Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edward Dwingadi S.
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan penyakit yang sangat umum terjadi di Indonesia. Faktor - faktor yang menyebabkan karies gigi antara lain peningkatan retensi dan akumulasi plak, asam organic pada gigi, penggunaan flour, frekuensi diet asam dan karbohidrat, serta factor pelindung dari pelikel dan saliva. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya karies gigi adalah dengan penggunaan xylitol sebagai pemanis pengganti gula karena tidak bisa difermentasi oleh bakteri.
Tujuan: Mengetahui pengaruh mengunyah sejumlah permen karet xylitol terhadap kapasitas buffer saliva. Metode: Menggunakan cross-over, melibatkan 30 anak berusia 10-12 tahun yang memiliki gigi karies atau ditambal ≥ 3. Setiap subyek diberikan tiga perlakuan, yaitu: pengunyahan parafin, pengunyahan 2 buah permen karet xylitol, dan pengunyahan 4 buah permen karet xylitol. Pemeriksaan kapasitas buffer saliva menggunakan Salivary Check merek GC. Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan pengukuran statistic Kruskall- Wallis dan U Mann - Whitney.
Hasil: Terdapat perbedaan yang bermaknaan nilai kapasitas buffer setelah pengunyahan antara parafin, 2 buah xylitol, dan 4 buah xylitol (p<0,05). Simpulan: Terjadi peningkatan kapasitas dapar saliva setelah mengkonsumsi permen karet yang mengandung xylitol dan peningkatan ini terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah permen karet yang mengandung xylitol.

Background: Dental caries is a very common disease in Indonesia. Factors that cause dental caries are increased retention and accumulation of plaque, increased production of organic acids at tooth interface, usage of fluoride, frequency carbohydrate and dietary acids, and the protective factors of pellicle and saliva. One of ways to prevent dental caries is by using xylitol as alternative sweeteners because bacteria can?t fementized it.
Objectives: To identify the effect of chewing gum that contains xylitol on salivary buffer capacity. Method: Using cross-over method, involving 30 subject aged between 10-12 years who have carious and restored teeth ≥ 3. Every subject will get three kinds of treatment for 5 minutes: chewing paraffin, chewing 2 xylitol chewing gum, and chewing 4 xylitol chewing gum. Salivary buffer capacity is checked with Salivary Test kit from GC. The research data was analized with Kruskall-Wallis and U Mann Whitney.
Result : There were reasonable level of significance of salivary buffer capacity after chewing paraffin, 2 pieces of xylitol, and 4 pieces of xylitol (p<0,05).
Conclusion: Salivary buffer capacity increased after consuming chewing gum that contains xylitol and the increasing along with the chewing gum amount."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Kurniasarie
"Knockout Switch yang memiliki latensi rendah, self-routing, dan nonbloking, merupakan salah satu altematif arsitektur switching yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan perkembangan teknologi broadband ISDN. Arsitektur Knockout Switch terbagi menjadi 2, yaitu input port berupa broadcast bus dan output port berupa bus interface. Setiap bus interface membentuk antrian paket dalam shared buffer, karena kedatangan paket tidak terjadwal, sehingga memungkinkan paket-paket berasal dari 2 atau lebih input port yang berbeda menuju output port yang sama. Dalam menganalisis shared buffer biasanya diasumsikan buffer memilik kapasitas yang tak berhingga (infinite), tetapi pada kenyataanya tidak ada kapasitas buffer yang tak berhingga. Analisis kinerja dalam tugas akhir ini akan memfokuskan pada kapasitas shared buffer yang berhingga. Dengan melihat bahwa sistem antrian yang terjadi dalam shared buffer berhingga memiliki pola finite-state discrete-time Markov chain, akan dianalisis probabilitas paket yang hilang akibat keterbatasan kapasitas buffer. Hasil yang diperolch dalam analisis ini adalah, dcngan keterbatasan kapasitas shared buffer, Knockout Switch masih memiliki kinerja yang cukup baik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunu Nuramanu
"ABSTRAK
Sebagai sarana transportasi yang sangat vital pada suatu gedung, suatu
elevator dirancang tidak saja untuk segi kenyamanan tetapi juga melihat aspek
keamanannya. Dengan demikian pengguna dari elevator tidak akan merasa takut.
