Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irmasari Chumairah
Abstrak :
Latar belakang: Infeksi COVID-19 pertama kali terjadi di Wuhan, China pada 19 Desember 2019 hingga ditetapkan sebagai pandemik global oleh WHO pada tanggal 11 Maret 2020. Di Indonesia kasus pertama yang terkonfirmasi ditemukan pada tanggal 2 Maret 2020 dan sejak saat itu kasus COVID-19 semakin meningkat hingga mencapai 2.983.830 pada 21 Juli 2021. Pada kondisi melonjaknya kasus COVID-19 di dunia khususnya Indonesia telah menjadikan modalitas radiografi toraks sebagai salah satu penunjang diagnosis maupun sebagai parameter perkembangan kondisi klinis pasien. Negara Italia dan Inggris menggunakan radiografi toraks sebagai lini pertama di triage untuk penentuan tatalaksana awal, karena pemeriksaan RT-PCR memakan waktu cukup lama. Selain itu, pasien kritis yang tidak dapat dimobilisasi untuk pemeriksaan CT scan toraks dipilih untuk dilakukan pemeriksaan radiografi toraks menggunakan portable X-ray. Kondisi tersebut membuat negara Italia mengembangkan sistem skoring toraks Brixia untuk memantau perkembangan klinis pasien yang dirawat di rumah sakit. Karena sistem skoring toraks Brixia belum pernah digunakan sebagai prediktor untuk memperkirakan perjalanan penyakit pada pasien COVID-19, maka penelitian ini akan menilai skoring tersebut sebagai prediktor perkembangan klinis pasien COVID-19. Metode: Penelitian ini merupakan studi kasus-kontrol menggunakan 48 data sekunder berupa sistem skoring toraks Brixia dari radiografi toraks yang diambil dari Picture archiving and communication system (PACS), serta data klinis dalam jangka waktu dua minggu pertama berupa anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya pada pasien COVID-19 terkonfirmasi di RSCM periode Maret 2020 – Juli 2021. Hasil: Rerata skoring toraks brixia antara kelompok klinis perburukan dan perbaikan tidak bermakna signifikan (p > 0,05), sehingga tidak dapat menilai titik potong skoring toraks Brixia. Namun didapatkan perbedaan rerata yang signifikan (p < 0,05) antara skoring toraks Brixia dengan kondisi akhir klinis hidup dan meninggal, yaitu didapatkan rentang skor di awal perawatan 7,8 – 16,6 dapat mengarah ke kondisi klinis kritis bahkan kematian di akhir perawatan. Selain itu juga didapatkan perbedaan rerata (p < 0,05) antara interval onset gejala dengan kelompok gejala klinis perburukan dan perbaikan pada pasien COVID-19. Kesimpulan: Sistem skoring toraks Brixia tidak dapat dijadikan prediktor dalam menentukan perkembangan klinis perburukan atau perbaikan pada pasien COVID-19, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai parameter tunggal dalam tatalaksana pasien. Namun secara tidak langsung skoring ini dapat memprediksi kondisi akhir ke arah hidup atau meninggal dikaitkan juga dengan interval onset gejala. Hal ini terjadi karena kondisi klinis perburukan maupun perbaikan disebabkan oleh proses perjalanan penyakit yang masih berlangsung sesuai onset gejala, serta daya imunitas individu yang bervariasi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eric Daniel Tenda
Abstrak :
Latar Belakang: Seiring berjalannya pandemi COVID-19, diperlukan tes diagnostik yang lebih baik, cepat, andal, mudah dan tersedia secara luas. Foto rontgen dada digunakan sebagai pemeriksaan awal untuk menegakkan diagnosis kerja. Kecanggihan Artificial Intelligence (AI) diketahui dapat meningkatkan presisi diagnosis Pneumonia pada foto rontgen dada. Salah satu program AI yang sedang marak digunakan adalah CAD4COVID-Xray. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat perbedaan performa skoring AI dibanding skoring Brixia pada foto rontgen dada untuk mendiagnosis dan menentukan derajat keparahan pneumonia COVID-19. