Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulfah Fajarini
"Disertasi ini menelaah mengenai ketaatan dan Coping Mechanism terhadap pembatasan gerak perempuan di rumah tangga. Para perempuan tersebut tergabung dalam Majelis Taklim Jam?iyyat al Nisa (MTJN). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan para perempuan ke MTJN untuk menghindar dari kehidupan rumah tangga yang menekan, bertemu dengan banyak teman yang senasib, dapat sharing, serta melakukan aktivitas yang ?menyenangkan? seperti ikut kampanye-kampanye parpol atau pilkada, mendapat baju muslim, piknik gratis serta bergosip yang terkadang menjatuhkan nama baik suami. Pergi ke MTJN tidak menyelesaikan masalah rumah tangga mereka, dan merekapun tidak ingin menggugat cerai, karena kondisi menjadi ?janda? mendapat stigma buruk atau cemoohan sosial di masyarakat Tangerang yang berbudaya patriarki. Sebagian besar jemaah menggunakan majelis taklim secara absah sebagai coping mechanism, pelepas penat dan stres yang diakibatkan oleh kehidupan rumah tangga budaya patriarki - khususnya dalam hal hubungan suami-istri yang menekan.

This dissertation analyzes the obedience and coping mechanism under the restriction of women?s role in domestic sphere. These women are members of Jam?iyyat al-Nisa Assembly of Muslim (Majelis Taklim Jam?iyyat al-Nisa ? MTJN). This research is conducted using qualitative method, namely direct observation and in-depth interview. The result of the research shows that these women join MTJN to get away from their repressing domestic life, to meet friends with the same experience, to share their stories, and to do ?fun? activities like joining the campaign of political parties or local elections, getting Islamic clothing and free picnic, as well as gossiping which some times could lead to the embarrassment of their husband. Going to MTJN does not solve their problems, but they are not going to file for a divorce for afraid of the negative "stigma" of becoming a widow or the social mockery which is common in the Tangerang patriarchal society. Most of Jam?iyyat al-Nisa members use the assembly of Muslim as their legitimate coping mechanism and stress release particularly in the subordinate husband-wife relationship.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
D1342
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hafidza Cika Sadewinta
"Penelitian ini mengkaji stigma budaya patriarki yang muncul dalam tiga cerita pendek
karya Eka Kurniawan, yaitu Lesung Pipit, Dongeng Sebelum Bercinta, dan Kutukan
Dapur. Ketiga cerita pendek tersebut menunjukkan stigma budaya patriarki yang
dibangung melalui relasi laki-laki dan perempuan dalam pernikahan, pernikahan yang
dipaksa, dan relasi ayah-anak perempuan. Ketiga karya tersebut memiliki masalah yang
berhubungan dengan stigma budaya yang muncul karena langgengnya budaya patriarki
dan berkaitan erat dengan pengambilan sikap tokoh-tokoh perempuan untuk melawannya.
Ketiga masalah tersebut berhubungan dengan konstruksi masyarakat dalam budaya
patriarki, bahwa peran perempuan seharusnya berkuasa pada ranah domestik (dapur dan
tempat tidur), permasalahan ayah-anak, dan keperawanan yang dijaga sebelum menikah.
Ketiga cerpen tersebut menunjukkan adanya stigma budaya patriarki yang mengopresi
perempuan. Dengan demikian permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap
perlawanan yang tunjukkan oleh para tokoh perempuan di dalam ketiga cerpen
membebaskan diri dari stigma budaya patriarki. Dalam penelitian menggunakan konsep
budaya patriarki untuk memaparkan represi yang diterima oleh ketiga tokoh perempuan
dalam ketiga korpus. Konsep seks dan gender digunakan untuk menjabarkan posisi
perempuan dan perannya dalam ranah domestik yang didominasi budaya patriarki. Yang
terakhir adalah konsep stigma budaya yang menjadi pembahasan utama dalam penelitian
untuk menjabarkan ketiga tokoh perempuan yang terjebak di dalamnya. Dalam ketiga
cerita pendek, Eka Kurniawan menggunakan perspektifnya sebagai laki-laki dalam
menempatkan tokoh-tokoh perempuan. Ketiganya ditempatkan dalam posisi yang
tertindas, sehingga membutuhkan alasan lebih untuk mengambil kuasa atas dirinya
sendiri. Sikap yang ditunjukkan oleh ketiga tokoh perempuan tersebut dapat dimaknai
sebagai pembebasan diri dari stigma-stigma yang muncul pada masyarakat berbudaya
patriarki. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan dengan budaya
patriarki dengan stigma, budaya patriarki dengan pernikahan, dan budaya patriarki
dengan sikap-sikap yang diambil oleh tokoh perempuan untuk merebut kembali
kekuasaan atas diri dan tubuhnya.