Perancangan perangkat pengaman dilakukan dengan memanfaatkan data-
data yang ada di lapangan sehingga rancangan yang alcan dibuat dapat disesuaikan
dengan kondisi yang diinginkan seperti ketahanan rancangan, serta kemudahan
dalam perawatan dan operasionalnya.
Dalam keseluruhan pembahasan skripsi dilakukan semua prosedur
perancangan suatu alat dengan memanfaatkan semua literatur yang ada sebagai
bahan acuannya. Metode yang dilakukan adalah perhitungan secara mekanikal
terhadap data-data yang ada dan alat yang akan dirancang
Dari analisa perancangan ini akan dihasilkan suatu rancangan alat yang
sesuai dengan kondisi yang diinginkan sesuai dengan literatur yang tersedia

"
1996
S36554
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayan Kurniawan
"Pemilihan sistem buffer kontrol pada perusahaan manufaktur harus dilakukan dengan bijaksana. Karena sistem buffer kontrol sangat berpengaruh dalam penentuan jumlah -work in process (WIP) dan WIP merupakan inventory. Tujuan adanya buffer agar produksi menjadi maksimal karena ketersediaan material terjaga sehingga mesin dapat terus beroperasi dan profit perusahaan pun meningkat. Namun jika jumlah buffer tidak terkendali dan terlalu besar maka biaya inventory akan meningkat dan akan mengurangi profit perusahaan. Ada tiga jenis sistem buffer kontrol yang biasa digunakan dalam manufaktur. Pertama adalah material requirements plannng (MRP) yang berprinsip pada push system. Kedua adalah just in time (JTT) yang berprinsip pada pull system. Dan yang ketiga adalah drum buffer rope (DBR) yang berdasarkan theory of constraint (TOC). Dengan menggunakan simulasi waktu yang diperlukan akan lebih singkat guna mengetahui sistem buffer kontrol yang tepat pada suatu manufaktur selain itu biaya yang dikeluarkanjuga lebih murah. Berdasarkan hasil simulasi sistem buffer kontrol MRP, JIT, dan DBR di PT X, diketahui bahwa hasil terbaik didapatkan model MRP dengan jumlah output 6219 unit, kemudian yang kedua adalah model sistem buffer DBR dengan jumlah output 4168 unit serta yang terakhir adalah JIT dengan output 3981.57 unit.

The choice of buffer control system at manufacturing must be done wisely. Because of buffer control system have an effect on in determination level of work in process (WIP) and WIP however is inventory. The purpose of buffer is in order to increase the level of production because of availability of material so that the machine can be still busy to operated, and profit of company even also increased. But, if amount of buffer do not in control and too big, hence cost of inventory will increased and will lessen profit of company. There are three types of buffer system control which commonly use in manufacture. First, material requirements planning (MRP) which is based on push system. Second, just in time (JIT) which is based on pull system. And third, drum buffer rope (DBR) which is based on theory of constraint (TOC). By using simulation that time is needed will be more shorten to know correctly buffer system control at one particular manufacture industry and will be cheaper also. According to the result of buffer system simulation control MRP, JIT, and DBR in PT X, known that the best result is MRP model with amount output is 6219 units, then secondly is buffer system DBR model with amount output is 4168 units, last is JIT model by output is 3981.57 units."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S50066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsiya Isrina Wenty Octisdah
"Skripsi ini membahas penyebab kemiskinan petani di zona penyangga kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran penyebab kemiskinan petani menggunakan Sustainable Livelihood Framework yang fokus pada 5 tema besar yaitu; (1) konteks kerentanan, (2) aset-aset mata pencaharian, (3) organisasi, kebijakan dan proses, (4) strategi mata pencaharian, (5) hasil-hasil mata pencaharian. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa penyebab kemiskinan di zona penyangga kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango lebih dominan pada kerentanan perubahan iklim dan serangan hama, serta rendahnya sumber daya manusia terutama pada pendidikan.

