Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yiu Cen
Abstrak :
Komunitas penggemar budaya populer Jepang adalah salah satu komunitas fandom yang aktif dalam memproduksi produk budaya baru berdasarkan interpretasi mereka mengenai budaya Jepang. Di Indonesia, kebutuhan untuk berinteraksi dan berekspresi sebagai penggemar menyebabkan terselenggaranya konvensi atau festival bertema budaya populer Jepang yang dikenal dengan sebutan “event Jejepangan”. Mangga Dua Square, sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, telah konsisten memberikan ruang berekspresi untuk komunitas penggemar budaya populer Jepang sejak tahun 2015, dan banyak komunitas “event Jejepangan” yang lahir di sana. Pada tahun 2022, Mangga Dua Square memberikan nama Mangdu J-Pop Zone untuk menyebut konvensi budaya populer Jepangnya. Seluruh pengumuman event, poster publikasi, dan interaksi secara daring antara komunitas dan penyelenggara event dilakukan melalui akun media sosial Instagram @mangdujpopzone. Tugas akhir ini membahas bagaimana praktik pemberian ruang untuk berekspresi bagi komunitas “event Jejepangan” dilakukan oleh penyelenggara konvensi budaya populer Jepang Mangdu J-Pop Zone dan bagaimana persepsi komunitas “event Jejepangan” terhadap praktik pemberian ruang ekspresi tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan dengan dua metode, yaitu observasi media sosial dan wawancara dengan komunitas “event Jejepangan”. Penelitian ini menemukan bahwa terjalin hubungan mutualisme antara Mangdu J-Pop Zone dan komunitas “event Jejepangan”. Mangga Dua Square menyediakan ruang berekspresi untuk komunitas melalui Mangdu J-Pop Zone dan komunitas mempromosikan dan mengonsumsi produk yang ada di Mangga Dua Square. ......The Japanese popular culture fan community is one of fandom communities that is active in producing new cultural products based on their interpretations of Japanese culture. In case of Indonesia, they organize Japanese popular culture-themed conventions or festivals known as "event Jejepangan" (Japanese culture events) to interact and express themselves as fans. Mangga Dua Square, a shopping mall in Jakarta, has consistently been providing a space for the Japanese popular culture fan community to express themselves as fans since 2015, and many "event Jejepangan" communities have been born there. In 2022, Mangga Dua Squaregave the name Mangdu J-Pop Zone to refer to its Japanese popular culture convention. All publications of the event announcement, posters, and online interactions between the community and event’s organizer are done through Instagram account, @mangdujpopzone. This research discusses how the practice of providing space for expression for the "event Jejepangan" community is carried out by the organizers of the Mangdu J-Pop Zone Japanese popular culture convention. Furthermore, it also tries to find how the "event Jejepangan" community perceives such practices by the event organizer. This qualitative research uses social media observation and interviews with the "event Jejepangan" community as methods. The findings show a mutual relationship between Mangdu J-Pop Zone and the "event Jejepangan" community. Mangga Dua Square offers an expression space for the community through Mangdu J-Pop Zone and in return, the community promotes and consumes products in Mangga Dua Square.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kartiko Paksi Utomo
Abstrak :
Anime Jepang merupakan salah satu produk budaya populer Jepang yang mengubah gambaran negara Jepang menjadi negara yang dianggap memiliki budaya yang menarik di mata negara lain. Anime Jepang pertama kali ditayangkan di televisi Indonesia sejak tahun 1962. Saat ini meskipun penayangan anime Jepang di televisi Indonesia tidak sebanyak pada tahun 1990-an, melalui film layar lebar, majalah, internet, dan berbagai media lainnya anime Jepang masih digemari di Indonesia. Tugas akhir ini akan membahas mengenai aspek mediascapes dalam penyebaran anime Jepang di Indonesia melalui berbagai macam media. Penelitian ini menggunakan teori globalisasi Arjun Appadurai dengan memfokuskan pada aspek mediascapes. Analisis dilakukan dengan pemaparan media-media yang menyebarkan anime Jepang di Indonesia. ...... Japanese anime is an example of Japan popular culture which changed Japan image into a country that have a culture that is considered attractive in the eyes of other countries. Japanese anime first aired in Indonesian television since 1962. Even though Indonesia television did not air many Japanese anime after 1990s, through movie theatre, magazine, internet, and various other media, Japanese anime still popular in Indonesia. This final project will discuss about the aspects of mediascapes on the dissemination of Japanese anime in Indonesia through various media. This study uses the theory of globalization from Arjun Appadurai by focusing on the aspects of mediascapes. The research will be carried out by presenting various media that disseminate Japanese anime in Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bergas Fadhil Widyadhana
Abstrak :
Serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945 merupakan sebuah peristiwa yang cukup berpengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Jepang. Gambaran peristiwa tersebut masih banyak ditemukan dalam kehidupan di Jepang, termasuk dalam media populer seperti anime dan manga. Anime yang berupa animasi dan manga yang berupa komik merupakan hal yang dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat Jepang dan seringkali dinilai identik dengan sifat imut. Akan tetapi, anime dan manga tetap dapat merefleksikan realita peristiwa tersebut serta sikap masyarakat Jepang terhadap peristiwa tersebut, hal itulah yang ingin ditemukan dalam penelitian ini. Budaya populer seperti keduanya dapat merefleksikan realita dan kerangka geopolitik suatu negara, dan dalam fokus penelitian ini adalah sikap anti-perang dan dukung perlucutan senjata nuklir. Hal tersebut dapat dipelajari lewat geopolitik populer yang merupakan studi bagaimana media menyebarkan nilai atau ide seperti batas atau ancaman negara terhadap khalayak penontonnya. Nilai yang dibawa tersebut merupakan realita kerangka geopolitik yang dapat ditemukan di antara masyarakat dan pemerintah Jepang sehingga manga dan anime dapat memberikan refleksi representasi geopolitik Jepang. Penelitian ini