Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sharma, Radha R.
Abstrak :
This book provides analysis of the construct of burnout, including its magnitude, a global research review, a typology of models and comparisons between professions. It also provides the views of mental health professionals, causes, symptoms and coping techniques, while comparing Eastern and Western approaches to mitigate the effects of burnout.
United Kingdom: Emerald, 2017
e20469499
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3085
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ai Setiawati Gaos
Abstrak :
Kelelahan kerja perawat pelaksana merupakan kondisi kemunduran dalam penampilan kerja. Penampilan kerja perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan, hasilnya dapat dilihat melalui dokumentasi keperawatan yang dibuat oleh perawat tersebut. Dokumentasi keperawatan diprediksi dapat dipengaruhi oleh kelelahan kerja perawat. Dari observasi awal terhadap dokumentasi asuhan keperawatan ditemukan beberapa dokumen tidak diisi dan yang diisi tidak lengkap, selain itu juga ditemukan beberapa perawat pelaksana sering tidak masuk kerja. Kelelaham kerja perawat pelaksana terdiri dari empat tingkatan yaitu kelelahan kerja tingkat I yang ditandai dengan harapan dan idealisme, tingkat II pesimis dan ketidakpuasan, tahap lII menarik diri dan tahap IV kerusakan yang permanen. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prayetni ( 2001 ) terhadap perawat pelaksana ditemukan 5,33 % mengalami kelelahan kerja tahap I, 82,87 % tahap II dan III serta 11,80 % berada dalam kelelahan kerja tahap IV. Penelitian ini bersifat cross sectional dengan rancangan diskriptif asosiasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kelelahan kerja dengan dokuraentasi asuhan keperawatan. Observasi dokumentasi (dependen ) menggunakan instrumen yang disusun oleh departemen kesehatan dan variabel kelelahan kerja ( independen ) dibuat sendiri oleh peneliti dengan mendiskripsikan teori dan konsep yang ada. Penelitian dilakukan di tiga ruang rawat inap RS Persahabatan (Soka Atas, Soka Bawah, dan Anggrek Bawah ) dengan jumlah sampel 39 perawat pelaksana. Hasil penelitian ditemukan dokumentasi asuhan keperawatan rata - rata 13,872 atau mencapai 57,8 % dari nilai maksimal. Kelelahan kerja perawat pelaksana nilai rata - rata paling tinggi dari 4 tahap kelelahan kerja adalah tahap II yaitu 58,47 %. Pada analisis statistik dengan uji regresi tinier di dapat kelelahan kerja tingkat I yang ditandai dengan harapan dan idealisme berlnubungan positif yaitu semakin tinggi skor kelelahan kerja tahap I maka semakin tinggi skor dokumentasi asuhan keperawatan. Kelelahan kerja tingkat II , III, IV berhubungan negatif secara signifikan dengan dokumentasi asuhan keperawatan artinya semakin tinggi skor kelelahan kerja maka semakin rendah skor dokumentasi asuhan keperawatan yang dibuat perawat. Selanjutnya hasil analisa multivariat dengan regresi linier ganda didapatkan variabel kelelahan kerja tahap IT paling besar kontribusinya terhadap dokumentasi asuhan keperawatan. Sedangkan karakteristik perawat pelaksana ( usia, pendidikan, jenis kelamin, pelatihan dan lama kerja) merupakan variabel yang tidak menggangu hubungan kelelahan kerja dengan dokumentasi keperawatan. Disarankan bagi manajemen RS Persahabatan untuk mempergunakan hasil penelitian tersebut guna memperbaiki kualitas pelayanan keperawatan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah mengadakan pelatihan kepemimpinan kepala ruangan, penyusunan struktur jenjang karier, rincian tugas, pemberian penghargaan, dan pelatihan tentang dokumentasi asuhan keperawatan bagi perawat pelaksana. Daflar Pustaka: 40 (1984 - 2001)