This thesis is discussing on causes of poverty of farmers in Sukaresmi Village around Buffer Zone of Gede Pangrango National Park. This is a qualitative research with a descriptive method. The purpose of this research is to describe causes of poverty of farmers based on Sustainable Livelihood Framework focusing on five points; (1) Vulnerability Context, (2) Livelihood Assets, (3) Organization, Policy and Process, (4) Livelihood Strategies, (5) Livelihood Outcomes. The result of this research shows that the causes of poverty of farmers around buffer zone are dominant on climate change, pest infestations and lack of human resources such as education."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52762
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Britania Theresa
"Latar belakang: Saliva manusia terdiri atas berbagai komponen protein yang dapat bersifat mendukung dan menghambat keberadaan flora oral. Latihan fisik berperan sebagai aktivator sistem saraf simpatetik, yang mempengaruhi sekresi saliva yang kaya akan protein, salah satunya Streptococcus mutans-binding salivary protein. Adanya interaksi antara protein saliva dengan bakteri oral akan mempengaruhi pembentukan dan pemeliharaan biofilm oral, yang merupakan faktor virulensi utama pada rongga mulut.
Tujuan: Menganalisis efek S. mutans-binding salivary protein dari subjek pelari dan nonpelari terhadap pembentukan biofilm S. gordonii pada fase perlekatan dan fase maturasi secara in vitro.
Metode: Prosedur binding protein saliva total dengan S. mutans ATCC 25175 menggunakan binding buffer, elusi protein binding menggunakan elute buffer, dan uji pembentukan biofilm S. gordonii ATCC 10558T dengan prosedur pewarnaan crystal violet pada inkubasi 3 jam dan 24 jam.
Hasil: S. mutans-binding salivary protein dari subjek pelari dan nonpelari tidak memiliki perbedaan bermakna dibanding kontrol baik pada fase perlekatan maupun fase maturasi p>0,05. Peningkatan konsentrasi protein pelari pada fase perlekatan diikuti dengan penurunan massa biofilm uji yang terbentuk r=-0,919, sedangkan pada kelompok nonpelari peningkatan konsentrasi protein pada fase maturasi diikuti dengan peningkatan massa biofilm yang terbentuk r=0,87.
Kesimpulan: S. mutans-binding salivary protein dari kelompok pelari memiliki efek menghambat pembentukan biofilm S. gordonii pada fase perlekatan dan dalam konsentrasi tinggi, sedangkan pada kelompok nonpelari peningkatan konsentrasi protein efektif dalam memfasilitasi pembentukan biofilm uji pada fase maturasi.

Background: Human salivary consists of various protein components that can be supportive or inhibit the presence of oral micloflora. Physical exercise acts as a strong activator for symphatetic nervous system, which increased protein rich salivary secretion, one of them is S. mutans binding salivary protein. The interaction between salivary proteins with oral bacteria will affect the formation and maintainance of oral biofilms, which is the major virulence factor in the oral cavity.
Objective: The aim of this study was to analyze the effect of S. mutans binding salivary protein isolated from runners and non runners to biofilm formation of S. gordonii in the adhesion and maturation phase.
Methods: Total salivary protein was bind with S. mutans ATCC 25175 using binding buffer, elution of binding proteins using elute buffer, and biofilm formation assay of S. gordonii ATCC 10558T using crystal violet staining procedure at 3 hours and 24 hours incubation.
Result: There was no significant difference between S. mutans binding salivary protein from runners and non runners against control in adhesion and maturatuion phase p 0.05. The increase of protein concentration in runners group followed by the decrease of biofilm formation in adhesion phase r 0.919, whereas the increase of salivary protein concentration in non runners group was followed by increasing of biofilm formation in maturation phase r 0.87.
