Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
Sŏul-si : Hyŏngsŏl Ch?ulp?ansa, 2010
KOR 495.72 HAN
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Yi, Yong-jae
Soul-si : Tijain Hausu , 2008
KOR 722.13 YIY t
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Rotua Uly Inge
"
ABSTRAKSaat ini kebudayaan Korea Selatan sedang mendominasi hampir di seluruh dunia dengan sebutan Korean Wave. Pemerintah Korea Selatan pun memanfaatkan hal ini untuk mempromosikan pariwisata negaranya. Salah satunya dengan mengeluarkan video musik S.E.O.U.L dan Fly to Seoul. Penelitian ini menganalisis sistem tanda yang ada pada kedua video musik yang merepresentasikan nilai-nilai dari kebudayaan Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan semiotika dengan teori Roland Barthes, dimana tanda-tanda pada kedua video musik ini diinterpretasikan secara mendalam sehingga diharapkan dapat memberikan penjelasan terperinci tentang kandungan makna dari tandatanda pada musik video yang diteliti tersebut.
ABSTRACTNowadays, South Korean culture or so called Korean Wave is dominating most of the world. South Korean government takes advantage of this situation by promoting the country?s tourism. One of ways to do so is by releasing S.E.O.U.L and Fly to Seoul music video. This research analyzed sign system contained in both music videos that represented values of South Korean culture. This research used Roland Barthes' theory of semiotics. Signs contained in both music videos were interpreted deeply in order to give the detailed explanation about the meaning of signs in both music videos."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Brigitta Sriulina Beru Meliala
"Respiratory Syndrome (MERS) telah menyebar ke Korea Selatan sejak bulan Mei sampai Juli 2015 dan terdapat 185 kasus infeksi dengan 36 kasus kematian, menjadikan Korea Selatan sebagai negara dengan kasus MERS tertinggi di luar Semenanjung Arab.Korea Disease Control and Prevention Agency (KDCA), sebagai instansi pencegahan dan pengendalian bencana dinilai gagal dalam melakukan pengawasan, pengendalian penyebaran dari rumah sakit ke rumah sakit, dan komunikasi risiko. Kegagalan ini mendorong KDCA untuk mengevaluasi perencanaan kesiapsiagaan menghadapi wabah penyakit yang akan datang. Dengan menerapkan metode deskriptif-analisis, penelitian ini menjelaskan bentuk refleksi KCDA pasca MERS sampai menghadapi pandemi Covid-19 tahun 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa refleksi perencanaan kesiapsiagaan KCDA menghadapi wabah penyakit dinilai cukup efektif dengan terciptanya strategi penanganan Covid-19 di Korea Selatan bernama 3T (test, trace, treatment).
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) has spread to South Korea from May to July 2015 and there have been 185 cases of infection with 36 deaths, making South Korea the country with the highest MERS cases outside the Arabian Peninsula. The Korea Disease Control and Prevention Agency (KDCA), considered to have failed in carrying out supervision, controlling hospital-to-hospital transmission, and risk communication. This failure prompted KDCA to evaluate its preparedness plans for the upcoming disease outbreak. By applying the descriptive-analytical method, this study explains the form of reflection of KCDA after MERS to face the Covid-19 pandemic in 2020. The results show that the reflection of KCDA's preparedness planning to face disease outbreaks is considered quite effective with the creation of a Covid-19 handling strategy in South Korea called 3T. (test, trace, treatment)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Maura Ananda Syafira
"Penelitian ini mengkaji sebuah film dari Lebanon berjudul Ghada el Eid karya Lucien Bourjeily yang dirilis pada tahun 2017. Film ini bercerita tentang jamuan makan siang sebuah keluarga yang dialog dalam adegan-adegan film tersebut merefleksikan situasi faktual sosial-politik di negara Lebanon. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan unsur-unsur dalam film Ghada el Eid yang mengandung kritik sosial terhadap kondisi sosial-politik Lebanon. Teori strukturalisme dan teori kritik sosial digunakan dalam penelitian ini untuk memaparkan kritik sosial yang terdapat dalam struktur film Ghada el Eid. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang dikaji dengan pendekatan analisis struktural-politis. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa film Ghada el Eid merupakan sebuah autokritik yang disampaikan oleh Bourjeily terhadap permasalahan sosial-politik yang terjadi di Lebanon. Kritik sosial yang tergambar dalam film ini di antaranya adalah praktik jual-beli suara menjelang pemilihan umum, sektarian dalam masyarakat Lebanon, emigrasi di kalangan pemuda, dan kekerasan terhadap asisten rumah tangga imigran di Lebanon.
