Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juhariyah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S31315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahrotul Karimah
Abstrak :
Sistem intercropping merupakan sistem budidaya tanaman yang dilakukan dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman secara bersamaan pada areal lahan yang sama. Sistem intercropping dinilai mampu meningkatkan hasil pendapatan dan mengurangi resiko kerugian akibat gagal panen pada salah satu tanaman produksi. Penanaman bersama tanaman bunga matahari dan tomat merupakan salah satu contoh sistem budidaya tanaman menggunakan sistem intercropping. Namun, penelitian yang mengkaji tentang sistem intercropping tanaman bunga matahari dan tomat dalam upaya meningkatkan hasil panen masih sangat terbatas. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi efektivitas sistem intercropping bunga matahari dan tomat terhadap pengendalian gulma, produktivitas dan pertumbuhan tanaman produksi. Tanaman bunga matahari dan tanaman tomat ditanam dalam waktu yang bersamaan dengan pola yang berselang seling selama 13 pekan dengan rasio 1:1 sebanyak dua kali pengulangan. Berdasarkan evaluasi hasil panen, sistem intercropping bunga matahari dan tomat menyebabkan hasil panen buah tomat dan yield bunga matahari menurun (LER= 0,652<1). Hal tersebut disebabkan oleh persaingan interspesifik yang didominasi oleh tanaman tomat (A= +0,165, CR=1,677). Berdasarkan uji Mann Whitney, berat yield bunga matahari/individu tanaman pada sistem intercroppping lebih rendah dibandingkan dengan sistem monocropping sehingga memiliki perbedaan yang signifikan (P<0,05). Oleh karena itu, penggunaan tanaman bunga matahari sebagai tanaman pendamping pada sistem intercropping tomat dinilai kurang tepat apabila transplantasi dilakukan secara bersamaan. Meskipun demikian, sistem intercropping bunga matahari dan tomat memiliki efektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan sistem monocropping dalam menghambat pertumbuhan gulma dan infeksi hama serta menurunkan peristiwa retak buah tomat. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi terkait waktu dan rasio yang tepat dalam pengaplikasian tanaman bunga matahari sebagai tanaman pendamping pada sistem intercropping tomat. ......The intercropping system was a plant cultivation system that was carried out by planting more than one type of plant simultaneously on the same land area. The intercropping system had been considered to be able to increase income yield and reduce the risk of loss due to crop failure in one of the production plants. The co-planting of sunflower and tomato plants was an example of a crop cultivation system using an intercropping system. However, research that examines the intercropping system of sunflower and tomato plants in an effort to increase yields was still very limited. Therefore, the aim of this study was to evaluate the effectiveness of sunflower and tomato intercropping systems on plant productivity and weed control. Sunflower and tomato plants were transplanted at the same time and planted in a pattern that was alternated for 13 weeks at a 1:1 ratio of two times. Based on the evaluation results, the sunflower and tomato intercropping system caused the tomato fruit yield and sunflower yield to decrease (LER = 0.652 <1). This was caused by interspecific competition which was dominated by tomato plants (A = +0.165, CR = 1.677). Based on the Mann Whitney test, the yield weight of sunflower / individual plants in the intercroppping system had a lower weight than the monocropping system so that it had a significant difference (P <0.05). Therefore, the use of sunflower plants as companion plants in the tomato intercropping system was considered inappropriate if the transplants were carried out simultaneously. However, the sunflower and tomato intercropping system had better effectiveness than the monocropping system in inhibiting weed growth and pest infection and reducing the incidence of tomato fruit cracking. This research was expected to provide appropriate considerations regarding the use of sunflowers as a companion plant in the tomato intercropping system in an effort to increase plant productivity and weed control.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahrotul Karimah
Abstrak :