Conclusion: S. mutans binding salivary protein from runners group have an effect in inhibiting S. gordonii biofilm formation at adherence phase and in high concentrations, whereas in non runners group increased protein concentrations were effective in facilitating S. gordonii biofilm formation at maturation phase.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasya Shafa Arrumaisha
"Latar Belakang: Cangkok tulang alami sering digunakan dalam prosedur pencangkokan tulang, tetapi material ini memiliki beberapa kekurangan. Oleh karena itu, cangkok tulang sintetis seperti monetite dan carbonate apatite semakin diminati karena ketersediaan dan biokompatibilitasnya. Kedua material ini tengah diteliti sebagai alternatif yang lebih efektif. Monetite diketahui mendukung pertumbuhan tulang dengan meningkatkan aktivitas osteoblas serta menjaga keseimbangan antara resorpsi dan pembentukan tulang baru. Sementara itu, carbonate apatite, yang memiliki komposisi mirip dengan tulang, sangat baik dalam mendukung osteokonduktivitas. Namun, kelarutan kedua material ini dalam kondisi fisiologis dan osteoklastik belum banyak dianalisis secara mendalam. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan in vitro dari granul monetite dan carbonate apatite dalam waktu 7 hari. Metode: Sebanyak 12 spesimen granul monetite dan carbonate apatite dengan ukuran 500-1000 mikrometer diuji dalam 4 kelompok berdasarkan jenis granul dan larutan buffer yang digunakan. Kelarutan in vitro dianalisis melalui pelepasan ion kalsium menggunakan ion meter ISE. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan perangkat lunak statistik SPSS menggunakan uji Independent Sample T-Test dan Mann-Whitney U. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan secara statistik antara kelarutan in vitro monetite dan carbonate apatite dalam larutan buffer Tris-HCl (p>0,05). Demikian, tidak ditemukan perbedaan signifikan pada kedua material saat direndam dalam larutan buffer asetat (p>0,05). Kesimpulan: Dari penelitian ini, diketahui bahwa baik monetite maupun carbonate apatite memiliki kemampuan larut dalam kedua jenis larutan buffer dalam waktu 7 hari. Monetite menunjukkan tingkat kelarutan yang lebih tinggi dibandingkan carbonate apatite pada kedua buffer. Selain itu, granul yang direndam dalam buffer asetat memiliki kelarutan yang lebih tinggi dibandingkan dalam buffer Tris-HCl.

Background: Natural bone grafts are used for bone grafting procedures; however, drawbacks of these materials are present. Synthetic grafts, including monetite and carbonate apatite, are valued for their availability and biocompatibility and are being studied for their suitability as proper bone graft materials. Monetite supports bone growth by enhancing osteoblast activity and balancing resorption with new bone formation, while carbonate apatite, similar in composition to bone, promotes osteoconductivity. Research on the material’s solubility under physiological and osteoclastic conditions have not been further analysed. Objective: To know the in vitro solubility of monetite granules and carbonate apatite granules within 7 days. Methods: 12 specimens of monetite and carbonate apatite granules with dimensions of 500-1000 micrometre were divided into 4 test groups based on type of granules and buffer solution. Analysis of the in-vitro solubility of the granules through calcium ion release is done with the use of ISE ion meter. Data were analysed using SPSS statistical software with Independent Sample T-Test and Mann-Whitney U tests. Results: There was no statistic significant difference between the in-vitro solubility of monetite and carbonate apatite in Tris-HCl buffer solution (p>0.05). Monetite and carbonate apatite immersed in acetate buffer solution also did not have a statistic significant difference (p>0.05). Conclusion: Based on the results, both of the materials show soluble capabilities in both buffer solutionswithin 7 days. Monetite had more solubility in both buffers compared to carbonate apatite. In comparison of the buffers, more solubility of the granules was found when immersed in acetate buffer than in Tris-HCl buffer."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iswin Hudiarto
"Sejak teknologi ATM diperkenalkan sebagai struktur transport untuk jaringan BISDN, sudah banyak arsitektur switch ATM yang diperkenalkam. Switch Knockout adalah salah satu jenis switch yang terkenal. Switch Knockout ini bebentuk jaringan satu tingkat dan menerapkan sistim antrian pada sisi keluaran. Dengan struktur seperti ini, unjuk kerja trafik dari dari switch Knockout sangat baik. Akan tetapi switch Knockout ini memerlukau begitu banyak elemen switch.