This study examines the stigma of patriarchal culture that appears in three short stories by
Eka Kurniawan. Entitled Lesung Pipit, Dongeng Sebelum Bercinta, and Kutukan Dapur.
The three short stories show the patriarchal cultural stigma that is built through male and
female relationships in marriage, forced marriages, and father-daughter relationship. All
three have problems related to the cultural stigma that arises because of the patriarchal
cultures longevity and it closely pushing women to fight against it. These three problems
are related to the construction of society in patriarchal culture, that the role of women
should be in power in the domestic sphere (kitchen and bed), father-daughter problems,
and virginity that is guarded before marriage. The three short stories show the patriarchal
cultural stigma oppresses women. Thus the problem in this study is how the resistance
shown by female leaders in the three short stories free themselves from the stigma of
patriarchal culture. In research using the concept of patriarchal culture to describe the
repression received by the three female figures in the three corpus. The concepts of sex
and gender are used to describe the position of women and their role in the domestic
sphere which is dominated by patriarchal culture. The last is the concept of cultural
stigma which is the main discussion in the study to describe the three female leaders who
are trapped in it. In the three short stories, Eka Kurniawan uses his perspective as a male
in placing female characters. All three are placed in an oppressed position, so they need
more reasons to take power over themselves. The attitude shown by the three female
leaders can be interpreted as freeing themselves from the stigmas that arise in patriarchal
culture. Thus, it can be concluded that there is a relationship with patriarchal culture with
stigma, patriarchal culture with marriage, and patriarchal culture with attitudes taken by
female figures to regain power over themselves and their bodies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T54613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ninawati Syahrul
"Masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana status dan peran perempuan yang terefleksi dalam novel Belenggu? Apa penyebab permasalahan ? bagaimana cara menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh perempuan? Penelitian inibertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan permasalahan yang dialami oleh perempuan terkait dengan perannya dengan tinjauan feminisme. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif interpretatif dengan pendekatan feminisme.Data analisis berasal dari studi pustaka, yakni berupa teks narasi dan dialog antartokoh dalamnovel Belenggu. Teknik pengumpulan data berupa studi pustaka dengan cara menyimak dan mencatat pokok persoalan yang akan diurai. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis naratif. Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, peran perempuan masih sebatas ruang publik dan domestik, seperti sebagai pengurus organisasi perempuan di bidang publik dan sebagai ibu rumah tangga di bidang domestik. Kedua, persoalan konstruksi gender yang merugikan pihak perempuan. Ketiga, permasalahan perempuan sebagai akibat perbedaan budaya patriarki yang menguntungkan laki-laki dan konstruksi gender yang menempatkan perempuan di bawah harkat atau tidak sejajar dengan laki-laki. Keempat, sikap perempuan yang lemah dan takluk terhadap permasalahan yang dihadapi dengan cara melarikan diri dari kemelut kehidupan.

The problem studied in this study was how the status and role of women were reflected in the Shackles’ novel? What weree the causes of problems? how were to solve the problems experienced by women solved? This study aimed to describe and interpret the problems experienced by women related to their role in the review of feminism. This study uses a qualitative interpretive method of interpretation with a feminist approach. Analysis data came from the literature study,the narrative text, and inter-figure dialogue in the novel Shackles. Data collection technique in the form of literature study by listening and recording the main issues e decomposed. Data analysis techniques used narrative women was still limited to public and domestic space, such as as managers of women's organizations in public and the household in domestic. Second, the issue of gender construction harmed women. Third, the issue of women as the cause of differences in patriarchal culture benefited men and gender construction. This issues also placeed women under dignity or not in line with men. Fourth the faint and subdued attitude of women to the problems faced by escaping ?the messing life"
ambon: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2020
400 JIKKT 8:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Awalia Kamila
"Skripsi ini membahas seputar informasi mengenai perempuan yang terdapat dalam suatu berita di salah satu portal berita online Kompas.com. Pada skripsi ini, peneliti hanya fokus pada salah satu kanal pada portal tersebut yaitu kanal Female Kompas.com yang menjadi bahan penelitian. Peneliti berusaha menganalisis isi informasi mengenai perempuan pada sebagian berita di kanal Female Kompas.com dalam suatu periode dan dikaitkan dengan konsep budaya patriarki yang dapat mewakili eksistensi kaum perempuan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana informasi mengenai perempuan yang berkaitan dengan budaya patriarki pada berita di kanal Female Kompas.com. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis isi. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kontradiksi antara informasi mengenai perempuan dalam berita dengan konsep budaya patriarki dari keseluruhan berita yang diteliti.

