Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Erica Arindasari
"Bahasa Jawa di Wonosobo dipengaruhi oleh bahasa Jawa dialek Banyumas di bagian barat dan bahasa Jawa dialek Jogja Solo di sebelah timur (Assifa, 2017). Pengaruhnya dapat dilihat melalui variasi bunyi vokal. Bahasa Jawa yang digunakan di wilayah timur Wonosobo mendapatkan pengaruh dari dialek Jogja-Solo. Akan tetapi ditemukan data bunyi vokal bahasa Jawa yang berbeda di Desa Gondang dan Desa Dalangan, yaitu fonem /a/ yang direalisasikan dengan [o] dan [a]. Padahal jika dilihat berdasarkan wilayahnya, kedua desa tersebut berada di wilayah timur Wonosobo yang mendapat pengaruh dialek Jogja Solo. Penelitian mengenai variasi bunyi vokal dan bunyi konsonan bahasa Jawa berdasarkan dialeknya sudah dilakukan oleh Tatu (2022), Ika (2018), dan Dimas (2022). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan bunyi vokal Bahasa Jawa di Desa Gondang dan Dalangan, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data berasal dari dua orang penutur jati bahasa Jawa di Desa Gondang dan Dalangan. Data pada penelitian ini adalah tuturan yang diujarkan oleh penutur jati berupa 200 kosakata Swadesh. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan teknik simak, catat, dan rekam. Analisis dilakukan terhadap bunyi yang hadir pada suku ultima dan penultima baik terbuka maupun tertutup. Penelitian ini menghasilkan temuan yaitu variasi bunyi vokal pada bahasa Jawa yang digunakan di Desa Gondang dan Desa Dalangan tidak sama dengan variasi bunyi vokal bahasa Jawa yang digunakan di wilayah timur Wonosobo. Meskipun Desa Gondang dan Desa Dalangan letaknya dekat dengan wilayah Jogja Solo, dialek yang digunakan kedua desa tersebut tidak sama dengan dialek Jogja Solo. Hal ini menunjukkan bahwa dialek di Wonosobo tidak hanya terdiri atas dialek Jogja Solo dan dialek Banyumas.
The Javanese language in Wonosobo is influenced by the Javanese dialect of Banyumas in the west and the Javanese dialect of Jogja Solo in the east (Assifa, 2017). Its influence can be seen through variations in vowel sounds. The Javanese language used in the eastern region of Wonosobo is influenced by the Jogja-Solo dialect. However, data on Javanese vowel sounds were found to be different in Gondang Village and Dalangan Village, namely the phoneme /a/ which is realized by [o] and [a]. In fact, if seen by region, the two villages are in the eastern region of Wonosobo which is influenced by the Jogja Solo dialect. Research on variations in Javanese vowel and consonant sounds based on the dialect has been carried out by Tatu (2022), Ika (2018), and Dimas (2022). This study aims to explain the differences in Javanese vowel sounds in Gondang and Dalangan Villages, Kertek District, Wonosobo Regency. This study used descriptive qualitative method. The data source comes from two native Javanese speakers in the villages of Gondang and Dalangan. The data in this study are utterances uttered by native speakers in the form of 200 Swadesh vocabularies. Data collection was carried out through interviews with listening, note-taking and recording techniques. The analysis was carried out on sounds that are present in both open and closed ultima and penultimate terms. This research resulted in findings that the variations of vowel sounds in the Javanese language used in Gondang Village and Dalangan Village are not the same as the variations of Javanese vowel sounds used in the eastern region of Wonosobo. Even though Gondang Village and Dalangan Village are located close to the Jogja Solo area, the dialect used by the two villages is not the same as the Jogja Solo dialect. This shows that the dialect in Wonosobo does not only consist of the Jogja Solo dialect and the Banyumas dialect."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ardhea Puti Hariana