The Relation between Nurse Burn-Out with the Documentation of Nursing Care at Lung Disease Ward at Persahabatan General Hospital Jakarta Year 2002Nurse burn - out is a condition of falling off in working performance. Nurse working performance in delivering nursing care and the result can be seen through the nursing record that reported by her self. Nursing documentation is predicted could be influenced by nurse buns - out. From prior observation of the nursing care documentations have been found several documents leaving unfilled-out or filled-out uncompleted. Beside that it is also found that several nurses absence without leave. Nurse bum -out divided into four degrees such as: First degree burn - out which marked by hope and idealism; second degree pessimism and dissatisfaction; third degree to withdraw; and four degree permanent damage. The result from researched by Prayetni (2001) found that 5, 35% of the nurse suffer from burn out 1' degree, and 82, 87% 2'd and 3ni degree, and 11,84% 4'h degree, The research design of this thesis is cross sectional with descriptive association design with the purpose to recognize the relations of burnout with the documentation of nursing care. Observation of documents (dependent) employed instrument set-up by The Department of Health and burnout variables (independent) arranged by the researcher by description of available theories and concepts. This Research is conducted at three in patent Persahabatan General Hospital (Soka Atas, Soka Bawah dan Anggrek Bawah) with 39 nurses as sample. From research have been found nursing documentation that average of 13,872 or almost 57, 8 % from maximum value. The highest score of nursing bum-out from 4 stages burn-out 2°d degree is 58, 47%. The result of statistical analytic with tinier regression test found that first degree bum-out which marked by hope and idealism has positive relation that is the higher first degree bum-out score the higher nursing care documentation score. Second, third, and four degree bum-out significantly have negative relation with nursing care documentation that mean the higher the bum-out score, the lower nursing documentation score that recorded by the nurses. Than the result of multivariate analysis with double tinier regression resulted in four variables that are first, second, thread and fourth degree of burnout. Whereas nurse characteristics (age, education, gender, training and experiences) represent un-compounding variable the relation between burnout and cursing documentation. It is recommend to Persahabatan General Hospital management to utilize the result of the research to improve the quality of nursing services. The activities that could be under take are training, to arrange carrier development, job description and reward system. Library 40 (1984 - 2001)
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T10673
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Savitri
Abstrak :
Maslach memandang burnout sebagai sindrom psikologis yang meliputi tiga dimensi yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, dan low personal accomplishment (Maslach, 1982; 1993). Dimensi kelelahan emosional mencerminkan terkurasnya sumber-sumber diri sehingga individu tidak mampu memberikan pelayanan dengan baik. Kemudian dimensi depersonalisasi ditandai oleh kecenderungan individu bersikap negatif dan sinis terhadap penerima pelayanan. Sedangkan dimensi low personal accomplishment mengacu pada penilaian negatif terhadap kinerja diri. Fenomena burnout umumnya dialami oleh profesional yang bekerja di bidang pelayanan sosial. Maslach (1993) serta Pines dan Aronson (1993) berpendapat bahwa para profesional di sektor pelayanan sosial selalu dituntut untuk memberikan pelayanan dengan baik. Hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan yang bersifat asimetris menyebabkan pemberi pelayanan dituntut secara kontinyu memperhatikan kesejahteraan penerima pelayanan. Padahal selama proses pemberian pelayanan mereka menghadapi situasi yang kompleks sehingga rentan terhadap emosi negatif. Situasi yang kompleks tersebut misalnya penerima pelayanan yang tidak kooperatif, beban kerja, konflik dengan rekan kerja, sampai masalah birokrasi. Dengan berjalannya waktu energi pemberi pelayanan akan terkuras sehingga berkembanglah fenomena burnout. Dalam memahami proses burnout memang tidak terlepas dari teori stres umum (Chemiss, 1980). Ia menjelaskan Iebih lanjut, burnout diawali oleh adanya persepsi individu terhadap tuntutan pekerjaan yang berlebihan (stres). Kemudian individu berupaya mengatasi ketidaknyamanan akibat stres (coping). Ketika upaya mengatasi pemwasalahan selalu menemui kegagalan, individu menjadi tidak berdaya. Ketidakberdayaan tersebut menyebabkan individu menggunakan mekanisme pertahanan intrapsikis seperti menjaga jarak dari klien serta memperlakukan mereka secara sinis. Simtom-simtom tersebut mencerminkan individu mengalami burnout. Peneliti tertarik untuk melihat burnout pada guru SLB tuna