This thesis discusses information about women who were found in a news at one news portal online Kompas.com. In this thesis, researchers only focus on a canal is namely Kompas.com Female. Researchers trying to analyze the contents of information on women in some news in Kompas.com Female canal in a period of and assoociated with the concept of patriarchal culture that can represent existence of women.
The purpose of this research is to identify how information about women pertaining to patriarchal culture on the news in Kompas.com Female canal. This research used the quantitive approach with the contents analysis method. The conclusion of this thesis shows that there is a contradiction between information about women on news with the concept of patriarchal culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S70121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asya Nabila Sekar Putri
"Penelitian ini membahas pengaruh budaya Minahasa terhadap tokoh utama dalam Terbangnya Punai karya Marianne Katoppo. Keterpengaruhan budaya Minahasa terlihat melalui sifat, sikap, dan perilaku tokoh utama. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan budaya Minahasa yang memengaruhi tokoh utama dalam Terbangnnya Punai karya Marianne Katoppo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis, yaitu dengan cara menguraikan fakta-fakta yang terdapat dalam Terbangnya Punai. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Terbangnya Punai karya Marianne Katoppo. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka. Konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi sastra, budaya mapalus, falsafah Si Tou Timou Tumou Tou, gender, dan budaya patriarki. Hasil analisis mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh budaya Minahasa terhadap tokoh utama, yaitu budaya mapalus, falsafah Si Tou Timou Tumou Tou, gender, dan budaya patriarki. Pengaruh budaya mapalus terhadap tokoh utama terlihat pada karakter disiplin, kerja keras, dan kesetiakawanan sosial. Pengaruh falsafah Si Tou Timou Tumou Tou terhadap tokoh utama terlihat pada karakter betumbuh, mandiri, dan memiliki rasa percaya diri. Pengaruh budaya Minahasa terhadap tokoh utama yang terakhir adalah kesetaraan gender dalam budaya Minahasa dan budaya patriarki.

This study discusses the influence of Minahasa culture on the main character in Marianne Katoppo's Terbangnya Punai. The influence of Minahasa culture is seen through the nature, attitudes and behavior of the main characters. This study aims to describe the Minahasa culture that influenced the main character in Marianne Katoppo's Terbangnya Punai. The method used in this research is the description analysis method, namely by outlining the facts contained in Terbangnya Punai. The data used in this study is Marianne Katoppo's Terbangnya Punai novel. The data collection used in this study is the literature study method. The concepts and theories used in this research are literary sociology, mapalus culture, Si Tou Timou Tumou Tou philosophy, gender, and patriarchal culture. The analysis revealed that there is an influence of Minahasa culture on the main characters, namely mapalus culture, philosophy of Si Tou Timou Tumou Tou, gender, and patriarchal culture. The influence of mapalus culture on the main character is seen in the character of discipline, hard work, and social solidarity. The influence of Si Tou Timou Tumou Tou's philosophy on the main character is seen in the character of growing, independent, and having self- confidence. The influence of the Minahasa culture on the last main character is gender equality in Minahasa culture and patriarchal culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Novarianty Dwi Wilujeng
"Lagu campursari merupakan hasil karya sastra yang menampilkan kebudayaan dan gambaran sosial kehidupan dalam lirik lagunya. Gambaran sosial kehidupan dapat berupa permasalahan dalam rumah tangga. Salah satu lagu campursari yang menggambarkan fenomena tersebut adalah lagu yang berjudul Aja Njaluk Pegat karya Rony Jembuk. Dalam lagu tersebut mengandung tema budaya patriarki yang terdapat pada lirik lagu yang dipaparkan secara tidak langsung. Masalah penelitian ini adalah bagaimana representasi sikap dan pandangan seniman Jawa muda terhadap budaya patriarki pada lagu Aja Njaluk Pegat dalam masyarakat Jawa. Tujuan dari penelitian ini untuk membuka perspektif baru khususnya bagi masyarakat Jawa, berdasarkan paparan makna terkait budaya patriarki dalam tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teori sosiologi sastra yang dikemukakan oleh Alan Swingewood, sumber data dibaca menggunakan kritik sastra feminis oleh Peter Barry. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa adanya budaya patriarki dalam kehidupan berumah tangga memiliki efek samping pada perempuan sebagai seorang istri. Dengan hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa adanya transformasi budaya patriarki terhadap kaum perempuan, kemudian penelitian ini dapat dijadikan pemecahan masalah atas kesetaraan gender.