"Penelitian ini membahas analisis kesalahan pelafalan bunyi vokal bahasa Jerman yang dilakukan oleh anak-anak pada rumah singgah Cahaya Anak Negri pada saat pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data yang diambil untuk penelitian ini menggunakan metode simak dengan bantuan teknik rekam menggunakan telepon genggam. Hasil dari rekaman tersebut ditranskrip menjadi tulisan fonetis dan kemudian dianalisis menggunakan teori fonetik serta teori kesalahan dari Rues dkk, Dieling dan Hirschfeld, serta Edge. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa responden yang melakukan kesalahan pelafalan bunyi vokal bahasa Jerman. Bunyi vokal yang dominan terjadi kesalahan pelafalan adalah bunyi pendek [ʏ], bunyi pendek [œ], dan bunyi [øː]. Kesalahan yang ditemukan berupa penghilangan bunyi, pergantian bunyi, dan penambahan bunyi vokal maupun konsonan lainnya. Berdasarkan hasil analisis tersebut, kesalahan yang dibuat oleh responden tergolong ke dalam Irrtümer atau errors, karena responden sudah mempelajarinya selama pembelajaran, tetapi tetap melakukan kesalahan. Ada pula faktor lain yang mendukung terjadinya kesalahan, yaitu perbedaan pada bunyi vokal bahasa Indonesia dan bahasa Jerman, salah satunya terletak pada kuantitas panjang dan pendek bunyi vokal serta grafemnya.
This research discusses the analysis of German vowel pronunciation errors made by children from a shelter house called Cahaya Anak Negeri during learning sessions. This is qualitative research that uses a descriptive approach. The data taken for this research used the listening method and recording techniques with the help of a cell phone. The results of the recording were transcribed into phonetic writing style by the International Phonetic Alphabet (IPA) and analyzed using phonetics and errors theory by Rues et al., Dieling Hirschfeld, as well as Edge. The results showed there are several respondents who make mistakes in the pronunciation of German vowels. The dominant vowel that mistakenly pronounces is a short sound of [ʏ], [œ], dan a long sound of [øː]. The errors were found in the form of omission of the vowel sounds, changes of the vowel sounds, and the addition of the vowel and consonant sounds. Based on the analysis results, the respondents made errors were an error called Irrtümer or error, where the respondents have learned the subject during classes, but still make mistakes. Some factors influence the occurrence of errors, namely the differences in Indonesian and German vowel sounds, one of which lies in the quantity of long and short vowel sounds and their graphemes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Ahmad Dani Irawan
"Variasi fonetis terjadi pada suatu bahasa dalam wilayah tertentu dan dapat menjadi pembeda dialek yang mempengaruhi bahasa tersebut. Salah satunya, variasi fonetis dapat ditemukan pada Bahasa Jawa yang digunakan di Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan variasi fonetis Bahasa Jawa yang digunakan di wilayah tersebut. Penelitian ini berlandaskan pada teori Petyt yang menyatakan variasi fonetis dapat dikatakan sebagai variasi bunyi dengan melihat kemunculan bunyi dari fonem vokal berdasarkan pendistribusian dalam suku kata. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif oleh Mulyana dengan cara mendeskripsikan data dan fakta dari suatu fenomena. Sumber data yang digunakan adalah tuturan masyarakat di dua titik pengamatan, yaitu Desa Sugihwaras dan Genukwatu. Jumlah informan pada penelitian ini sebanyak 2 orang dari setiap desa berdasarkan kriteria oleh Ayatrohaedi. Cara mendapatkan data dilakukan dengan teknik bertanya secara langsung. Data yang didapatkan berupa kata yang mewakili 246 glos. Dalam proses analisis data, penelitian ini menggunakan aplikasi Praat untuk membantu mengetahui perbedaan kualitas bunyi. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan variasi fonetis pada fonem /e/, /u/, dan /i/. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan yang diketahui sebagai variasi fonetis dapat digunakan sebagai pembeda atau ciri dari Bahasa Jawa yang digunakan di Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang.
