Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andaru Pramudito
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S8258
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budiana Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK
Tari Roa Mu'u merupakan salah satu jenis kesenian tradisional pada masyarakat Sikka di Kabupaten SIkka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang terancam punah. kehadiran agama Katolik telah turut mereduksi peranan adat-istiadat karena masyarakat tidak perlu menyelenggarakan pernikahan tradisional, tetapi cukup dengan pemberkatan perkawinan di gereja. Untuk itu diperlukan peranan pemerintah daerah dan pengurus gereja Katolik.

Permasalahan penelitian dalam tulisan ini adalah: (1) Upaya apa yang dilakukan pemerintah daerah untuk melestarikan tari tari Roa Mu'u?; (2) Bagaimana peranan gereja Katolik terhadap adat dan tradisi masyarakat Sikka, termasuk pelestarian tari tari Roa Mu'u? Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam melestarikan tari tari Roa Mu'u, serta mengetahui upaya gereja Katolik dalam berasimilasidengan adat dan tradisi masyarakat SIkka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Sikka telah melakukan revitalisasi kesenian melalui fasilitas, festival,s erta pendidikan di sekolah, tetapi belum melalui jalur agama. Dari sisi peranan gereja, berdasarkan Konsili Vatikan II, pihak gereja Katolik tidak diperkenankan menolak upacara pernikahan tradisional pada masyarakat Sikka. Adapun dalam tradisi masyarakat Sikka, penyerahan belis dan pementasan atri tari Roa Mu'u merupakan simbol untuk menghormati wanita. Oleh sebab itu, pemberkatan perkawinan di gereja Katolik dapat diasimilasikan dengan upacara perkawinan tradisional pada masyarakat SIkka.
Denpasar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2017
902 JPSNT 24:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Milyartini
Abstrak :
Tesis berjudul MBKNA KEBERADAHN MUSIK MINIMLLIS DALAM M SYARAKAT TEKNORRASI AMERIKA TAHUN 1960AN berupaya untuk mengungkap dualisme atau sifat paradoks yang terdapat dalam musik minimalis, yakni sebagai bagian dari budaya tending (counter culture) dan sebagai bagian dari arus budaya utama (the mainstream culture) Mengapa musik minimalis menunjukkan sifatnya yang paradoks? Kajian ini dilakukan karena pada tahun 196Oan, kehadiranmusik minimalis mendapat perlawanan keras dari komposer di lingkungan akademik terutama dari kelompok serialis and aleatorik, maupun media masa. Musik minimalis dianggap radikal, tidak manusiawi, estetika facisme and lain-lain. Hal ini terjadi karena konsep musik minimalis menimbulkan perasaan yang seolah-olah melawan kinginan untuk berpikir. Efek demikian memang diinginkan oleh komposer minimalis terutama La Monte Young and Terry Riley, karena mereka memang ingin menciptakan musik yang dapat menimbulkan perasaan transenden. Fenomena transenden ini menarik untuk dakaji lebih lanjut mengingat pada tahun l96Oan, terdapat kecenderungan dari kaum muda Amerika untuk mencari pengalaman transenden melalui penggunaan bius, mempelajari ritual dafi timur , dan hal-hal magis lainnya. Adakah keterkaitan fenomena transenden pada musik minimalis dengan fenomena transenden pada kebudayaan tanding (counter culture) yang ditunjukkan oleh kaum muda Amerika pada tahun 196Oan? Untuk menjawab pertanyaan ini digunakan teori tentang mitos kesadaran objektif dalam masyarakat teknokrasi Amerika yang dikemukakan oleh Theodore Roszak. Teori tersebut digunakan karena menurut Roszak timbulnya upaya untuk mencari pengalaman transenden dikalangan kaum muda Amerika pada tahun 196Oan, terjadi karena dominasi pemikiran rasional and objektif sebagai bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Amerika, telah memasuki batas wilayah perasaan manusia yang bersifat subjektif. Akibatnya timbul tekanan-tekanan psikologis, sehingga manusia berupaya mencari sarana lain di luar tradisi kebudayaannya, yang dapat menyeimbangkan kembali kebutuhan spiritualnya. Setelah dilakukan kajian pusataka dan rekaman musik, diperoleh informasi yang menunjukkan bahwa musik minimalis merupakan bagian dari budaya tanding yang berupaya mengingatkan manusia akan keberadaan dimensi lain yang tidak bersifat rasional dan hanya dapat dipahami kehadirannya melalui kepekaan perasaan manusia. Komposer minimalis berupaya mengganti otoritas konsep musik yang lama, dengan konsep barn yang dapat memberikan alternatif pengalaman batin dan menciptakan hubungan antar manusia yang lebh manusiawi. Selain itu diperoleh juga jawaban bahwa musik minimalis merupakan bagian dari kebudayaan utama (masyarakat teknokrasi), karena dalam menciptakan musik minimalis, para komposer menggunakan pertimbangan sains dan teknologi, serta melalui Cara yang sangat ilmiah. Berdasarkan temuan tersebut diambil kesimpulan bahwa keberadaan musik minimalis dalam kehidupan masyarakat teknokrasi Amerika tahun 1960an, sesungguhnya merupakan bentuk kompromi komposer terhadap sistem masyarakat teknokrasi. Upaya untuk mengubah dominasi pemikiran rasional dalam budaya utama tidak mencapai sasarannya karena mereka bekerja dengan Cara yang rasional.