Pada skripsi ini akan dibahas bahwa banyakuya elemen switch tersebut dapat dikurangi dengan menambahkan buffer pada sisi masukan dari switch. Switch dengan buffer pada sisi masukan ini memiliki unjuk kerja trafik yang hampir sama dengan switch Knockout tanpa buffer masukan tetapi dengan banyaknya elemen switch yang lebih sedikit. Analisa unjuk keda trafik dari switch dengan buffer masukan ini dilakukan dengan model antrian M/G/1 dan Geom/Geom/1 dan kemudian dibandiugkan dengan switch Knockout biasa (tanpa buffer masukan)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S38863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Utami Dewi
"Tesis ini membahas pengaruh siklus bisnis terhadap capital buffer yang dikelola oleh bank-bank di Indonesia dengan menggunakan sampel bank konvensional pada periode 2003-2011 dengan menggunakan pertumbuhan GDP serta masa sebelum krisis, masa saat krisis dan masa sesudah krisis sebagai proxy siklus bisnis. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa siklus bisnis yang diproxikan dengan menggunakan pertumbuhan GDP memiliki pengaruh negatif terhadap capital buffer sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan countercyclical antara siklus bisnis dengan capital buffer dan diperoleh hasil bahwa bahwa penurunan capital buffer pada saat krisis paling besar dibandingkan dengan masa lainnya. Selain itu, dilakukan pembahasan juga mengenai faktor-faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap capital buffer yang terdiri dari capital buffer sebelumnya, pertumbuhan pinjaman, risiko bank, ukuran bank, jenis bank, biaya modal bank, dan akses ke pasar modal.

This thesis discusses the influence of business cycle to bank capital buffer in Indonesia using conventional bank in 2003-2011 as the sample. The GDP growth and before crisis period, crisis period and after crisis period are used as the proxy of business cycle. The study state that business cycle has negative influence to capital buffer, so it can be concluded that capital buffer react countercyclal to business cycle and the biggest capital buffer reduction occur during the crisis period. Besides that, this thesis also discusess other factors that influence the capital buffer, such as previous capital buffer, credit growth, bank risk profile, bank size, type of bank, direct cost of capital, and access to capital market.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42360
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Erlangga M.
"ABSTRAK
Sebagai institusi yang rapuh secara karena mentransformasi aset dan menjamin likuiditas deposannya, maka bank mengelola likuiditasnya termasuk untuk berjaga-jaga dalam menghadapi liquidity shock. Salah satu caranya adalah dengan memegang aset likuid berupa buffer likuiditas dalam jumlah yang cukup.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap likuiditas bank dalam bentuk buffer likuiditas. Penelitian dilakukan menggunakan model regresi berganda untuk menganalisis variabel¬variabel yang diteliti, dengan studi kasus pada PT Bank Syariah Mandiri pada periode tahun 2004-2006. Variabel dependen dalam penelitian adalah likuiditas bank berupa tingkat buffer likuiditas. Sedangkan variabel-variabel independen dalam penelitian adalah jumlah dana pihak ketiga, ketersediaan aset slap konversi menjadi kas, pertumbuhan pembiayaan (loan growth), akses pasar antar bank, kewajiban lancar dan keuntungan bank. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua variabel yang secara statistik signifikan terhadap tingkat buffer likuiditas bank yaitu dana pihak ketiga dan aset yang siap konversi menjadi kas. Dana pihak ketiga berpengaruh positif terhadap buffer likuiditas yang dimiliki bank dan ketersediaan aset yang siap dikonversi menjadi kas berpengaruh negatif dengan buffer likuiditas bank. Sedangkan variabel lain secara statistik tidak signifikan mempengaruhi tingkat buffer likuiditas bank.
"
2007
T 20675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>