Phonetic variation occurs within a language in specific regions and can serve as a distinguishing factor among dialects that influence the language. One example of such variation is observed in the Javanese language spoken in the Ngoro Subdistrict of Jombang Regency. This study aims to describe the phonetic variation in the Javanese language used in this area. The research is grounded in Petyt's theory, which posits that phonetic variation can be considered a variation in sound by examining the occurrence of sounds from vowel phonemes based on their distribution within syllables. The research employs a qualitative methodology as described by Mulyana, which involves the detailed description of data and facts pertaining to a phenomenon. The data sources consist of the speech of residents in two observation points, namely Sugihwaras Village and Genukwatu Village. The study includes 2 informants from each village, selected based on Ayatrohaedi's criteria. Data collection was conducted using direct questioning techniques. The data obtained comprises words representing 246 glosses. For the data analysis process, this study utilizes the Praat application to assist in identifying differences in sound quality. The findings of this study indicate phonetic variations in the phonemes /e/, /u/, and /i/. Based on these results, it can be concluded that the identified differences as phonetic variations can be used as distinguishing features or characteristics of the Javanese language spoken in the Ngoro Subdistrict of Jombang Regency."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Citra Larasati Rendra
"Keikutsertaan dalam les bahasa sebagai pelajaran tambahan dapat menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran bahasa asing. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan pemelajar pemula dalam melafalkan bunyi bahasa asing yang dipelajari. Penelitian ini mengkaji pengaruh keikutsertaan pemelajar pemula dalam les bahasa sebagai pelajaran tambahan dalam pembelajaran bahasa Prancis sebagai bahasa asing terhadap pencapaian pelafalan bunyi vokal bahasa Prancis dengan menggunakan teori interferensi Weinreich (2010) dan teori psikolinguistik Chaer (2019). Sumber data penelitian kualitatif ini diperoleh dari rekaman suara kosakata bahasa Prancis yang mengandung bunyi vokal yang diambil secara acak dari buku ajar Alter Ego+ A2 yang diproduksi oleh dua kategori mahasiswa program studi Prancis Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia: yang mengikuti les bahasa Prancis sebagai pelajaran tambahan dan yang tidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian cenderung mengganti fonem bahasa Prancis dengan bahasa ibu bahasa Indonesia. Hal ini terjadi karena tidak terdapat beberapa fonem-fonem vokal bahasa Prancis dalam bahasa Indonesia. Pengaruh kecil dari bahasa Inggris dan kebiasaan mengucapkan dalam bahasa Indonesia yang mengucapkan sesuai dengan yang tertulis, juga mempengaruhi kesalahan yang dilakukan. Jumlah kesalahan pelafalan yang lebih tinggi ditemukan pada pemelajar pemula yang tidak mengikuti les bahasa Prancis dan di antara mereka yang mengambilnya sebentar. Hal ini membuktikan bahwa les bahasa efektif sebagai faktor pemberhasil pembelajaran bahasa asing.
Participation in language supplementary courses as an additional enhancement lesson can be one of the success factors in foreign language learning. This can be seen from the ability of beginners in pronouncing the sounds of the foreign language they studied. This study examines the effect of the participation of beginners in language supplementary courses as an additional enhancement lesson in learning French as a foreign language on the achievement of pronunciation of French vowels using Weinreich's interference theory (2010) and Chaer's psycholinguistic theory (2019). The data sources for this qualitative research were obtained from voice recordings of French vocabulary containing vowel sounds taken randomly from the Alter Ego+ A2 textbook, produced by two categories of students from the French study program, Faculty of Humanities, Universitas Indonesia: those who take French courses as an extra course and those who don’t. The results showed that the research subjects tended to replace French phonemes with Indonesian as their mother tongue. This happened because there are several French phonemes that Indonesian does not have. The small influence of English and the habit of pronouncing in Indonesian, which pronounces according to what is written, also affects the mistakes made. A higher number of pronunciation errors was found in beginners who did not take French supplementary courses and among those who took them briefly. This proves that language supplementary courses are effective as a successful factor in foreign language learning."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library