Abstract
Thesis ?THE MANING OF MINIMBL MUSIC EXISTENCE IN AMERICAN TECHNOCRACY 1960S" tried to analyze the paradox of American minimal music as a part of counter culture and also as a part of the mainstream culture especially the technocracy society. Why minimal music in the sixties seemed paradox? This is the main question of the thesis. The background of this thesis come from the reality that minimal music in the sixties is accused as radical, dehumanized, artistic nihilsm, aesthetic fascism,m, by the academic composer ( serialist and aleatoric composer), and also by mass media. This comment was coming up to the composer, because the effect of their musical concept, tend to deny the listeners intellectuality. Actually, this phenomena is what the composer desired, because minimal music, according to La Monte Young and Terry Riley, is meditative or transcendental music. It is interesting to know, is there any relationship between the transcendental phenomena in minimal music with the transcendental phenomena of American Youth Culture in the sixties (part of counter culture)? The framework used to answer this question is based on the theory about ?the myth of objective consciousness? from Theodore Roszak. He argument that the youth culture phenomena especially the transcendental experience, is happened because ??there is one way of gaining access to reality - so the mvth holds - and this is to cultivate a state of consciousness cleaned of all subjective distortion, all personal involvement. What flows from this state of consciousness qualifies as knowledge, and nothing else does." (Roszak,1968:208). This domination was pressing psychologically to the people, so they tried to look for another way to gain spiritual experience, not from their cultural tradition, to cover their spiritual needs. Through research from the literature, and analysis minimal music itself, such information was gained, and there were indication that proved minimal music as a part of counter culture. By minimal music, the composer tried to remind people about another reality which is not rational and could be perceived only through human feeling. Another point is, the composer like to offer the new concept in music as a spiritual experience and as a place to improve the human relation more human. On the other hand there also information that minimalism is a part of the mainstream culture, because the way, how the composer create minimal music, indicated what Roszak said about technocracy and the myth of objective consciousness. They are art off American technocracy that justifies themselves by science and technology. Based on all of these information , we can conclude that the meaning of minimal music existence in American technocracy l960s, is a conformity of the composer to the system.
2001
T4829
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldis Shanahan Raiputra
Abstrak :
Majalah Aktuil terbit pertama kali pada tahun 1967 di Bandung, di prakarsai oleh anak-anak muda pecinta musik yang bercita-cita mendirikan sebuah majalah. Inspirasinya datang dari majalah-majalah musik Belanda yang beredar di Indonesia saat itu, seperti Pop Foto dan Actueel. Kedua majalah tersebut membawa ekses budaya tanding dari tulisan-tulisannya, akibat dari tren hippies yang mendunia. Akibatnya, Aktuil pun menjadi sarana budaya tanding berkembang di Indonesia. Apalagi, di Indonesia sendiri telah tumbuh jurang generasi yang datang dari perbedaan aspirasi dan kegagalan komunikasi antara anak muda dan orangtua, mirip dengan latar belakang hippies di Amerika Serikat. Aktuil, yang didirikan oleh anak muda untuk anak muda menjadi oase dalam polemik generation gap, dengan membawa sebuah budaya tanding yang membantu anak muda mendefinisikan dirinya sendiri dan lepas dari ekspektasi orangtua.
