Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marotta, Theodore W.
Upper Saddle River, New Jersey: Pearson - Prentice Hall, 2005
624.18 MAR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hunt, George M.
New York : McGraw-Hill, 1967
691.1 HUN w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Teguh Bagoes Raharjo
Abstrak :
Column Wale (CW) merupakan salah satu jenis alat yang berfungsi untuk mencetak pondasi bangunan. Dengan menggunakan CW, proses pembuatan pondasi menjadi lebih cepat dan kualitas cetakan pondasi yang dihasilkan juga lebih baik. Oleh karena itu, banyak proyek pembangunan di Indonesia yang menggunakan alat ini untuk menunjang kegiatannya. Hal ini menyebabkan permintaan CW menjadi sangat fluktuatif dan cenderung tinggi pada periodeperiode tertentu. Beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi CW adalah menambah jumlah mesin, jam kerja pekerja dan sebagainya. Hasil analisis menunjukkan metode Production Scheduling Optimization dapat memberikan gambaran keputusan terhadap alternatif mana saja yang harus dilakukan perusahaan dengan biaya keseluruhan yang optimal. Column Wale (CW) is one type of tool that serves to print the building foundation. By using the CW, the process of making the foundation will become faster and the foundation of the resulting print quality is also better. Therefore, many development projects in Indonesia are using this tool to support its activities. It causes the demand fluctuation of CW and tend to be high at certain periods. Several alternatives that can be done to increase production capacity are increase the number of machines, increase workers working hours and so on. The results show that Production Scheduling Optimization method can give a decision on which alternative should be done by the company with the optimum overall cost.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42328
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wilcox, W. Wayne
New York: John Wiley & Sons, 1991
R 620.1 WIL w
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sigit Wijaksono
Abstrak :
ABSTRAK Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumberdaya bambu tarbesar di dunia di samping Cina dan Jepang. Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Kegunaan tanaman bambu; batangnya mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan yaitu kuat, keras, ringan, ukurannya beragam dan mudah dkerjakan. Pemanfaatan bambu di Indonesia sudah berlangsung sangat lama dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat khususnya di perdesaan. Selain dimanfaatkan dalam industri kecil dan rumahtangga, bambu dapat Pula dimanfaatkan sebagai bahan bangunan karena hampir semua bagian pada bangunan rumah dapat dibuat dari bambu. Di Indonesia sekitar 80% batang bambu dimanfaatkan untuk bidang konstruksi. Selebihnya dimanfaatkan dalam bentuk lainnya seperti kerajinan, perabot rumahtangga, sumpit, industri kertas serta keperluan lainnya. Bambu merupakan suunberdaya alam hayati serba guna di Indonesia bukan hanya dimanfaatkan untuk pembuatan industri kecil atau rumahtangga juga untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Di samping memiliki manfaat ekonomi juga manfaat ekologis dan sosio-budaya. Sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbarui bambu memiliki beberapa keunggulan seperti cepat tumbuh, produksi tinggi dan umur panen yang relatif pendek, juga rumpunnya dapat melindungi fungsi tanah, yaitu mengurangi penguapan dan meningkatkan kapasitas perembesan, sehingga kapasitas air tanahpun meningkat, perakararurya meningkatkan stabilitas tanah sehingga berpengarnh baik untuk konservasi air dan tanah. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup menetapkan strategi nasional pelestaiian dan pemaufaatan bambu secara berkelanjutan di Indonesia. Salah satu kendala yang paling mendasar dalam upaya pelaksanaannya adalah berkembangnya persepsi pemerintah dan masyarakat yang tidak tepat terhadap bambu dan cenderung diremehkan. Sebagian besar masyarakat maupun pemerintah masih beranggapan bahwa produk-produk yang terbuat dari bambu menunjukkan citra kejelekan dan kerniskinan scperti rumah yang dibuat Bari bambu selalu dihubungkan dengan ringkat kemiskinan penghuni rumah. Dengan kata lain bambu masih dianggap sebagai "Timber for the poor" (Kayo untuk si Miskin). Demi tereapainya tujuan strategi nasional tersebut selain peran pemerintah juga dituntut peranserta masyarakat. Arsitek sebagai bagian dari masyarakat diharapkan mempunyai peranserta yang sama dengan masyarakat lainnya dalam upaya mencapai tujuan dalam UU No.5,1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya serta Strategi Nasional Pelestarian dan Pemanfaatan Bambu secara Berkelanjutan. Arsitek saat ini dikenal sebagai seorang yang ahli dalam merancang bangunan serta mengawasi pelaksanaan pembangunannya Untuk merancang bangunannya arsitek harus menguasai ilmu konstruksi bangunan dan mengenal sifat-sifat bahan bangunan serta menata bentuknya. Permanfaatan bambu sebagai bahan bangunan masih sangat terbatas sekali. Secara bertahap mulai menghilang dari gaya hidup masyarakat Indonesia akibat cara hidup yang berubah. Salah satu alasan yang utama adalah bahwa bambu sering rusak dan mudah dimakan rayap. Alasan lainnya adalah meningkatrrya pembangunan rumah-nunah dengan gaya Arsitektur Baru. Perkernbangan pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan di masa depan mulai diperhatikan lagi sejak masalah lingkungan menjadi perhatian dunia, maka ini akan memberikan suatu kesempatan yang baik bagi bambu untuk dipertimbangkan lagi pemanfaatannya. Perumahan yang dibangun berdasarkan sistem ramah lingkungan dan, sistem rumah traclisional sebsiknya dihidupkan kembali namun dengan cara-care yang sesuai dengan kebutulran masa kini. Di dalam rumah dapat dilihat bambu digunakan untuk atap, langit-langit, lantai, tiang, dinding, jendela dan pintu. Bambu mudah diperbanyak dan cepat tumbuh. Dengan mempertimbangkan pcnggunaan yang hanya membutuhkan proses dan energi yang sedikit maka bambu dapat diinanfaatkan sebagai bahan bangunan yang aman terhadap lingkungan hidup. Berdasarkan hasil penelitan survei yang dilakukan di Jakarta, diperoleh gambaran bahwa persepsi arsitek tentang pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan masih rendah. Persepsi arsitek menunjukkan bahwa mereka masih menganggap bahwa bambu belum dapat memenuhi kebutuhan rumah masa kini, terutama untuk rumah menengah di Jakarta. Scbagian besar dan arsitek menunjukkan sikap setuju terhadap pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan penganti kayu, namun motivasi mereka untuk memanfaatkannya sebagai bahan bangunan masih rendah. Mereka hanya memanfaatkan jika ada permintaan khusus dari pelanggannya. Hasil uji analisis statistik menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antara pengetahuan arsitek tentang bambu sebagai bahan bangunan dengan persepsi mereka terhadap pemanfaatannya. Secara keselunihan dapat disimpulkan bahwa rendahnya persepsi arsitek tentang pemanfaatan bambu sebagai bahan bangutan sebagian besar diakibatkan oleh terbatasnya pengetahuan atau informasi tentang bambu sebagai bahan bangunan yang diperoleh. Untuk meningkatkan pemanfaatan bambu di masyarakat khususnya di kalangan arsitek kiran ya perlu diadakan pemasyarakatan tentang pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan seita peranamtya dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.
ABSTRACT Community Of Architects Perception On The Uti1ization Of Bamboo As Building Material. (Case Study Architects In Jakarta)Indonesia is one of the countries with the largest bamboo resource in the world, beside China and Japan. Bamboo plants have been known by people. The benefit of bamboo plant is: the cuirn has advantageous properties i.e. strong, hard, lightweight, various in size and easy to process. The utilization of bamboo in Indonesia has been so long and became a part of life especially in rural area. Except for small and household industries, bamboo is used as building material because almost all part of houses can be made from it. Inside houses one can see bamboo used for roofs, ceilings, floors, walls, windows, pillars and doors. In Indonesia 80% bamboo culm is used for construction. The remainder is used for handicraft, furniture, chopsticks, pulp and paper industries etc. Bamboo as multipurpose natural resource in Indonesia is not only used in industrial but also in environmental conservation. Besides economical, bamboo has also ecological and socio-cultural benefit As renewable natural resource, bamboo has many advantages i.e. fast is growth, high production, the clump can provide land function, that is reducing evaporation and increase infiltration capacity with the result of groundwater capacity increased. The roots increase land stability so that it gives good influences to water and land conservation. Ministry of State Environment determined national strategy for sustainable conservation and utilization of Bamboo in Indonesia. The main constraint is the wrong goveiximent's and people's perception about bamboo and tends to be neglected. A large part of government and people stillgard bamboo products as giving bad image and poverty like bamboo houses always related to poverty with word's bamboo as timber for the poor. To achieve the aim in national strategy beside government role is also demanded people's participation. Architects as part of the society are also demanded to have the same -participation in attempt to achieve the aim in Act Number 5 of 1990 about Conservation of Living resources and their ecosystems and national strategy. Architect recently has been known as an expert in building design and supervisor the construction. To design the building the architect should master the construction and building material properties, and also to compose the form. The use of bamboo as building material still remains limited. It has gradually disappeared from people's lifestyle as the way of living changed. One major reason for this is that bamboo materials are often damaged by insects, while another is the increase of western style houses. Since environmental problems have become the concern of the world these give an opportunity for bamboo being considered, housing based on environment-friendly system. Based on survey done in Jakarta is concluded that the architects perceive that bamboo can not fully meet the needs of modern houses , especially for middle class houses in Jakarta. Most of architects agree to utilize bamboo as building material in place of wood, however their motivation to use bamboo as building material is low. They only use bamboo if there is a special request from the client. Statistics test showed there is significant influences between architect's knowledge of bamboo as building material and sustainable development to their utilization toward sustainable development. In conclusion, the low scale of architect's perception on the utilization of bamboo as building material is caused by limited knowledge and information on bamboo. To increase the utilization of bamboo in the society especially architects it seems that it is necessary socialize the utilization of bamboo as building material toward sustainable development.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ingkondo Damaiyanto
