Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amanda Amilia Atmaheni
"ABSTRAK
Pola spasial kebiasaan penikmat musik dibangun oleh berbagai faktor seperti pengetahuannya tentang musik dan aktivitas untuk mendengarkan musik. Pengetahuan kognisi tentang musik dan aktivitas menikmati musik membentuk kebiasaan penikmat musik. Studi ini dilakukan di Jakarta dengan metode pengumpulan data secara online. Hasil pengumpulan data diklasifikasi dan dianalisis dengan metode tumpang tindih dan statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola spasial kognisi musik dipengaruhi oleh karakteristik kualitas tempat tinggalnya. Sementara pola spasial kebiasaan menikmati musik cenderung dilakukan sambil beraktifitas dengan menggunakan media campuran yaitu media modern dan juga konvensional dan dinikmati sambil beraktifitas. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa secara spasial lingkungan tempat tinggal berpengaruh terhadap kognisi musik, namun tidak berpengaruh terhadap kebiasaan menikmati musik

ABSTRACT
Spatial pattern of music rsquo s devotees are built by various factors such as music knowledge and habit to listen to music. The knowledge cognition of music and the habit to listen music develop habit of music rsquo s devotees. This study was conducted in Jakarta. The data was collected by online method. The results are analyzed by overlapping several variables that been constructed in form of maps dan statistic. The results showed that the spatial pattern of music cognition is influenced by the characteristics of residence qualities. While the spatial pattern of habit of enjoying music is carry out by using mixed media between the modern and the conventional and listen during activities . The conclusions of this study indicate that spatially the living environment affects the cognition of music, but does not affect habit to listen to the music."
2017
S68926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Bimantara
"Artikel ini mengeksplorasi dampak signifikan Nirvana terhadap perkembangan gerakan grunge di Amerika Serikat dari tahun 1987 hingga 1994. grunge merupakan sebuah gerakan budaya yang berasal dari Seattle, Washington, yang berkembang pada akhir tahun 1980-an hingga awal tahun 1990-an. Puncak popularitas grunge di Amerika Serikat terjadi pada awal tahun 1990-an, ditandai dengan kemunculan Nirvana. Nirvana merupakan sebuah grup band yang didirikan oleh Kurt Cobain dan Krist Novoselic di Aberdeen, Washington, pada tahun 1987. Kehadiran mereka membawa perubahan yang signifikan dan memicu serangkaian peristiwa dalam budaya masyarakat dan industri musik Amerika. Artikel ini ditulis menggunakan metode sejarah yang dielaborasikan dengan pendekatan hermeneutika musik. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Nirvana memiliki pengaruh besar dalam meningkatkan popularitas gerakan grunge. Kesuksesan album mereka yang berjudul Nevermind menandai masuknya genre musik grunge ke panggung utama musik Amerika dan membuat musik alternatif memiliki semakin banyak penggemar. Selain pencapaian komersial, Nirvana juga membawa aspek-aspek revolusioner dalam ideologi dan estetika musik, memperkaya lanskap budaya Amerika pada masa itu.

This article explores the significant impact of Nirvana on the development of the grunge movement in the United States from 1987 to 1994. Grunge is a cultural movement originating from Seattle, Washington, that evolved from the late 1980s to the early 1990s. The peak of grunge's popularity in the United States occurred in the early 1990s, marked by the emergence of Nirvana. Nirvana is a band founded by Kurt Cobain and Krist Novoselic in Aberdeen, Washington, in 1987. Their presence brought about significant changes and triggered a series of events in American societal and music industry culture. This article utilizes a historical method elaborated with a hermeneutic approach to music. The research found that Nirvana had a profound influence in enhancing the popularity of the grunge movement. The success of their album titled Nevermind marked the mainstream entry of the grunge music genre onto the American music stage and garnered an increasing fan base for alternative music. Beyond commercial achievements, Nirvana also brought revolutionary aspects to the ideology and aesthetics of music, enriching the cultural landscape of America during that era."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Citra Mutiarasari
"Skripsi ini mengangkat tema representasi abad pertengahan dalam karya-karya Faun. Faun adalah band asal Jerman beraliran Pagan-Folk yang banyak menampilkan tema dan suasana abad pertengahan dalam karya-karya mereka, yang membuat mereka berbeda dari musisi-musisi pop Jerman lainnya. Analisis secara deskriptif dan argumentatif menggunakan metode studi pustaka terhadap karya-karya mereka dalam album Von den Elben (Deluxe Edition) menghasilkan bentuk representasi abad pertengahan yang sangat berbeda dengan abad pertengahan yang tercatat dalam sejarah, yang bercirikan dominasi gereja dan bangsawan. Abad pertengahan yang direpresentasikan oleh Faun menggambarkan masa yang identik dengan masyarakat pagan Eropa, yaitu masyarakat nonkristen yang masih memegang tradisi, percaya akan mitos-mitos, dan dekat dengan alam. Representasi tersebut membentuk identitas budaya Faun sebagai penganut nilai-nilai paganisme yang berseberangan dengan institusi gereja.

This thesis placed its focus on the representation of medieval era in Faun's works. Faun is a German Pagan-Folk band which often features medieval themes and atmosphere in their works, which makes them different from other German pop musicians. Descriptive and argumentative analysis on their works in their latest album, Von den Elben (Deluxe Edition), showed that their representations of medieval era is very different from the medieval times recorded by the historical sources, which is characterized by the dominance of the church and nobility. The medieval era is represented by Faun as an era identical to European pagan society, which refers to the people in Middle Ages who had not been christened, still hold their old tradition, believe in myths and live close to nature. This representation shaped Faun's cultural identity as followers of paganism values who stand in opposition to the church.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S55430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library