Aktuil magazine was first published in Bandung in 1967, initiated by music loving youths whose dreams were to establish a magazine. The inspiration came from Dutch music magazines which available in Indonesia at that time, such as Pop Foto and Actueel. Both magazine brought counter culture excess from their articles, influenced by hippies trend which was a big hit around the world. As a consequence, Aktuil, too, became a device for counter culture to blossom in Indonesia. Particularly because a generation gap, generated from aspiration contrariety and communication fiasco between the parents and the youths, was apparent around the nation, similar to what had happened before hippies in United States. Aktuil, made by youths for youths became an oasis in generation gap polemic by propagating counter culture which help the youths defined themselves and got out from the parents rsquo expectations.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S68148
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putrawan Yuliandri
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas, praktik resistensi dalam wacana lirik lagu grup musik metal Purgatory. Dengan menggunakan paradigma kritis, kemudian mengintegrasikan pada kajian budaya kritis ke dalam proses komunikasi politik. Musik metal dinilai sebagai medium komunikasi maupun bentuk budaya subkultur yang dapat dipandang sebagai medium resistensi yang penting, baik secara budaya maupun politik. Tesis ini menemukan, narasi hegemonik Barat terhadap Islam, yang selalu dikaitkan dengan wacana sentimen negatifnya, direspon sekaligus dilawan balik counter-hegemoni oleh wacana lirik lagu Purgatory. Diskursus yang membentuk wacana lirikal Purgatory yang resisten itu dibingkai oleh beragam konteks diskursus Islam dan Barat yang terjadi di masa lalu baik dalam konteks global maupun saat ini dalam konteks Indonesia. Runtuhnya rezim represif Orde Baru, menghadirkan fenomena ledakan Islam di arena politik dan kebudayaan. Dengan ditandai oleh maraknya simbol-simbol keagamaan di ruang publik, peningkatan religiusitas pribadi serta perkembangan lembaga-lembaga Islam dan gaya hidup baru. Beragam praktik diskursus ini pada gilirannya membentuk sebuah proyeksi identitas Islam yang lebih cair dan lebih moderat, sebagai bagian dari tantangan umat muslim dalam menghadapi sekularisasi modernitas Barat. Tesis ini berhasil menemukan, bahwa wacana musik metal Islam yang disuarakan oleh Purgatory menjadi sarana dalam membentuk identitas, kohesi sosial, sampai dengan politik kebudayaan religius Islam dikalangan subkultur musik metal di Indonesia.
ABSTRACT
This thesis explains a resistance practice found in the song lyrics discourse of an Indonesian metal band called Purgatory. A critical paradigm, alongside with cultural studies and political communication, is used to dissect the problem. Metal music is considered as a communication media or a sub culture form that can also be seen as an important resistance medium, not only culturally but also politically. The research founds that a common narrative of a Western hegemony that has always been associated with its negative sentiment, was responded the other way around by Purgatory. A discourse that forms a narrative resistance in the song lyrics from Purgatory is framed with many Islamic and Western discourse which were happened in the past, globally or in Indonesia only. The collapse of the New Order regime brought a huge Islamic phenomenon in political and culture circle. Religious symbols appears in an open public space, personal religious rsquo lawfulness arises, new lifestyle comes up, and the emergence of Islamic institutions. These various political practices will get its own turn to form a projection of a more balanced Islam identity as a part of Moslems rsquo challenges to face the modern Western secularization. The research also founds that an Islamic metal music vocalized by Purgatory happens to be a tool to form identity, social cohesion, and even the culture of Islamic political amongst metal music subculture in Indonesia.
2017
T46880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library