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong-lintang pada 300 pasien terduga dan terkonfirmasi pneumonia COVID-19. Rontgen dada dinilai secara kuantitatif menggunakan program CAD4COVID dan semi-kuantitatif menggunakan sistem skoring Brixia. Analisa performa diagnostik dinilai menggunakan estimasi AUC dan perbandingannya, serta perbandingan nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif dan akurasi. Hasil: AI probability score (AUC 0,542, IK95% 0,471-0,613), AI ALA score (AUC 0,442, IK95% 0,375-0,510) dan overall CXR score (AUC 0,461, IK95% 0,393-0,528) tidak memiliki kemampuan diskriminasi hasil RT-PCR SARS CoV-2 pada subjek terduga COVID-19. AI probability score (AUC = 0,888, IK95% 0,820- 0,956), AI ALA score (AUC = 0,875, IK95% 0,789-0,953) dan overall CXR score (AUC = 0,878, IK95% 0,808-0,948) memiliki kemampuan diskriminasi sangat baik untuk menentukan derajat keparahan penyakit subjek terkonfirmasi COVID-19. AI probability score (Sn 87,2%, Acc 85,6%) dan AI ALA score (Sn 82,6%, Acc 80,4%) lebih sensitif dan akurat dibandingkan overall CXR score (Sn 75,6%, Acc 78,4%) untuk mendiskriminasi derajat keparahan penyakit pneumonia COVID-19. Simpulan: AI probability score, AI ALA score dan overall CXR score tidak memiliki kemampuan membedakan hasil RT-PCR SARS CoV-2 pada subjek terduga COVID-19. AI probability score, AI ALA score dan overall CXR score memiliki kemampuan yang sangat baik untuk membedakan derajat keparahan penyakit subjek terkonfirmasi COVID-19. AI probability score dan AI ALA score lebih sensitif dan akurat dibandingkan overall CXR score untuk membedakan derajat keparahan penyakit pneumonia COVID-19. ......Background: As the COVID-19 pandemic progresses, a better, faster, reliable, easy and widely available diagnostic tests are needed. Chest X-rays are currently used as an initial examination to confirm a working diagnosis. Advancement of Artificial Intelligence (AI) is known to increase diagnosis precision of pneumonia on chest X-rays. One of the AI programs that is widely being used during the COVID-19 pandemic is CAD4COVID-Xray. Objective: This study aims to determine and compare the performance of AI scoring system using colour heat-map compared to Brixia scoring system on chest X-rays to diagnose and determine the severity of COVID-19 pneumonia. Methods: This study is a cross-sectional study, involving 300 suspected and confirmed COVID-19 pneumonia patients. Chest X-rays were assessed quantitatively using the CAD4COVID program and semi-quantitatively using the Brixia scoring system. Performance analysis is assessed using AUC estimation and its comparison, as well as comparisons of sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value and accuracy. Results: AI probability score (AUC 0.542, 95% IK 0.471-0.613), AI ALA score (AUC 0.442, 95% IK 0.375-0.510) and overall CXR score (AUC 0.461, 95% CI 0.393-0.528) did not have the ability to discriminate RT-PCR results of subjects with suspicion of COVID-19. AI probability score (AUC = 0.888, 95% CI 0.820- 0.956), AI ALA score (AUC = 0.875, 95% IK 0.789-0.953) and overall CXR score (AUC = 0.878, 95% CI 0.808-0.948) had excellent strength of agreement to determine disease severity in subjects with confirmed COVID-19. AI probability score (Sn 87.2%, Acc 85.6%) and AI ALA score (Sn 82.6%, Acc 80.4%) are more sensitive and accurate than overall CXR score (Sn 75.6%, Acc 78 ,4%) to determine the severity of COVID-19 pneumonia. Conclusions: AI probability score, AI ALA score and overall CXR score did not have the ability to discriminate RT-PCR results of subjects with suspicion of COVID-19. AI probability score, AI ALA score and overall CXR score had excellent strength of agreement to determine disease severity in subjects with confirmed COVID-19. AI probability score and AI ALA score are more sensitive and accurate than overall CXR score to determine the severity of COVID-19 pneumonia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Imaduddin
Abstrak :