ganda, yaitu individu yang mengajar siswa yang memiliki Iebih dari satu kelainan. Dawson dkk., (dalam Stieler, 1994) mengatakan bahwa guru SLB tuna ganda rentan terhadap timbulnya frustrasi karena menghadapi karakteristik siswa yang tidak responsif, labil secara emosi, dan daya tangkap siswa sangat terbatas. Kondisi ini menuntut perhatian dan pelayanan guru terus menerus secara individual. Selain itu tugas-tugas guru SLB tuna ganda pun beragam, selain melayani siswa secara individual, mereka juga memodifikasi perilaku siswa, menjalin kerjasama dengan orangtua dan profesional lain, serta menyelesaikan tugas-tugas tambahan lain. Dengan beragamnya tuntutan yang dihadapi guru SLB tuna ganda maka dengan berjalannya waktu, rnereka rentan terhadap burnout. Dengan demikian permasalahan yang ingin diteliti adalah bagaimanakah gambaran burnout yang dialami guru SLB tuna ganda pada dimensi kelelahan emosional, depersonalisasi, dan low personal accomplishment? Faktor-faktor apa sajakah yang merupakan sumber burnout?, serta bagaimanakah proses berkembangnya burnout yang dialami oleh guru SLB tuna ganda? Melalui wawancara mendalam diperoleh hasil sebagai berikut gambaran dimensi kelelahan emosionai ditandai dengan perasaan frustrasi, lelah secara psikologis, jenuh, dan tidak berdaya yang bersifat kronis. Kemudian gambaran dimensi depersonalisasi yang tercermin dari informan adalah kehilangan idealisme terhadap siswa, sikap apatis untuk menerapkan metode Iain, malas mengajar, serta perilaku mudah membentak siswa. Adapun dimensi low personal accomplishment yang dialami informan meliputi perasaan gagal sebagai guru, meragukan kompetensi diri, merasa tidak berharga, tidak ada keinginan untuk mengembangkan potensi diri di pekerjaan, tidak memiliki target (kecuali demi meraih kepangkatan), serta perasaan putus asa terhadap pekerjaannya. Adapun sumber-sumber burnout yang diperoleh dari penelitian ini meliputi empat matra yaitu keterlibatan dengan siswa, lingkungan kerja, individu, dan keluarga. Matra keterlibatan dengan siswa tuna ganda yaitu perasaan jenuh. kesal, dan Ielah menghadapi perubahan pada siswa yang sangat Iambat karena karakteristik siswa tuna ganda yang keterbelakangan mental, daya tangkap terbatas, labil secara emosi, serta tidak mampu menolong diri. Kondisi tersebut selalu menuntut kesabaran dan kompetensi guru untuk mengulang-ulang pelajaran dalam jangka waktu yang Iama. Sedangkan matra lingkungan kerja sebagai sumber burnout meliputi beban kerja secara kuantitas dan kualitas, konflik dengan rekan, kontrol yang rendah terhadap pekerjaan, konflik peran, ambiguitas peran, jalur komunikasi dari atas tidak jelas, sikap orangtua tidak kooperatif, serta dukungan sosial yang tidak dirasakan dari rekan dan atasan. Adapun matra individu yang merupakan sumber burnout adalah harapan yang tidak realistis terhadap siswa, konsep diri yang tergolong rendah, sikap tertutup, penekanan keberhasilan pada hasil akhir, locus of control cenderung eksternal, kurang gigih dalam berusaha, dan penghayatan terhadap makna kerja untuk mencapai kemapanan secara materi. Sedangkan matra keluarga yaitu konflik peran pada wanita bekerja. Penelitian ini juga memperoleh hasil bahwa burnout yang dialami informan berkembang karena strategi coping yang tidak adekuat dalam menghadapi permasalahan siswa dan permasalahan lain di tempat kerja. Informan menggunakan strategi coping yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan emosional (emotion-regulating function), seperti penghindaran terhadap masalah, penyangkalan terhadap masalah, maupun upaya melupakan permasalahan. Penggunaan strategi coping tersebut disebabkan oieh kegagalan berulang kali dalam mengembangkan siswa. Ada sejumlah faktor internal dan eksternal yang turut mempengaruhi kegagalan dalam mengembangkan siswa. Faktor eksternal meliputi karakteristik psikologis siswa tuna ganda dan sikap orangtua yang tidak kooperatif. Sedangkan faktor internal yang turut andil menyebabkan kegagaian dalam mengembangkan siswa meliputi: harapan yang tidak realistis terhadap siswa, locus of control cenderung eksternal, ragu terhadap kompetensi diri dan kurang gigih dalam berusaha. Penggunaan strategi coping yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan emosional memang adaptif untuk jangka pendek. Namun jika berlangsung lama, ternyata tidak efektif. Permasalahan