This study examines a Lebanese film entitled Ghada el Eid by Lucien Bourjeily which was released in 2017. This film tells the story of a family luncheon whose dialogue in the film's scenes reflects the socio-political factual situation in Lebanon. This study aims to describe the elements of the film which contain social criticism of Lebanon’s socio-political conditions. Structuralism theory and social criticism theory are used in this study to describe social criticism contained in the structure of Ghada el Eid. This study uses a qualitative descriptive research method and structural-political analysis approach. The results of this study found that the film Ghada el Eid is an autocritic presented by Bourjeily towards the socio-political problems that occur in Lebanon. The social criticisms depicted in this film include the practice of vote buying near the general election, sectarianism in Lebanese society, emigration among the youth, and violence against migrant domestic workers in Lebanon."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Hwang, Sang-min
Soul-si : Ch'usubat, 2011
KOR 158.1 HWA h
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Khalisya Dewanda Putri
"In the current global entertainment environment, cultural representations are significant. This study examines how the American television series XO, Kitty, which is based in Seoul, South Korea, portrays South Korean culture. The representation of the series becomes apparent as a complex fabric of tradition and modernity, exhibiting both genuine depictions and cultural intricacy when one closely examines its plot and characters. Through an examination of how XO, Kitty addresses South Korean stereotypes in popular culture, the study reveals complex perspectives on the way the series portrays South Korean culture and whether or not it is affirming or contesting stereotypes. The study examines the portrayal of several aspects of South Korean society, such as its educational system, gender roles, traditional attire, festivals, and popular cultural components like K-pop, K-food, and K-beauty, in the series as an instrument of interaction. The study aims to analyze the proportion between genuine cultural portrayal and the persistence of stereotypes in the narrative and character development of the show. The study showed that this narrow and shallow portrayal poses the danger of propagating biases and does not fully convey South Korean culture's intricate and diverse nature.
Dalam lingkungan hiburan global saat ini, representasi budaya sangatlah penting. Studi ini menganalisis bagaimana serial televisi Amerika XO, Kitty, yang berlatar di Seoul, Korea Selatan, menggambarkan budaya Korea Selatan. Representasi ini muncul sebagai jaringan yang kompleks antara tradisi dan modernitas, menampilkan penggambaran yang autentik serta kerumitan budaya bila memperhatikan pada plot dan karakter serial ini. Melalui penelitian bagaimana XO, Kitty menangani stereotip Korea Selatan dalam budaya populer, studi ini mengungkapkan perspektif yang rumit mengenai validasi atau penolakan terhadap kebenaran tersebut. Studi ini melihat bagaimana sistem pendidikan, peran gender, pakaian tradisional, festival, dan elemen budaya populer Korea Selatan seperti K-pop, makanan, dan kecantikan digambarkan dalam serial tersebut sebagai instrumen interaksi. Studi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara representasi budaya yang sebenarnya dan keberlanjutan stereotip dalam narasi dan perkembangan karakter dalam seri tersebut. Studi ini mengungkapkan bahwa penggambaran yang terbatas dan dangkal ini berisiko memperkuat stereotip dan gagal menangkap esensi kaya dan beragam dari budaya Korea Selatan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library