Latar Belakang : Coronavirus disease 2019 (COVID-19) menjadi pandemi pada Maret 2020. Luaran penyakit ini sangat bervariasi, hingga mengakibatkan kematian. Mortalitas COVID-19 dipengaruhi oleh banyak faktor. Pemeriksaan radiografi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada COVID-19 untuk skrining, diagnosis, menentukan derajat keparahan penyakit dan memantau respons pengobatan. Foto toraks merupakan modalitas yang banyak tersedia di berbagai fasilitas layanan kesehatan, murah, mudah, dan dapat dilakukan di tempat tidur pasien. Skor Brixia merupakan salah satu sistem penilaian derajat keparahan foto toraks yang mudah dan cepat. Metode : Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif menggunakan data rekam medik awat inap RSUP Persahabatan yang dipilih secara acak sistematis. Subjek penelitian adalah pasien COVID-19 yang dirawat pada Maret hingga Agustus 2020. Subjek penelitian dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil : Pada penelitian ini didapatkan total 313 subjek dengan pasien yang memiliki luaran meninggal sebanyak 65 subjek dan yang hidup sebanyak 248 subjek. Nilai tengah skor Brixia 8 dengan nilai paling rendah 0 dan paling tinggi 18. Jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebanyak 185 subjek (59,1%). Sebanyak 79 subjek (25,2%) merupakan pasien berusia lanjut (> 60 tahun). Status gizi subjek terdiri atas gizi cukup (53,7%), gizi lebih (42,5%), dan gizi kurang (3,8%). Pasien yang memiliki komorbid sebanyak 143 subjek (45,7%) dengan jenis komorbid terbanyak adalah hipertensi dan diabetes melitus. Pada titik potong 7,5, skor Brixia memiliki nilai sensitivitas 61,5% dan spesifisitas 50%. Terdapat hubungan bermakna skor Brixia dengan status gizi (p < 0,001) dan ada tidaknya komorbid (p 0,002). Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia (p 0,420), jumlah komorbid (p 0,223) dan mortalitas (p 0,121) dengan skor Brixia. Skor Brixia 16-18 memiliki risiko mortalitas 3,29 kali lebih besar daripada skor Brixia 0-6. ......Background : Coronavirus disease 2019 (COVID-19) became a pandemic in March 2020. The outcome of this disease varies widely, including death. There are many risk fators for mortality in COVID-19. Imaging is one of the supporting examinations that can be performed on COVID-19 for screening, diagnosis, determining the severity of the disease and monitoring response to treatment. Chest X-ray is a modality that is widely available in various health care facilities, is cheap, easy, and can be done bedside patient. The Brixia score is an easy and fast chest radiograph severity rating system. Methods : The design of this study was a retrospective cohort using medical records of inpatients at Persahabatan General Hospital which were selected systematically random sampling. The research subjects were COVID-19 patients who hospitalized from March to August 2020. The study subjects were selected according to the inclusion and exclusion criteria. Results : In this study, a total of 313 subjects were obtained with 65 died and 249 survived. The median of Brixia score was 8 with the lowest score 0 and the highest score 18. The male population was 185 subjects (59.1%). Total of 79 subjects (25.2%) were elderly patients (> 60 years). The subjects are grouped into three categories nutritional status based on body mass index. There were normal (53.7%), overweight (42.5%), and malnutrition (3.8%). Patients who had comorbidities were 143 subjects (45.7%). The most frequent comorbidities were hypertension and diabetes mellitus. At the cut point of 7.5, the Brixia score has a sensitivity value 61.5% and a specificity 50%. There is a significant relationship between the Brixia score and nutritional status (p < 0.001) and the presence or absence of comorbidities (p 0.002). There was no significant relationship between age (p 0.420), number of comorbidities (p 0.223) and mortality (p 0.121) with the Brixia score. Brixia score of 16-18 has a mortality risk 3.29 times higher than Brixia score of 0-6.
2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library