yang dihadapi informan tetap muncul karena karakteristik siswa tuna ganda yang dihadapi informan merupakan stressor yang kronis. Dengan bertambahnya waktu energi informan terfokus untuk mengatasi pemasalahan yang tidak kunjung dapat diatasi sehingga semakin lama menguras sumber-sumber diri informan. Pada akhirnya informan mengalami humour, yaitu kelelahan emosional. Kemudian keIelahan emosional tersebut menyebabkan perkembangan depersonalisasi dan low personal accomplishment. Penelitian ini juga mendapatkan informan yang tidak mengalami burnout. Proses yang dialami informan yang tidak mengalami burnout yaitu mereka menggunakan strategi coping yang mengarah pada pemecahan masaIah. Hal ini tampak dari membuat program yang disesuaikan dengan kemampuan siswa, berkonsultasi dengan rekan, pakar, dan atasan mengenai masalah pekerjaan, selalu mencoba metode secara konsisten, membuat suasana belajar yang berbeda, serta mengisi hidup secara variatif. Penggunaan strategi coping tersebut dilakukan setelah informan dapat 'menerima keterbatasan siswa tuna ganda apa adanya'. Selanjutnya penggunaan strategi coping yang mengarah pada pemecahan masalah menyebabkan informan meraih keberhasilan dalam mengembangkan siswa setahap demi setahap. Keberhasilan yang diraih secara bertahap tersebut mengembangkan sense of personal accomplishment. Penelitian ini bersifat deskriptif sehingga perlu dikembangkan untuk penelitian selanjutnya dengan menggunakan desain korelasional maupun penelitian longitudinal untuk memahami keterkaitan antara sumber burnout, burnout, dan dampak dari burnout di Indonesia. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan pendekatan lain seperti pendekatan organisasional terhadap burnout. Sedangkan saran metodologis untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan triangulasi metodologis. Adapun saran praktis untuk informan yang mengalami burnout yaitu konseling karir untuk menetapkan harapan yang realistis serta menyadari kekuatan dan keterbatasan diri. Selain itu pemberian pelatihan seperti pelatihan keterampilan sosial dan pelatihan strategi coping yang adaptif, akan membantu informan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan mengatasi masalah. Pihak sekolah sebaiknya membentuk support group untuk mengembangkan dukungan sosial antara sesama guru maupun guru dengan orangtua siswa.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S2656
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Riana
Abstrak :
Hidup bersama orang lain dalam suatu pernikahan, penuh dengan tuntutan dan masalah yang harus dihadapi. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah konflik suami istri dan kehadiran anak yang dapat menambah konflik tersebut. Jika masalah-masalah tersebut tidak dapat diatasi dengan baik, maka dapat menimbulkan kekecewaan. Kekecewaan yang terus menerus disertai stres kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan terjadinya burnout. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat gambaran burnout pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan memiliki anak usia sekolah. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan metode wawancara Pengambilan data dilakukan pada tiga orang ibu rumah tangga yang telah mengalami burnout. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masalah-masalah yang dihadapi ibu rumah tangga sehingga dapat menimbulkan burnout adalah overload, conflicting, demands, Kebosanan, perselingkuhan suami tidak terpenuhinya kebutuhan afeksi dan komunikasi sering perubahan sikap suami. Upaya subyek untuk menghadapi masalah mereka adalah dengan menggunakan strategi emolionfocusea' coping, yaitu subjek cenderung menerima keadaan mereka saat ini. Hal ini menyebabkan mereka berada pada kondisi humour. Mereka mengalami kelelahan fisik berupa badan terasa Lelah, keluhan sakit badan seperti sulit bernafas. sakit kepala mudah terkena sakit dan badan panas. Kelelahan mental, berupa perasaan tidak berharga, tidak berguna, merasa lebih tua dari umur yang sebenarnya dan merasa terjebak. Sedangkan kelelahan emosional berupa merasa kesal, marah, berubahnya perasaan terhadap suami dan merasa tidak pernah merasakan bahagia. Untuk penelitian selanjutnya peneliti menyarankan untuk menambah subjek penelitian dan juga mewawancarai suami.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library