Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Dhiyah Ratna Putri
"Skripsi ini membahas tata saji hanami bentou yang merupakan bagian dari budaya kuliner Jepang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain eksposisi.Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menjelaskan mengenai tata saji hanami bentou pada kegiatan hanami di Jepang. Hanami Bentou merupakan jenis obentou yang disajikan pada kegiatan hanami di Jepang. Tata saji hanami bentou sangat memperhatikan mengenai tampilannya yang berwarnawarni disesuaikan dengan suasana musim semi. Warna yang dominan terlihat pada hanami bentou merupakan warna yang melambangkan kegiatan hanami.
The focus of this study is the food arrangement of hanami bentou which is a part of Japanese culinary culture. This research is qualitative interpretive exposition. The purpose of this study is to provide information and to explain the food arrangement of hanami bentou during hanami in Japan. Hanami Bentou is a kind of obentou served at the hanami in Japan. The colorful appearance plays an important role in the food arrangement of hanami bentou. The colors of the food represent the atmosphere of hanami in Japan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S262
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Alfonsus Tegar Setyawan
"Lada menjadi komoditas niaga utama dalam jalur rempah Nusantara di Banten. Hal ini didukung oleh kondisi geografis yang menghubungkan Banten dengan Pulau Sumatra sebagai salah satu penghasil utama lada sekaligus berperan dalam menciptakan jalinan budaya multikultur di Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan formasi budaya kuliner Banten sebagai dampak dari niaga jalur rempah pada abad XVI-XVIII. Metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan menggunakan literatur sezaman berupa catatan perjalanan karya Cornelis de Bruijn (1737) dan Stavorinus (1798) yang melukiskan suasana jamuan makan di lingkungan istana Banten. Sumber-sumber tersebut kemudian dikaji lebih lanjut dalam artikel ini untuk mendeskripsikan bukti dari jejak awal asimilasi budaya kuliner Banten. Selain itu, studi arkeologi tentang Kesultanan Banten yang dilakukan oleh Kaoru Ueda, dkk (2016), memperlihatkan bentuk asimilasi budaya kuliner Banten dari adanya penggunaan peralatan makan yang terbuat dari porselen, penggunaan kendi dalam ritual keagamaan, serta pemanfaatan daging kerbau sebagai bagian dari kuliner Banten. Penelitian ini juga menggunakan naskah lokal Sanghyang Swawarcinta yang mendeskripsikan budaya pengolahan bahan pangan masyarakat Sunda. Hasil penelitian ini berupa adanya asimilasi budaya di Banten yang menghasilkan formasi budaya kuliner yakni hidangan berkuah, bercita rasa pedas, manis, asam serta penggunaan ikan dan unggas. Formasi budaya kuliner tersebut terjalin dari adanya perjumpaan budaya berbagai bangsa seperti Arab, India, Cina, dan Belanda sebagai dampak dari perniagaan lada."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2022
959 PATRA 23:1 (2022)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Khalisya Zahwa Rachmadina
"Indonesia dan Belanda dikenal memiliki banyak keterkaitan karena adanya kontak secara terus-menerus pada masa lampau sehingga terdapat berbagai dampak dalam berbagai aspek. Salah satu aspek yang terdampak hingga saat ini adalah budaya, seperti pada restoran-restoran Belanda di Indonesia yang melakukan akulturasi budaya. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui upaya penyesuaian budaya dalam bentuk akulturasi apa yang telah dilakukan oleh Restoran H.E.M.A. TIS Square Tebet dan bagaimana respon dari para pengunjung terhadap akulturasi yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teori akulturasi oleh Redfield, Linton, dan Herskovits melalui pendekatan studi kasus yaitu mengumpulkan data dengan mengobservasi objek yang diteliti melalui wawancara dengan pemilik dan pengunjung restoran H.E.M.A. dan survei langsung ke restoran. Hasil dari penelitian ini yaitu Restoran H.E.M.A. TIS Square Tebet melakukan akulturasi dalam bentuk bahasa, makanan, pakaian, dan juga arsitektur bangunan sebagai upaya untuk menyesuaikan budaya Belanda di Indonesia. Upaya akulturasi budaya Belanda dan Indonesia yang dilakukan oleh Restoran H.E.M.A. ini berhasil menarik perhatian para pengunjung karena dapat menambah pengetahuan budaya Belanda dan Indonesia.
Indonesia and the Netherlands are known to have many connections because there was continuous contact in the past so that there were various impacts in various aspects. One aspect that has been affected to this day is culture, as in Dutch restaurants in Indonesia which carry out cultural acculturation. This research was made with the aim of knowing what cultural adjustment efforts in the form of acculturation have been carried out by the H.E.M.A. Restaurant. TIS Square Tebet and how the response from visitors to the acculturation carried out. This study uses a qualitative method with the theory of acculturation by Redfield, Linton, and Herskovits through a case study approach, namely collecting data by observing the object under study through interviews with H.E.M.A. restaurant owners and visitors. then survey directly to the restaurant. The results of this study are the H.E.M.A. Restaurant. TIS Square Tebet acculturates in the form of language, food, clothing, and also building architecture as an effort to adapt Dutch culture in Indonesia. Efforts to acculturate Dutch and Indonesian culture carried out by the H.E.M.A. Restaurant This succeeded in attracting the attention of the visitors because it could increase knowledge of Dutch and Indonesian culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Lamis Yasyfiafiyah
"Skripsi ini membahas kimchi sebagai salah satu bentuk budaya kuliner pada masyarakat Korea. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kimchi sebagai bentuk budaya kuliner di Korea dan mendeskripsikan perubahan yang dialami kimchi sebagai identitas kuliner Korea. Dalam penelitian ini diketahui bahwa kimchi yang sebelumnya hanya sebagai hidangan pendamping di setiap waktu makan orang Korea, berubah menjadi suatu identitas kuliner Korea. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan arus globalisasi dan industrialisasi di Korea.
This study focused on kimchi as one of culinary culture from Korean society. The purpose of this study is to analyze kimchi as a form of culinary culture in Korea and also to descript shifting in kimchi as Korea’s culinary culture identity. In this study, it was known that kimchi, that were previously known only as a side dish at every Korean people’s mealtime, turned into Korea’s culinary identity. This changes occurred due to globalization and industrialization in Korea."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library