Sistem intercropping merupakan sistem budidaya tanaman yang dilakukan dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman secara bersamaan pada areal lahan yang sama. Sistem intercropping dinilai mampu meningkatkan hasil pendapatan dan mengurangi resiko kerugian akibat gagal panen pada salah satu tanaman produksi. Penanaman bersama tanaman bunga matahari dan tomat merupakan salah satu contoh sistem budidaya tanaman menggunakan sistem intercropping. Namun, penelitian yang mengkaji tentang sistem intercropping tanaman bunga matahari dan tomat dalam upaya meningkatkan hasil panen masih sangat terbatas. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi efektivitas sistem intercropping bunga matahari dan tomat terhadap pengendalian gulma, produktivitas dan pertumbuhan tanaman produksi. Tanaman bunga matahari dan tanaman tomat ditanam dalam waktu yang bersamaan dengan pola yang berselang seling selama 13 pekan dengan rasio 1:1 sebanyak dua kali pengulangan. Berdasarkan evaluasi hasil panen, sistem intercropping bunga matahari dan tomat menyebabkan hasil panen buah tomat dan yield bunga matahari menurun (LER= 0,652<1). Hal tersebut disebabkan oleh persaingan interspesifik yang didominasi oleh tanaman tomat (A= +0,165, CR=1,677). Berdasarkan uji Mann Whitney, berat yield bunga matahari/individu tanaman pada sistem intercroppping lebih rendah dibandingkan dengan sistem monocropping sehingga memiliki perbedaan yang signifikan (P<0,05). Oleh karena itu, penggunaan tanaman bunga matahari sebagai tanaman pendamping pada sistem intercropping tomat dinilai kurang tepat apabila transplantasi dilakukan secara bersamaan. Meskipun demikian, sistem intercropping bunga matahari dan tomat memiliki efektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan sistem monocropping dalam menghambat pertumbuhan gulma dan infeksi hama serta menurunkan peristiwa retak buah tomat. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi terkait waktu dan rasio yang tepat dalam pengaplikasian tanaman bunga matahari sebagai tanaman pendamping pada sistem intercropping tomat. ......The intercropping system was a plant cultivation system that was carried out by planting more than one type of plant simultaneously on the same land area. The intercropping system had been considered to be able to increase income yield and reduce the risk of loss due to crop failure in one of the production plants. The co-planting of sunflower and tomato plants was an example of a crop cultivation system using an intercropping system. However, research that examines the intercropping system of sunflower and tomato plants in an effort to increase yields was still very limited. Therefore, the aim of this study was to evaluate the effectiveness of sunflower and tomato intercropping systems on plant productivity and weed control. Sunflower and tomato plants were transplanted at the same time and planted in a pattern that was alternated for 13 weeks at a 1:1 ratio of two times. Based on the evaluation results, the sunflower and tomato intercropping system caused the tomato fruit yield and sunflower yield to decrease (LER = 0.652 <1). This was caused by interspecific competition which was dominated by tomato plants (A = +0.165, CR = 1.677). Based on the Mann Whitney test, the yield weight of sunflower / individual plants in the intercroppping system had a lower weight than the monocropping system so that it had a significant difference (P <0.05). Therefore, the use of sunflower plants as companion plants in the tomato intercropping system was considered inappropriate if the transplants were carried out simultaneously. However, the sunflower and tomato intercropping system had better effectiveness than the monocropping system in inhibiting weed growth and pest infection and reducing the incidence of tomato fruit cracking. This research was expected to provide appropriate considerations regarding the use of sunflowers as a companion plant in the tomato intercropping system in an effort to increase plant productivity and weed control.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penelitian ini merupakan merupakan studi awal dari proses-proses penjenuhan senyawa-senyawa etil ester dari minyak sawit dan minyak bunga matahari yang dianggap cukup potensial untuk digunakan sebagai aditif bahan bakar mesin diesel. Sebagai sumberdaya yang sangat mungkin dikembangkan di Indonesia, minyak-minyak nabati tersebut dikonversikan menjadi etil ester melalui reaksi transesteriiikasi menggunakan etanol dengan kehadiran katalis KOH dan kemudian diikuti dengan proses ozonolisis. Pada reaksi ozonolisis ini, etil ester direaksikan dengan ozon (Og) menjadi senyawa-senyawa ozonida atau kemudian menjadi senyawa yang memililci rantai karbon yang iebih pendek sehingga dapat meningkatkan karakteristilcnya sebagai bahan bakar, khususnya indeks setananya.