Abstrak :
Dunia konstruksi mengkonsumsi sumber daya alam dalam jumlah yang sangat besar. Sebuah bangunan disusun atas berbagai materi yang diperoleh dari alam. Dalam daur hidupnya materi dari alam diolah dengan berbagai proses sampai kepada bentuk akhir yang dapat diaplikasikan dalam konstruksi. Proses tersebut membutuhkan energi dan tentunya kebanyakan sumber energi yang digunakan manusia pada saat ini adalah berasal dari materi alam juga. Pada akhirnya dapat diketahui bahwa dunia konstruksi mengkonsumsi sumber daya alam lebih dari apa yang terlihat dan yang biasa terbayangkan.

Jumlah konsumsi sumber daya alam yang sangat besar akan membawa dampak yang besar terhadap lingkungan, dan perubahan pada lingkungan akan membawa dampak pula pada kualitas kehidupan manusia. Pemahaman tentang hubungan keterkaitan ini sangat penting untuk disadari dalam upaya mempertahankan kualitas lingkungan hidup yang baik.

Dalam upaya mempertahankan keberlanjutan kualitas lingkungan hidup tersebut, daur ulang menjadi salah satu strategi yang relevan. Dengan daur ulang diharapkan sumber daya materi yang diambil dari alam dapat dikonsumsi dan dimanfaatkan secara optimal, sehingga dengan jumlah sumber daya alam yang kecil dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
The world of construction consume a very large amount of natural resources. A building consist of various matter which taken from the living environment. Matter, in its life cycle, processed through various way in order to create construction applicable materials. The process need energy and most of energy sources we have nowadays come from processed matter. In the end the world of construction consume the natural resources even more, more than it seems to be and far away beyond the imaginable.

The large amount of natural resources consumption will cause a great effect on the environment, changing the environment which will also affect the quality of human life. The understanding of this interdependent relationship needs critical awareness in order to sustain the quality of living environment.

In the effort to sustain the quality of living environment, recycle become one of strategy which highly relevant. By recycling, exploited natural resources could be consume and applied in its optimal potential, therefore minimum amount of natural resources would produce maximum use
.
2008
S48442
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alvira Novitasari
Abstrak :
ABSTRAK Indonesia dengan 17.504 pulaunya merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Berbagai pulau tentunya menyimpan potensi sumber daya yang besar dan kaya. Pada periode modern saat ini, konsep tersebut sudah jauh ditinggalkan, industrialisasi material bangunan dan penyeragaman teknik konstruksi telah merubah cara masyarakat pulau dalam membangun. Material modern langsung diimpor dari pulau utama terdekat sehingga potensi lokal tidak dimanfaatkan secara maksimal. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola siklus kehidupan (life-cycle) bangunan kontemporer masyarakat Pulau Koja Doi apakah pola yang ada saat ini terkategori keberlanjutan atau tidak. Terdapat dua metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu observasi dan wawancara. Observasi dilakukan untuk mengetahui material apa saja yang digunakan pada rumah panggung di Pulau Koja Doi. Sedangkan wawancara dilakukan pada tokoh masyarakat Pulau Koja Doi untuk mencaritau sumber material bangunan, metode konstruksi bangunan, pola demolisi bangunan serta penanganan limbah sesudah demolisi. Tahap penelitian ini akan menentukan apakah pembangunan di Pulau Koja Doi jauh atau dekat dengan konsep konstruksi yang berkelanjutan. Pulau Koja Doi merupakan pulau kecil yang berada disebelah utara Pulau Flores dan berdekatan dengan Pulan Koja Gete dengan mayoritas warga berprofesi nelayan. Pada situasi dahulu masyarakat Pulau Koja Doi memanfaatkan hasil alam dari pulau terdekat yaitu Pulau Koja Gete untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk kebutuhan material bangunan rumah panggung. Sedangkan situasi saat ini beberapa rumah panggung telah diganti dengan material modern yang didatangkan dari Pulau Flores. Siklus material yang terjadi tidak hanya semata-mata berasal dari gugusan Pulau Koja Doi saja, melainkan berasal dari pulau sebrang yaitu Pulau Flores. Dalam hal penggunaan material bangunan pada rumah panggung di Koja Doi, situasi dahulu lebih mendekati karakteristik penggunaan material yang berkelanjutan pada pulau kecil. Penggunaan material bangunan pada situasi saat ini masih belum bisa dikatakan serupa karena penggunaan material modern pada rumah panggung belum memiliki scenario lebih lanjut jika material telah usai digunakan.
