Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mirtha Dini Widorini
Abstrak :
Latar belakang dan Tujuan: Jakarta Barat menempati urutan tingkat polusi udara tertinggi kedua di wilayah DKI Jakarta Prevalens kasus bronkitis kronik dari hasil pemeriksaan kesehatan pada personil Polri di wilayah Polres Metro Jakarta Barat pada tahun 2006 adalah 8.25 %, yang meningkat menjadi 10.53 % pada tahun 2007. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kualiti udara dan faktor-faktor lain terhadap bronkitis kronik dan gangguan fungsi paru obstruksi pada polisi yang bertugas di jalan wilayah kerja polsek Tanjung Duren, Kebon Jeruk dan Palmerah. Metode panelitian: Penelitian ini dilakukan di tiga wilayah kerja polsek Jakarta Barat yaitu Tanjung Duren, Kebon Jeruk dan Palmerah. Disain penelitian cross sectional. Populasi adalah polisi yang bekerja di jalan, berjumlah 114 orang Besar sampel 97 orang. Pangumpulan data dilekukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan spirometri. Hasil penelitian: Prevalens bronkitis kronik 9.3%, gangguan fungsi paru obstruksi 7.2%. Prevalens tertinggi terdapat di wilayab kerja polsek Tanjung Duren. Terdapat hubungan signifikan antara bronkitis kronik dengan umur > 37 tahun (OR= W.8) dan kebiasaan merokok sedang (OR= 6.6). Data Kualiti Udara 03 berdasarkan hasil analisis terburuk Tanjung Duren, sedang Palmerah, terbaik Kebon Jerak. Terdapat hubungan yang signifikan antara gangguan fungsi paru obstruksi dengan kualiti udara 03 (OR= 21.33). Kesimpulan dan Saran: Di antara enam variabel yang diduga berhubungan dengan bronkitis kronik, hanya ada dua variabel yang berhubungan secara signifikan, yaitu umur dan kebiasaan merokok. Sedangkan gangguan fungsi paru obstruksi hanya berhubungan secara signifikan dengan kualiti udara. Saran yang diajukan, lebih sering dilakukan rotasi tugas ke wilayah kerja Polsek yang lain bagi polisi berusia >37 tahun yang bekerja di jalan di wilayah kerja polsek Tanjung Duren, lebih digalakkan pemakaian masker, serta menerapkan sangsi berupa Surat Peringatan (SP) bagi polisi yang merokok pada saat bertugas. ......Background and objectives: West Jakarta bas the second highest rank in air pollution in Jakarta. Medical checked up result from Polri personnel at West Jakarta Polres Metro, showed that the prevalence of chronic bronchitis in year 2006 was 8.25% and increasing became 10.53% in year 2007. This study was aimed to know the relationship between air quality and other factors with chronic bronchitis and pulmonary obstruction in traffic policemen, which were on duty at Taojung Duren, Kebon Jeruk and Palmerah area. Methods: This study was conducted in three duty area at West Jakarta, those area were Tanjung Duren, Kebon Jeruk and Palmerah. Study design was cross sectional. The population was 114 traffic policemen. The sample size 97 persons. Data were collected by interviewing, observation, physical and spirometry examination. Result: The prevalence of chronic bronchitis was 9.3%, pulmonary obstruction was 7.2%. The highest prevalence was at Tanjung Duren duty area. There was significant relationship between age> 37 years (OR10,8) and moderate smoking habit (OR6.6) with chronic bronchitis. Based on analysis, the worst air quality was Tanjung Duren, moderate was Palmerah, and the best was Kebon Jeruk. There was significant relationship between pulmonary obstruction with air quality at Tanjung Duren (OR21.33). Conclusion and recommendation: Among six variables which were suspected having relationship with chronic bronchitis, only two variables had significant relationship, those were age and smoking habit. There was significant relationship between pulmonary obstruction and air quality. The suggestion are frequent duty rotation for police > 37 years old in Tanjung Duren polsek, socialized and strength disciplined in using face mask and give SP as penalty for policemen who were smoking on duty.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T31996
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mirtha Dini Widorini
Abstrak :
