonadal growth and development, gametogenesis, and reproductive cycles. This study aimed to determine the effects of photoperiod on the hard-lipped barb’s reproductive performance by exposing the fish to three photoperiod treatments (light hour: L, darks hour: D), namely 14L:10D (control), 8L:16D (short photoperiod) and 18L:6D (long photoperiod), with four aquaria, each containing 9 fish, serving as replicates. The fish were kept under these photoperiods for 8 weeks. Liver activity, the observable variable in the study, was evaluated by measuring vitellogenin gene expression. Normalized data were then subjected to ANOVA, followed by Tukey’s range test. The hard-lipped barb’s vitellogenin cDNA was found have a 1136 bp sequence and the vitellogenin precursors encoded cDNA comprising 378 amino acids. The vitellogenin gene in each experimental group saw a significant increase on average when exposed to longer photoperiods (P<0.05), and the highest levels of vitellogenin gene expression occurred under long photoperiods (LP, 18 h light:6 h dark). These results indicate that longer photoperiods stimulate and improve the hard-lipped barb’s reproductive performance.
Bogor: Seameo Biotrop, 2018
634.6 BIO 25:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maksum Radji
Abstrak :
ABSTRAK
Ruang lingkup dan cara penelitian : Salah satu masalah utama dalam penanggulangan penyakit demam berdarah dengue adalah belum adanya cara diagnosis pemasti yang dapat diandalkan, terutama untuk pengelolaan penderita, walaupun berbagai cara diagnosis telah dikembangkan. Salah satu cara diagnosis pemasti yang saat ini sedang dikembangkan adalah penggunaan pelacak asam nukleat untuk mendeteksi RNA atau fragmen RNA virus dengue. Dalam penelitian ini akan dicoba teknik hibridisasi in situ menggunakan pelacak DNA yang komplementer terhadap fragmen RNA dari gen E, yaitu gen yang menyandi sintesis glikoprotein selubung virus dengue. Rekonstruksi pelacak cDNA dilakukan dengan mengklon plasmid pKS-DEN2 yaitu plasmid rekombinan yang mengandung cDNA yang spesifik terhadap virus dengue tipe 2, dan pKS-DEN3 yang mengandung cDNA yang spesifik terhadap virus dengue tipe 3, ke dalam E. coil DH5. Isolasi plasmid rekombinan dilakukan dengan cara "alkaline lysis method", setelah diamplifikasi dengan teknik "preparasi skala besar" dalam medium Luria Bertani cair yang mengandung ampisilin 50 ug/ml. Pelacak cDNA yang merupakan hasil pemotongan pKS-DEN2 dan pKS-DEN3 dengan enzim Hinc II dan BamHI, masing-masing sekitar 290 pasang basa, setelah dilabel dengan digoksigenin-11-dUTP, dipakai untuk mendeteksi virus dengue tipe 2 dan tipe 3, yang dibiakkan dalam sel Aedes albopictus klon C6/36.

Hasil dan kesimpulan : Hasil percobaan menunjukkan bahwa pelacak cDNA yang berasal dari pKS-DEN2 dapat mendeteksi virus dengue tipe 2, sedangkan pelacak cDNA yang berasal dari plasmid pKS-DEN3 dapat mendeteksi virus dengue tipe 3, dalam sel C6/36 yang terinfeksi. Tidak terdapat reaksi silang diantara kedua pelacak tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelacak cDNA yang merupakan fragmen restriksi Hinc II dan BamHI, yang masing-masing berasal dari pKS-DEN2 dan pKS-DEN3 secara spesifik dapat mendeteksi virus dengue yang sesuai dalam sel C6/36 yang terinfeksi, melalui hibridisasi DNA-RNA in situ.
1994.
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library