menggunakan studi geopolitik populer dan studi semiotika untuk membedah refleksi nilai pasifisme dan anti-persenjataan nuklir Jepang yang dapat ditemukan dalam berbagai anime dan manga pasca-perang. Ditemukan bahwa manga dan anime dapat merefleksikan kerangka pasifis geopolitik Jepang serta menyorot perkembangan visi geopolitik tersebut. Manga dan anime yang berasal dari generasi perang menunjukkan penderitaan dan tragedi bom atom secara detil dan manga dan anime dari generasi pasca perang mengambil pendekatan sentimen anti-perang dan anti-persenjataan nuklir yang lebih pasif dan tidak kritis. Hasil termuan tersebut menunjukkan posisi pasifis netral geopolitik pasca perang Jepang yang terepresentasikan dalam manga dan anime. ......The Atomic bomb attack on Hirsohima and Nagasaki in 1945 is an event that left a big impact on the life of society and the state in Japan. Depictions of the event are still widely found in Japanese life, including in popular media such as anime and amnga. Anime or animation and manga or comic are things that are enjoyed by various groups of Japanese society and are often considered synonymous with cuteness. However, anime and manga can still reflect the reality of that event and the attitude of the Japanese society towards it, this is what this research wants to find. Popular culter like manga and anime can reflect the reality and geopolitical framework of a country, and in this research focus is anti-war attitude and support for nuclear disarmament. his can be studied through popular geopolitics which is the study of how the media spreads values or ideas such as state boundaries or threats to its audience. The value that is brought is the reality of the geopolitical framework that can be found among the people and government of Japan so that manga and anime can provide a reflection of Japan's geopolitical representation. This research uses popular geopolitical studies and the semiotic approach to look at the reflection of Japanese pacifism and anti-nuclear weapons attitudes that can be found in post-war anime and manga. It was found that manga and anime can both reflect Japan's geopolitical pacifist framework and highlight the development of their geopolitical vision. Manga and anime from the war generation show the agony and tragedy of the atomic bomb in detail and manga and anime from the post war generation take a more passive and uncritical approach to anti-war and anti-nuclear weapons sentiments. The findings show that postwar geopolitically neutral pacifist positions of Japan are represented in manga and anime.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azimah Mardhiah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan penggambaran wacana kebahagiaan perempuan dalam anime Kaguya Hime no Monogatari (2013) dengan mengaplikasikan teori kebahagiaan oleh Sara Ahmed (2010) di dalam analisis. Hasil penelitian menemukan bahwa anime Kaguya Hime no Monogatari menggambarkan wacana kebahagiaan sebagai sebuah naskah dengan serangkaian syarat mencakup lokasi, status sosial, penampilan dan perilaku, serta pernikahan yang harus perempuan penuhi untuk menjadi bahagia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun mengkritik wacana kebahagiaan normatif, pada dasarnya anime tersebut tetap mengimplikasikan gaya hidup konservatif adalah pilihan yang lebih 'aman' bagi perempuan Jepang. Hal itu menjadi penegasan terhadap temuan studi-studi terdahulu bahwa media populer Jepang cenderung mempromosikan jalur hidup konservatif sebagai cara terbaik dalam mencapai kebahagiaan perempuan. ......This research aims to reveal the portrayal of women's happiness in anime Kaguya Hime no Monogatari (2013) by making use of the happiness theory by Sara Ahmed (2010) as an analysis tool. Results have shown that Kaguya Hime no Monogatari portrays happiness as a script with a set of conditions including location, social status, appearance, behavior, and marriage; all of which women must fulfill in order to be happy. This study concludes that despite its criticism of the idea of normative happiness, said anime essentially implies that a conservative lifestyle is the 'safer' choice for Japanese women. This reinforces previous findings that Japanese popular media tend to promote the conservative life course as the best way to achieve female happiness.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Gde Pratiwi Mayasari
Abstrak :
ABSTRAK
Ameba Pigg adalah media sosial Jepang berbentuk dunia virtual. Walaupun diciptakan dengan basis budaya Jepang, terdapat orang-orang Indonesia yang tinggal di dalamnya. Dengan adanya perbedaan budaya tersebut, penelitian ini mencoba untuk memahami bagaimana identitas budaya yang ditunjukkan, bagaimana proses terbentuknya dan hal-hal apa yang berkontribusi dalam proses tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dilakukan dengan metode etnografi virtual, didukung wawancara mendalam terhadap tiga orang informan yang telah tinggal bertahuntahun di Ameba Pigg, serta menggunakan teknik analisis tematik. Hasil dari penelitian ini adalah terjadi hibriditas antara budaya Jepang dan Indonesia di dalam identitas budaya para informan yang tersebut terbentuk melalui proses adaptasi budaya. Dalam proses tersebut ada tiga hal yang paling berkontribusi: motivasi, makna Ameba Pigg bagi informan, serta konsumsi budaya populer Jepang informan.
ABSTRACT
Ameba Pigg is a Japanese social media which takes form as a virtual world. Although it was created within the basis of Japanese culture, there are Indonesian people who live in it. With the cultural gap existed between them, this research aims to understand the cultural identity shown by informants, the becoming process of the identity, and things contributed in that process. This research is a qualitative research, done by virtual ethnography and supported with in depth interview method towards three informants who live in Ameba Pigg for years, also using thematic analysis method. The result of this research is a finding of a hybridity between Japanese and Indonesian culture in informants’ identity which is formed by a process of cultural adaptation. In the process, there are three things contributed the most: motivation, the meaning of Ameba Pigg for informants, and the consumption of Japanese popular culture by informants.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library