Latar belakang dan Tujuan: Jakarta Barat menempati urutan tingkat polusi udara tertinggi kedua di wilayah DK1 Jakarta. Prevalens kasus bronkitis kronik dari hasil pemeriksaan kesehatan pada personil Polri di wilayah Polres Metro Jakarta Barat pada tahun 2006 adalah 8.25 %, yang meningkat menjadi 10.53 % pada tahun 2007. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kualiti udara dan falctor-faktor lain terhadap bronkitis kronik dan gangguau fungsi paru obstruksi pada polisi yang bertugas di jalan wilayah kzja polsek Tanjung Duren, Kebon Jeruk dan Paltnerah. Metode penelitian: Penelitian ini dilakukan di tiga wilayah kerja polsek Jakarta Barat yaitu Tanjung Duren, Kebon Jeruk dan Palmerah. Disain penelitian crass sectional. Populasi adalah polisi yang bekerja di jalan, berjumlah 114 orang. Besar sampel 97 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan Cara wawancara, observasi, pemerlksaan fisik dan spirometri. Hasil penelitian: Prevalens bronkitis kronik 93%, gangguan fungsi paru obstruksi 72%. Prevalens tertinggi terdapat di wilayah kerja polsek Tanjung Duren. Terdapat hubungan signifikan antara bronkitis Icronik dengan umur > 37 tahun (OR = l0.8) dan kebiasaan merokok sedang (OR = 6.6). Data Kualiti Udara O3 berdasarkan hasil analisis terburuk Tanjuug Duran, sedang Palmerah, terbaik Kebon Jeruk. Terdapat hubungan yang signifikan antara gangguan ftmgsi paru obstruksi dengan kualiti udara O3 (OR = 2133). Kesimpulan dan Saran: Di antara enam variabel yang diduga berhubungan dengan bronkitis kronik, hanya ada dua variabel yang berhubungan secara signifikan, yaitu umur dan kebiasaan merokok. Sedangkan gangguan iimgsi paru obstruksi hanya berhubungan secara signifikan dengan kualiti udara. Saran yang diajukan, lebih searing dilakukan rotasi tugas ke wilayah kerja polsek yang lain bagi polisi berusia > 37 tahun yang bekerja di jalan di wilayah kerja polsek Tanjung Duran, lebih digalakkan pemakaian masker, Serta menerapkan sangsi berupa penerbitan Surat Peringatan (SP) bagi polisi yang merokok pada saat bertugas. ......Background and objectives: West Jakarta has the second highest rank in air pollution in Jakarta Medical checked up result team Polri personnel at West Jakarta Polres Metro, showed that the prevalence of chronic bronchitis in year 2006 was 8.25% and increasing became 10.53% in year 2007. This study was aimed to know the relationship between air quality and other factors with chronic bronchitis and pulmonary obstruction in trafiic policemen, which were on duty at Tanjung Duren, Kebon Jeruk and Palmerah area. Methods: This study was conducted in three duty area at West Jakarta, those area were Tanjung Duren, Kebon Jeruk and Palmerah. Study design was cross sectional. The population was 114 traffic policemen. The sample size 97 persons. Data were collected by interviewing, observation, physical and spirometry examination. Result: The prevalence of chronic bronchitis was 93%, pulmonary obstruction was 7.2%. The highest prevalence was at Tanjung Duren duty area. There was signiticant relationship between age > 37 years (OR = 10,8) and moderate smoking habit (OR == 6.6) with chronic bronchitis. Based on analisis, the worst air quality was Tanjung Duren, moderate was Palmerah, and the best was Kebon Jeruk. There was significant relationship between pulmonary obstruction with air quality at Tanjung Duren (OR = 21 .33). Conclusion and recommendation: Among six variables which were suspected having relationship with chronic bronchitis, only two variables had significant relationship, those were age and smoking habit. There was significant relationship between pulmonary obstruction and air quality. The suggestion are 'frequent duty rotation for police > 37 years old in Tanjung Duren polsek, sosialized and strength disciplined in using face mask and give SP as penalty implementation for policemen who were smoking on duty.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T32856
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Nova
Abstrak :
Latar Belakang : Pekerja di manufaktur sepatu setiap harinya terpajan beragam hazard. Salah satu pajanan adalah pelarut organik. berbagai penelitian melaporkan hubungan yang kuat antara pajanan pelarut organik dengan gangguan fungsi paru obstruksi dan restriksi. Namun belum banyak studi dilakukan untuk mempelajari antara hubungan antara pajanan pelarut organik di manufaktur sepatu dengan faktor-faktor risiko dan gejala klinis gangguan fungsi paru. Metode : Desain potong lintang melibatkan 134 subyek, Cementing n=67 dan stockfit n=67. Pada bagian cementing terpajan pelarut Aseton, bagian stockfit oleh campuran pelarut Aseton dan klorin. Seluruh subyek dilakukan pemeriksaan fungsi