The campursari genre is a literary work that displays cultural and social images of life inside its lyrics. The social picture of life can be found in the form of domestic issues. One of the campursari songs that describes this phenomenon is titled Aja Njaluk Pegat by Rony Jumbuk. The song contains patriarchal culture themes which is found in its lyrics presented indirectly. The problem of this research is how to represent the attitudes and views of young Javanese artists towards patriarchal culture in the song Aja Njaluk Pegat in Javanese society. The purpose of this research is to open a new perspective, especially for Javanese people, based on the explanation of meaning related to patriarchal culture within the song. This study uses the qualitative descriptive approach with the Sociology Literature Theory by Alan Swingewood, then the song lyrics are analyzed using Feminist Literary Criticism by Peter Barry. This study found that the existence of a patriarchal culture in household life has side effects on women as wives. It is concluded that there is a transformation of patriarchal culture towards women, afterwards this research could be used as a solution to the problem of gender equality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Amalia Assegaf
"ABSTRACT
Penelitian ini akan membahas mengapa eksistensi Dewan Jirga di Pakistan hingga saat ini masih kuat di dalam masyarakat. Dewan Jirga merupakan institusi peradilan lokal yang beranggotakan tertua adat, tuan tanah, dan orang-orang yang memiliki kekuasaan di dalam masyarakat, yang seluruhnya adalah laki-laki. Namun dalam memutuskan solusi atas permasalahan yang terdapat di dalam masyarakat, Dewan Jirga seringkali menggunakan praktik-praktik budaya yang termasuk ke dalam kategori kekerasan terhadap perempuan. Dengan menggunakan teori Cultural Violence oleh Johan Galtung, peneliti melihat budaya patriarki dan identitas etnis di Pakistan sebagai bentuk kekerasan budaya. Penelitian ini menemukan bahwa karakteristik masyarakat Pakistan yang sarat dengan budaya patriarki dan identitas etnis, melegitimasi eksistensi Dewan Jirga dan praktik-praktik budayanya. Dalam hal ini termasuk praktik budaya seperti honour killing dan swara yang termasuk tindakan kekerasan terhadap perempuan. Selain melegitimasi eksistensi Dewan Jirga dan praktik budayanya, budaya patriarki dan identitas etnis juga menyebabkan adanya inkonsistensi pemerintah dan aparat negara dalam menindaklanjuti praktik-praktik kekerasan terhadap perempuan. Khususnya praktik kekerasan atas nama budaya yang dipertahankan oleh Dewan Jirga. Budaya patriarki dan identitas etnis yang melegitimasi Dewan Jirga dan praktik budayanya inilah yang menyebabkan eksistensi Dewan Jirga masih memiliki pengaruh yang kuat hingga saat ini. Kata kunci: Budaya Patriarki, Dewan Jirga, Identitas Etnis, Kekerasan Terhadap Perempuan.