ABSTRACT Indonesia with 17,504 islands is one of the largest archipelagic countries in the world. Various islands certainly save a large and rich potential of resources. In the current modern period, the concept is far from being abandoned, industrialization of building materials and uniformity of construction techniques have changed the way that island communities develop. Modern materials are directly imported from the nearest main island so that local potential is not maximally utilized. For this reason, this study aims to identify the pattern of the lifecycle contemporary buildings of the Koja Doi Island community, whether the current pattern is categorized as sustainability or not. There are two research methods used in this study, namely observation and interviews. Observations were made to find out what materials were used on stilt houses on Koja Doi Island. While interviews were conducted with community leaders in Koja Doi Island to look for building material sources, building construction methods, building demolition patterns and post-demolition waste treatment. This research phase will determine whether the development on Koja Doi Island is far or close to the concept of sustainable construction. Koja Doi Island is a small island located in the north of Flores Island and adjacent to Pulan Koja Gete with the majority of residents living as fishermen. In the past situation the people of Koja Doi Island made use of the natural products from the nearby island of Koja Gete Island to meet their daily needs including the material needs for building houses on stilts. Whereas the current situation of several stilt houses has been replaced with modern materials imported from Flores Island. The material cycle that occurs does not merely originate from the Koja Doi Island cluster, but originates from the other island, Flores Island. In terms of the use of building materials on stilts in Koja Doi, the situation was closer to the characteristics of sustainable use of materials on small islands. The use of building materials in the current situation still cannot be said to be similar because the use of modern materials in a house on stilts does not yet have a further scenario if the material has been used.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Yolanda
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia memiliki salah satu lembaga legal untuk melakukan sertifikasi green building yang disebut GBCI (Green Building Council Indonesia). GBCI memiliki sistem penilaian sendiri yang disebut Greenship. Salah satu aspek penilaian yang terdapat pada Greenship adalah MRC (Material Resource Cycle). Pembahasan aspek ini dilakukan melalui metode deskriptif dan evaluatif untuk melihat aspek MRC yang telah dipenuhi, aspek MRC yang berkemungkinan untuk dipenuhi serta aspek yang tidak dipenuhi. Pembahasan ini dilakukan untuk mengetahui peranan pemilihan material dalam pencapaian performa green building, khususnya pada sistem curtain wall. Kemudian juga akan dilakukan komparasi antara standar umum green building material (non-Greenship) dengan Greenship untuk melihat poin non-Greenship yang berpotensi untuk dijadikan poin rekomendasi penilaian dalam Greenship. Dari data dan analisis disimpulkan bahwa pemilihan material pada curtain wall tidak dapat berkontribusi maksimal terhadap pencapaian poin Greenship. Serta aspek penilaian material berdurabilitas tinggi dan meminimalisasi material pembungkus dapat dijadikan sebagai poin rekomendasi penilaian Greenship.
ABSTRAK
Indonesia has one legal institutions to perform green building certification called GBCI (Green Building Council Indonesia). GBCI has its own scoring system called Greenship. One aspect of the assessment contained in Greenship is MRC (Materials Resource Cycle). The discussion of this aspect is done through descriptive and evaluative to see aspects of the MRC which has been met, MRC aspects that are likely to be met as well as the aspects that were not met. The discussion was conducted to determine the role of materials selection in achieving green building performance, especially in the curtain wall system. Then also will do a comparison between the general standard of green building materials (non-Greenship) with Greenship to see non-Greenship points potentially to be used in the assessment recommendation Greenship points. From the data and analysis concluded that the selection of materials in curtain wall can not contribute to achieve maximum Greenship points. As well as high durability material and minimize the wrapping material can be used as assessment?s points on Greenship
2016
S64153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>