Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hery Luthfi
"ABSTRAK
Di Indonesia khususnya di Pulau Jawa banyak peninggalan arkeologi baik berupa candi, arca, maupun peninggalan lain yang berasal dari periode Hindu-Buddha. Di Jawa peninggalan-peninggalan tersebut diduga berasal dari abad VIII-XV Masehi (Soekmono 1979: 457).
Salah satu bentuk peninggalan arkeologi yang banyak menarik perhatian para ahli adalah arca. Dalam makalahnya yang dituangkan dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi I, Edi Sedyawati menyatakan, arca adalah suatu benda yang dibuat oleh manusia dengan sengaja dan karena itu pembuatannya adalah untuk memenuhi tujuan tertentu, atau sesuai dengan tujuan tertentu. Oleh karena itu, ia terkait oleh makna-makna oleh fungsi-fungsi (Sedyawati 1977: 213).
Arca-arca dari periode Hindu-Buddha pada umumnya berbentuk arca dewa, arca binatang, dan arca setengah manusia setengah binatang. Selain dari segi bentuk, arca juga mempunyai berbagai macam ukuran atau seperangkat lambang-lambang yang merupakan alat ibadah (Sedyawati 1980: 47).
Sejalan dengan banyaknya penelitian tentang seni arca, Edi Sedyawati menyatakan, dalam studi_-studi mengenai arca kuna baik di India, Asia Tenggara, maupun Indonesia umumnya dianggap ada dua nilai yang terkait pada artefak ini, yaitu: a. Nilai ikonografis, yang menyangkut sistem tanda-tanda yang mempunyai fungsi sebagai identitas arca. b. Nilai seni, yang menyangkut unsur-unsur gaya yang penggarapannya menentukan indah buruknya arca sebagai ekspresi dorongan keindahan pada manusia (I980: 47-50)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S11807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Yohann Marshel Firstman
"Penelitian dilakukan terhadap penataan halaman percandian Buddha di Jawa Tengah bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk penataan halaman percandian Buddha di Jawa Tengah serta alasan dan pengaruh penataan halaman pada percandian Buddha di Jawa Tengah. Pendirian percandian Buddha di Jawa Tengah diketahui berkaitan dengan Dinasti Śailendra yang bercorak Buddhis dan berkuasa pada abad VIII-X Masehi. Percandian ini berfungsi sebagai tempat dilakukannya aktivitas keagamaan bagi umat pemeluk agama ataupun didirikan bagi kaum agamawan sebagai vihara. Fungsi yang demikian berkenaan dengan ragam bentuk penataan halaman pada masing-masing percandian Buddha di Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian arkeologi yakni pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, halaman percandian Buddha di Jawa Tengah memiliki karakteristik dan sifatnya masing-masing yang bertalian erat dengan aktivitas keagamaan pada percandian tersebut.

Research on understanding to see how the arrangement of the courtyard in Buddhist temples in Central Java aims to determine the forms of courtyard layout by looking at the characteristics found in Buddhist temples in Central Java. The establishment of Buddhist temples in Central Java is known to be closely related to the Śailendra Dynasty, which is known to have a Buddhist style, which ruled around the VIII-X centuries AD. This temple serves as a place for ritual rites for religious adherents to perform or is established for religious people as a monastery. This function is closely related to the arrangement of the courtyard which has various forms in each Buddhist temple in Central Java. The method used in this research is archaeological research methods, namely data collection, data processing, and data interpretation. Based on the research conducted, the Buddhist temple courtyard in Central Java has its own characteristics that are closely related to the religious activities of the temple."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vevi Ratna Sari
"Skripsi ini berisi tentang bentuk, hiasan, dan keletakan relung-relung candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah pada abad ke-8--10. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk, hiasan, dan keletakan relung-relung candi Hindu dan Buddha dan melihat persamaan dan perbedaannya, serta diharapkan dari penelitian ini menambah pengetahuan mengenai perbedaan fisik yang terdapat di candi Hindu dan Buddha. Dalam penelitian ini dilakukan pengidentifikasian relung-relung yang terdapat di candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah pads abad ke-8-10, balk itu berupa data lapangan maupun studi kepustakaaii. Hasr1 penelitian lapangan dan kepustakaan ini kemudian diklasifikasikan secara umum (bentuk, bingkai relung, dan hiasan), dan diklasifikasikan lagi berdasarkan kronologi relatif yang telah dilakukan oleh peneliti.