Sifat-sifat fisika yang akan diuji adalah densitas, viskositas, kadar air, keasaman, dan indeks setananya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ozonolisis merupakan suatu reaksi yang tepat untuk meningkatkan indeks setana pada bahan bakar, dalam hal ini bahan bakar yang disintesis dari minyak nabati. Hal ini terbukti dari meningkatnya indeks setana etil ester hasil ozonolisis sebesar sepuluh poin dibanding eti! ester yang tidak mengalarni reaksi ozonolisis.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Eka Susilarini
Abstrak :
Dalam penelitian ini, dilakukan sintesis minyak terozonasi (Oleozon®) dari minyak zaitun dan minyak bunga matahari dengan cara ozonasi secara semi kontinu selama 42-84 jam. Ozonasi dilakukan pada suhu 15 - 22°C menggunakan ozonator rancangan sendiri yang dapat beroperasi ±13 jam. Kedua jenis Oleozon® tersebut dianggap memiliki efikasi sebagai disinfektan untuk bakteri Staphylococcus aureus. Ozonasi akan dilakukan pada minyak zaitun, bunga matahari, dan campurannya yang ekivolum yang bertujuan untuk memecah ikatan rangkap C=C dan menghasilkan ozonida yang bertindak sebagai disinfektan. Kualitas Oleozon® ditentukan dengan sejumlah analisis seperti uji bilangan iod, bilangan asam, dan pengukuran pH produk samping (air). Analisis FT-IR juga digunakan untuk melihat perubahan konsentrasi ikatan-ikatan yang berhubungan dengan pembentukan ozonida. Secara sederhana, efikasi Oleozon® diujikan pada bakteri Staphylococcus aureus. Hasil yang didapat adalah minyak zaitun dan campuran minyak zaitun-matahari terozonasi memiliki efek antiseptik yang sebanding. ...... In this study, synthesis of ozonized oil (Oleozon®) from olive oil and sunflower oil is carried out by means of semi-continuous ozonation for 42-84 hours. Ozonation is performed at 15-22 ° C using own design ozonator that can operate ± 13 hours. Both types of oil are considered have efficacy as an antiseptic for bacteria Staphylococcus aureus. Ozonation of olive oil, sunflower, and mixtures olive-sunflower will break the C = C double bond and produce ozonide which acts as an antiseptic. Oleozon® quality is determined by numbers of analysis such as iodine number, acid number, and pH measurements of byproducts (water). FT-IR analysis was also used to look at changes in the concentration of bonds associated with the formation of ozonida. In short, the efficacy Oleozon® tested to grampositive bacteria Staphylococcus aureus. The result is mixed olive-sunflower oil and olive oil have a comparable disinfection effect.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenni Fitri Anwar
Abstrak :
Misalkan $G=(V(G),E(G))$ merupakan suatu graf dengan himpunan simpul tak kosong berhingga $V(G)$ dan himpunan busur $E(G)$. Misalkan $G$ memiliki order $n$. Pelabelan busur $\varphi: E(G) \rightarrow \{1,2,\cdots,k\}$, dengan $k \in \mathbb{Z}^+$, disebut pelabelan-$k$ tak teratur modular jika terdapat fungsi bobot bijektif $\sigma:V(G) \rightarrow \mathbb{Z}_n$ dengan $\mathbb{Z}_n$ merupakan himpunan bilangan bulat modulo $n$. Fungsi $\sigma(v)=\sum_{\forall u \in N(v)} \varphi(uv) \mod n$ disebut bobot modular dari simpul $v\in V(G)$. $N(v)$ merupakan himpunan simpul yang bertetangga dengan simpul $v.$ Kekuatan tak teratur modular dari graf $G$, dinotasikan dengan $ms(G)$, merupakan nilai minimum $k$ sedemikian sehingga graf $G$ memiliki pelabelan-$k$ tak teratur modular. Graf bunga matahari ${Sf}_m$ merupakan graf yang dibangun dari graf roda $W_m,$ $m \geq 3,$ dengan simpul pusat $c$, simpul pada lingkaran-$m$ $v_1,v_2,\ldots,v_m$ dan tambahan $m$ simpul $w_1,w_2,\ldots,w_m$ dengan $w_i$ dihubungkan ke simpul $v_i$ dan $v_{i+1},$ $i=1,2,\ldots,m,$ dengan $v_{m+1}=v_1$ dan $v_0=v_m$. Pada penelitian ini dikontruksi fungsi pelabelan tak teratur modular pada graf bunga matahari ${Sf}_m$, $m\geq 3$, sehingga dapat ditentukan nilai kekuatan tak teratur modularnya. ......Let $G=(V(G),E(G))$ be a graph with $V(G)$ is a nonempty finite vertex set and $E(G)$ is an edge set, which has order $n$. Edge $k-$labeling $\varphi: E(G) \rightarrow \{1,2,\cdots,k\}$, where $k \in \mathbb{Z}^+$, is called a modular irregular labeling of a graph $G$ if there exists a bijective weight function $\sigma:V(G) \rightarrow \mathbb{Z}_n$ where $\mathbb{Z}_n$ is a set of modulo $n$. Function $\sigma(v)=\sum_{\forall u \in N(v)} \varphi(uv) \mod n$ is called modular weight of vertex $v$. $N(v)$ denotes the set of all vertices that adjacent to $v$. The modular irregularity strength of a graph $G$, denoted by $ms(G)$, is the minimum number $k$ such that a graph $G$ has modular irregular $k$-labeling. The sunflower graph ${Sf}_m$ is a graph which constructed from a wheel graph $W_m$ with center vertex $c$ and $m$-cycle $v_1,v_2,\ldots,v_m$ and additional vertices $w_1,w_2,\ldots,w_m$ where $w_i$ is adjacent to $v_i$ and $v_{i+1}$, $i=1,2,\ldots,m$, with $v_{m+1}=v_1$ and $v_0=v_m$. This research shows the construction of modular irregular labeling on sunflower graph and its modular irregularity strength.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sungkar, Saleha
Abstrak :
ABSTRAK
DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi DBD di Indonesia, diantaranya adalah dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk dan penggunaan insektisida seperti malation dan temefos. Namun cara tersebut belum memberikan hasil yang memadai, sehingga diperlukan bahan lain untuk menunjang pengendalian DBD, seperti penggunaan insektisida alami yang berasal dari turnbuh-tumbuhan. Insektisida yang berasal dari tumbuhan dalam waktu relatif singkat, setelah digunakan akan terurai menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

Untuk mengetahui golongan senyawa yang berperan sebagai insektisida dalam daun Helianthus au ours dan pengaruh ekstraknya terhadap kematian Aedes aegypti. Penelitian dilakukan di laboratorium Entomologi bagian Parasitologi, laboratorium Kimia bagian Kimia FKUI, dan bagian PTM Depkes selama 8 bulan.

Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 0,050 % ; 0,075 % ; 0,100 % ; 0,125 % ; 0,150 % ; dan 0,175 % untuk larvisida, dan konsentrasi 0,5% ; 1,0% ; 1,5% dan 2,0% untuk insektisida dan repelen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan senyawa yang diduga bersifat insektisida dalam daun Helianthus animus adalah golongan alkaloid, saponin, tanin, steroid, terpenoid, dan minyak atsiri. Kematian larva tertinggi adalah pada konsentrasi 0,175 % yaitu 92,8 % dan terendah adalah pada konsentrasi 0,050 % yaitu 16,0 %. Konsentrasi letal untuk kematian 50% adalah 0,097 % dan kematian 90% adalah 0,195%. Rata-rata kematian nyamuk dewasa adalah 90,8 % pada konsentrasi 2,0% dan 20,0 % pada konsentrasi 0,5 %. Daya proteksi berkisar antara 65,58 % - 86,10 %, dengan daya proteksi maksimal ketika jam ke-2, pada konsentrasi 2,0%.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Diyah Ayu Permata Sari
Abstrak :
Misalkan graf G = (V (G), E(G)) merupakan graf dengan pasangan himpunan tak kosong simpul V (G) dan busur E(G). Pelabelan total super busur antiajaib lokal pada graf G dengan |V (G)| simpul dan |E(G)| busur didefinisikan sebagai pemetaan bijektif f : V (G) ∪ E(G) → {1, 2, . . . , |V (G)| + |E(G)|} dengan hasil pemetaan simpul f(V (G)) = {1, 2, . . . , |V (G)|}, sedemikian sehingga untuk setiap busur bertetangga uv dan vx di E(G), w(uv) ̸= w(vx), di mana w(uv) = f(u) + f(uv) + f(v). Setiap pelabelan total super busur antiajaib lokal menginduksi pewarnaan busur untuk graf G, di mana busur uv diberikan warna w(uv). Banyaknya warna minimal yang dibutuhkan untuk pewarnaan busur tersebut dikatakan sebagai bilangan kromatik pelabelan total super busur antiajaib lokal, dinotasikan dengan χsleat(G). Graf bunga matahari Sfn merupakan suatu graf yang diperoleh dengan mengambil suatu graf roda dengan simpul pusat c dan subgraf lingkaran dengan simpul-simpul x1, x2, . . . , xn dan tambahan simpul y1, y2, . . . , yn di mana yi dihubungkan oleh busur kepada xi dan xi+1, di mana xn+1 = x1. Pada penelitian ini, akan dikonstruksi pelabelan total super busur antiajaib lokal pada graf bunga matahari Sfn dan juga ditentukan bilangan kromatiknya, yaitu χsleat(Sfn) = n + 1. ......Suppose that a graph G = (V (G), E(G)) be a graph with a nonempty vertices set V (G) and edges set E(G). A super local edge antimagic total labeling on a graph G with |V (G)| vertices and |E(G)| edges defined as a bijective map f : V (G) ∪ E(G) → {1, 2, . . . , |V (G)| + |E(G)|} with the result vertex mapping f(V (G)) = {1, 2, . . . , |V (G)|} such that for any adjacent edges uv and vx in E(G), w(uv) ̸= w(vx), which w(uv) = f(u) + f(uv) + f(v). Each super local edge antimagic total labeling induces an edge coloring for the graph G, where the edge uv ∈ E(G) is assigned to the color w(uv). The minimum number of colors required for the edge coloring is called the chromatic number of super local edge antimagic total labeling, denoted by χsleat(G). The sunflower graph Sfn is a graph obtained by taking a wheel with central vertex c and the n-cycle x1, x2, . . . , xn and additional vertices y1, y2, . . . , yn where yi is joined by edges to xi and xi+1, where xn+1 = x1. In this research, the super local edge antimagic total labeling on sunflower graph Sfn is constructed and its chromatic number also be determined, which χsleat(Sfn) = n + 1.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library