ABSTRACT
This research will examine why the existence of the Jirga Council in Pakistan is still strong in the community. The Jirga Council is a local justice institution composed of the oldest, landlord, and people in power in society, and all of them are men. But in deciding on solutions to problems in society, the Jirga Council often uses cultural practices that include in the category of violence against women. Using the Cultural Violence theory by Johan Galtung, the writer sees the Jirga Council as a cultural violence because it is a form of patriarchal culture and an ethnic institution. The study found that the characteristics of Pakistani society, which are full of patriarchal culture and ethnic identity, legitimize the existence of the Jirga Council and its cultural practices. These include cultural practices such as honor killing and swara which include as acts of violence against women. Besides to legitimizing the existence of the Jirga Council and its cultural practices, patriarchal culture and ethnic identity also led to the inconsistency of government and state apparatus in following up the practices of violence against women. Especially violence practices in the name of culture which mantained by the Jirga Council. Patriarchal culture and ethnic identity which legitimize the Jirga Council and its cultural practices cause the existence of the Jirga Council still has a strong influence until today. Keywords Patriarchal culture, Ethical identity, the Jirga Council, Violence Against Women."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Tri Hastomo
"Kajian ini membahas tentang penyebab keberlangsungan sistem devadasi yang berlanjut hingga hari ini di masyarakat India. Sistem devadation adalah praktik ritual keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat India yang berasal dari kasta yang lebih rendah (dalit). Sistem ini dilakukan dengan mendedikasikan anak perempuan kepada dewa dan mereka akan mengabdikan diri mereka untuk para dewa. Namun dalam praktiknya, sistem devadasi dapat dikatakan sebagai praktik kekerasan terhadap perempuan. Dengan menggunakan teori Kekerasan Budaya oleh Johan Galtung, peneliti melihat budaya patriarki sebagai bentuk kekerasan budaya. Penelitian ini menemukan bahwa karakteristik masyarakat India yang penuh dengan budaya patriarki, melegitimasi sistem devadasi dan praktik budayanya. Ini termasuk praktik budaya seperti pemerkosaan dan praktek prostitusi yang termasuk tindak kekerasan terhadap wanita. Di sisi lain, pemerintah India telah mengeluarkan kebijakan, namun dalam implementasi kebijakan tidak dilaksanakan secara konsisten. Kesimpulan budaya patriarki dan peran pemerintah yang tidak konsisten dalam sistem devadasi membuat sistem devadasi yang merugikan perempuan masih berlangsung sampai Saat ini.

This study discusses the causes of the sustainability of the devadasi system that continues to this day in Indian society. The devadation system is a religious ritual practice carried out by Indian people who come from lower castes (dalits). This system is done by dedicating daughters to the gods and they will devote themselves to the gods. But in practice, the devadasi system can be said to be a practice of violence against women. By using the theory of Cultural Violence by Johan Galtung, the researcher sees patriarchal culture as a form of cultural violence. This study finds that the characteristics of Indian society, which is full of patriarchal culture, legitimize the devadasi system and its cultural practices. This includes cultural practices such as rape and the practice of prostitution which includes acts of violence against women. On the other hand, the Indian government has issued policies, but the implementation of policies is not implemented consistently. Conclusion
patriarchal culture and inconsistent government roles in the devadasi system make the devadasi system detrimental to women still ongoing today.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Shakina
"Penelitian ini membahas Gerakan 4B, salah satu gerakan feminisme digital di Korea Selatan. Nama 4B merujuk pada empat istilah dalam bahasa Korea, yaitu bihon (non-pernikahan), bichulsan (non-persalinan), biyonae (non-percintaan), dan bisekseu (non-persetubuhan). Gerakan ini muncul pada tahun 2019 yang menentang sistem sosial patriarki di Korea Selatan. Secara tradisional, budaya patriarki menempatkan perempuan pada posisi subordinat. Hal ini berdasarkan penafsiran nilai-nilai Konfusianisme dalam masyarakat Korea. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kemunculan Gerakan 4B dan kaitannya dengan nilai budaya patriarki. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini, yakni metode deskriptif kualitatif dengan teknik studi pustaka dalam konteks perubahan budaya dalam masyarakat Korea. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemunculan Gerakan 4B dilatarbelakangi ketidaksetaraan gender dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Korea meskipun telah mengalami perubahan dan dinamika akibat modernisasi. Ketidaksetaraan gender ini mengakibatkan timbulnya peristiwa pemicu Gerakan 4B yang berkaitan dengan nilai budaya patriarki berupa objektifikasi terhadap perempuan dan kekerasan terhadap perempuan.