paru dengan menggunakan spirometer menilai KVP dan VEP1/KVP. Subyek dilakukan interview untuk mengetahui gejala klinis, riwayat penyakit dahulu dan riwayat pekerjaan. Kadar pelarut organik di kedua tempat diukur. Analisis statistik menggunakan Chi square dengan p0,05. Multivariat menggunakan regresi logistik metode enter. Hasil : Didapatkan 23 orang (17%) mengalami gangguan fungsi paru testriksi. Tidak ada hubungan bermakna antara pejalan pelarut organik, faktor-faktor risiko demografi dan okupasi dengan gejala klinis gangguan fungsi paru restriksi (p>-.05) /disebabkan masa kerja < 10 tahun. Proporsi subyek dengan gejala bronkitis kronik, di cementing 40.3%, stockfit 62.7%. analisis chi-square menegaskan adanya hubungan bermakna. Di bagian cementing, diperoleh hasil berikut, faktor risiko umur (p < 0.015), masa kerja (p < 0.05), dan total kumulatif pajanan p < 0.05). Dan hasil uji regresi logistik didapat bahwa di bagian cementing, masa kerja faktor risiko dominan terhadap gejala bronkitis kronik p. Kesimpulan : Dari studi dapat disimpulkan bahwa pajanan pelarut organik mengakibatkan gejala klinis bronkitis kronik yang berhubungan dengan faktor risiko usia, masa kerja, dan total kumulatif pajanan. Tidak ada hubungan bermakna antara panajan pelarut organik terhadap gangguan fungsi paru. Perlu langkah preventif guna mencegah berkembangnya gejala bronkitis kronik menjadi gangguan fungsi paru. Dilakukan dengan pemakaian alat pelindung diri sesuai dengan pajanan kimia dan pemasangan local exhaust. ......Background : Depending on the kinds of production sites, Shoe factory workers are exposed to many kinds of occupational hazards with one of them being exposure to organic solvent. Organic solvent exposure has been reported to have adverse pulmonary effects including obstructive and restrictive pulmonary diseases. The study aimed to investigate association between organic solvent exposure, risk factor, and clinical symptoms of pulmonary functions impairment among shoe factory workers. Methods : Cross sectional study group consist of 134 workers in two different production parts i.e cementing n 67 and stockfit n 67. Subjects works in cementing part were exposed to aceton, while in stockfit to a combination of aceton and chlorine. To all subjecs, pulmonary functions testing including measurement of FVC and FEV1 FVC Value were perfomed asking about clinical symptoms and the histories of both their health and work records. Statistic analysis using Chi square p,0,05 and logistic regretion for multivariate. Result : All of subject, 23 17 suffered from restrictive diseases. However bivariate analysis using chi square did not show significant correlation between organic solvent exposure, demografic risk factors, clinical symptoms and restrictive lung diseases p 0.05. This probably due to the short work duration of the subject 10 years. Despite this observation, it is important to note that the study strongly identified chronic bronchitis symptoms among workers in both cementing 40.3 and in stockfit 62.7. Furthermore chi square analysis showed significant correlation between risk factors and chronic bronchitis symptoms in both places. in cementing, it was observed that age (p < 0.05), work duration (p < 0.05) and total cumulative exposure (p < 0.015) were significantly contributed to the symtoms. Whereas in stockfit, the risk factors were as follows, work duration (p < 0.05) and total cumulative exposure (p < 0.05). Logistic regression analysis showed that in cementing, work duration was observed to be the greatest risk factor to the bronchitis related-symtoms, p < 0.008, OR 12.100 and CI95% (1.92-76.23, whereas in stockfit, total cumulative exposure was associated the most with the symtoms p0.039 OR 6.667 CI95% )1.099-40.434). Conclusions : The result from the present studi indicate that occupational exposure to organic solvent has significant association with clinical symtoms related to chronic bronchitis. Risk factors sucs as age, work duration, and total cumulative exposure are observed to contribute to the symtoms. However, exposure to organic solben did not significantly caused lung function disorger. Preventions are required to avoid the clinical symtoms develope into pulmonary impairment, such as the use personal protection equipment and local exhaust apparatus.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library