-peneliti sebelumnya. Pada tahap pengolahan data, hasil klasifikasi tersebut dianalisis dengan cara perbandingan terhadap masing-masing relung Hindu, masing-masing relung Budhha dan perbandingan di antara keduanya untuk mendapatkan hasil akhir. Hasil penelitian menunjukkan dari 28 jenis relung Hindu dan enam belas jenis relung Buddha terdapat tujuh bentuk relung, yaitu bentuk empat persegi panjang, empat persegi panjang dengan puncak busur lemah, empat persegi panjang dengan puncak busur tinggi, empat persegi panjang dengan puncak segi tiga, empat persegi panjang dengan puncak seperti puncak huruf M, empat persegi panjang dengan puncak seperti puncak huruf M ganda, dan empat persegi panjang dengan puncak lengkung kurawal. Diketahtu bentuk yang dominan dari relung Hindu adalah bentuk empat persegi panjang, sedangkan untuk bentuk relung Buddha adalah empat persegi panjang dengan puncak busur lemah dan empat persegi panjang dengan puncak seperti puncak huruf M. Untuk hiasan relung, umumnya pada candi Hindu dan Buddha sama, yaitu hiasan kola-makara dengan lidah api atau pilaster. Keletakan yang paling umum pada relung Hindu adalah tiga relung utama yang masing-masing berada pada dinding luar bagian utara, selatan, dan timur atau barat sesuai dengan arah hadap candi dan dua relung penjaga yang masing-masing terletak di kanan-kiri pintu masuk, sedangkan pada relung Buddha setiap candi memiliki keletakan yang berbeda-beda dan umumnya berada di dalam bilik. Sehingga dapat dikatakan untuk membedakan relung Hindu dan Buddha tidak dapat dilihat dari bentuk dan hiasannya, tetapi dapat dilihat dari keletakan relung-relung tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12038
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Sulani
"Disertasi ini membahas konstruksi identitas agama Buddha wong Jawa Banyumasan di eks-Keresidenan Banyumas antara tahun 1965-1998. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah sosial dengan analisisnya menggunakan pendekatan strukturistik dari Christopher Lloyd dan teori konstruksi realitas sosial Berger dan Luckmann. Perubahan identitas pengikut aliran kepercayaan menjadi umat Buddha, terjadi setelah Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama dan setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965. Latar belakang, penerapan, dan penanganan dua peristiwa tersebut berkaitan dengan dinamika aliran kepercayaan yang terstigma komunis, “bukan agama”, “belum beragama”, dan yang praktik keagamaannya dianggap menyimpang. Namun, peristiwa Gerakan 30 September 1965 menjadi alasan terjadinya perubahan identitas tersebut. Atas alasan identitas budaya leluhur, sebagian wong Jawa Banyumasan mengubah identitas dari pengikut aliran kepercayaan menjadi umat Buddha sebagai hasil interaksi struktur kewajiban beragama dengan agen dan mentalit�, yang berpengaruh pada perubahan sosiokultural wong Jawa Banyumasan menjadi wong Jawa Buddha Banyumasan. Perubahan sosiokultural yang mencakup sistem religi, pendidikan, dan perkawinan tersebut merupakan hasil interaksi dan pembauran antara budaya agama Buddha dengan budaya Jawa.

This dissertation discusses the construction of Banyumasan Javanese Buddhist identity in the ex-Keresidenan Banyumas between 1965-1998. This social history research uses a structurist approach from Christopher Lloyd and social reality construction theory from Berger and Luckmann as tools for analysis.The change in the identity of followers of religious beliefs to become Buddhists occurred after Presidential Decree No. 1 of 1965 concerning the Prevention of Misuse and/or Blasphemy of Religion and after the 30 September 1965 Movement. The two incidents' background, application, and handling related to the dynamics of beliefs stigmatized as communist, "non-religious," "not yet religious," and whose religious practices are considered deviant. However, the events of the 30 September 1965 Movement became the reason for this change in identity. For reasons of ancestral cultural identity, some Banyumasan Javanese changed their identity from adherents of religious beliefs to Buddhists due to the interaction of the structure of religious obligations with agents and mentality, which affected the sociocultural changes of Banyumasan Javanese to Banyumasan Buddhist Javanese. The socio-cultural changes, which include the system of religion, education, and marriage, result from interaction and assimilation between Buddhist and Javanese cultures."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library