This study discusses one of the digital feminism movements in South Korea called the 4B Movement. The name 4B refers to four terms in Korean bihon(no marriage), bichulsan(no childbirth), biyonae (no dating), and bisekseu (no sex). This movement emerged in 2019 to challenge patriarchal culture in South Korea. Traditionally, patriarchal culture places women in a subordinate position. This is based on the interpretation of Confucian values in Korean society. The purpose of this study is to analyze the emergence of the ‘4B Movement’ and its relation to patriarchy culture values. The method used in this study is a qualitative descriptive method with literature study techniques in the context of cultural change in Korean society. The result of this study indicates that the emergence of the ‘4B Movement’ is caused by gender inequality in the socio-cultural life of Korean society that is still exist even after going through changes and dynamics due to modernization. This gender inequality led to the triggering events of the ‘4B Movement’ that related to patriarchal culture values such as objectification and violence against women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diandra Anindyanari
"Peningkatan populasi imigran Maghribi di Prancis telah dimulai sejak tahun 1960-an. Sebagai imigran, mereka mengalami berbagai bentuk diskriminasi, termasuk rasisme yang terjadi secara struktural, yang mempengaruhi berbagai aspek dalam hidup mereka sebagai imigran. Tindakan diskriminatif ini dirasakan lebih kuat dalam kehidupan perempuan imigran Maghribi, karena mereka juga mengalami seksisme sistemik, menjadikan mereka sebagai korban interseksionalitas, di tempat kerja, kehidupan sehari-hari, dan pada pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan diskriminasi gender dan rasial pada novel, serta bentuk resistensi yang dilakukan oleh tokoh perempuan Maghribi pada novel Kiffe kiffe demain. Novel ini mengisahkan berbagai bentuk perlawanan tokoh perempuan imigran Maghribi untuk menolak diskriminasi berlapis yang mereka alami, dan mereka melakukan resistensi terhadap situasi mereka melalui feminisme, dikisahkan melalui sudut pandang seorang anak remaja imigran. Artikel ini bertujuan untuk mendekonstruksi bagaimana interseksionalitas memengaruhi kualitas hidup perempuan Maghribi di Paris dalam novel, dan bagaimana mereka menggunakan berbagai bentuk resistensi untuk mengeluarkan diri mereka dari situasi yang diskriminatif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan struktural, dengan analisis teks naratif Roland Barthes (1966), konsep penokohan melalui kajian strategi naratif Schmitt dan Viala (1982), serta teori feminisme eksistensial oleh Simone de Beauvoir (1949). Bentuk resistensi perempuan Maghribi dianalisis dengan konsep resistensi James C. Scott (1990). Hasil penelitian memperlihatkan tokoh perempuan Maghribi telah mengalami diskriminasi rasial dan gender secara sistemik. Namun, tokoh perempuan imigran Maghribi juga memiliki upaya menolak ketidaksetaraan, serta mampu menyadari subjektivitas dan meningkatkan kualitas hidup mereka melalui pekerjaan dan pendidikan.

The surge in the population of immigrants from Maghrebian countries in France has begun since the decade of the sixties. Their experience as immigrants in France includes discriminations, such as systemic racism that are affecting multiple parts of their life. These discriminating experiences were amplified in Maghrebian women’s life as they also experienced systemic sexism, making them the victim of intersectionality, in the workspace, daily life, and education. This article points forms of resistance that are shown in Faïza Guène’s novel, Kiffe kiffe demain. This novel reveals the experience of Maghrebian women enduring intersectionality in France, and they are resisting their situation with feminism, all from the point of view of an immigrant adolescent. This article aims to deconstruct how intersectionality affects the life quality of Maghrebian women in Paris in the novel, and how they utilize multiple forms of resistance to get themselves out of their situation. This research uses qualitative methods with structural analysis, by applying Roland Barthes’ theory (1966), and character analysis with using Schmitt and Viala’s narrative strategy study (1982), along with the existential feminism theory of Simone de Beauvoir (1949). The form of resistance was analyzed by applying James C. Scott’s theory (1990). This article reveals that Maghrebian women as an ethnic minority group in France has been experiencing systemic discrimination, both racial and gender. However, they succeeded in their effort on resisting the inequalities, also they were shown capable to realize their subjectivity as a woman and improved their life quality by career and education."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>