Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Ismiati
"Penelitian dilakukan pada tenaga kerja yang terpajan debu hasil pembakaran sampah di bagian boiler pabrik sepatu olah raga. Pajanan debu dapat menimbulkan gejala pengawasan berupa batuk kronik, dahak kronik, sesak nafas, serta gejala bronkitis kronik yang dapat memberikan gambaran penurunan fungsi paru obstruksi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencegah terjadinya gangguan fungsi paru pada tenaga kerja di bagian boiler, dengan cara meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) saluran nafas.
Disain penelitian menggunakan cara studi operasional yang dilakukan terhadap seluruh populasi tenaga kerja di bagian boiler (12 orang), selama 1 bulan. Cara pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsi ventilasi paru, serta pemeriksaan foto toraks. Selanjutnya dilakukan intervensi berupa penyuluhan serta monitoring dan pengawasan penggunaan APD saluran nafas.
Hasil dari penelitian ini didapatkan keluhan batuk kronik 25 %, dahak kronik 33,3 %, sesak nafas 16,7 %, bronkitis kronik 25 %, serta gangguan fungsi paru obstruksi 25 %. Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok umur, lama kerja, perilaku merokok dan perilaku menggunakan APD saluran naf as terhadap terjadinya bronkitis kronik maupun obstruksi (p>0,05). Risiko terjadi obstruksi 2,5 kali lebih besar pada tenaga kerja yang telah bekerja lebih dari. 5 tahun (OR=2,5).
Risiko terjadi obstruksi 1,6 kali lebih besar pada tenaga kerja yang tidak menggunakan APD saluran nafas (OR=1,6). Intervensi yang dilakukan menunjukkan keberhasilan yang sangat bermakna yaitu terdapat peningkatan pengetahuan tentang APD saluran nafas sebesar 58,4 % (0,001"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Afifudin
"Latar belakang: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi hiperinflasi paru pada pasien asma persisten di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta.Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang kemudian dilakukan analisis deskriptif. Penelitian dilakukan di klinik Asma RSUP Persahabatan dari bulan September-November 2016. Empat puluh lima subjek dengan consecutive sampling dan dilakukan wawancara, pemeriksaan fisis, foto toraks, spirometri dan multiple breath N2-washout MBW . Hiperinflasi paru pada penelitian ini ditentukan berdasarkan peningkatan volume residu/ kapasitas paru total VR/KPT di atas batas atas nilai normal.Hasil: Proporsi hiperinflasi paru pada pasien asma persisten di RSUP Persahabatan Jakarta adalah 17,8 8 dari 45 subjek . Nilai tengah VR dalam mililiter adalah 1230 570-2860 . Nilai tengah KRF dalam mililiter adalah 1730 970-3990 . Nilai tengah KPT dalam mililiter adalah 3310 2490-6350 . Rerata rasio VR/KPT adalah 36,39 SD 8,86 . Rerata rasio KRF/KPT adalah 52,86 SD 6,85 . Terdapat hubungan yang bermakna antara nilai VEP1 dengan hiperinflasi paru pada asma persisten. Penurunan VEP1 0,05 .Kesimpulan: Proporsi hiperinflasi paru pada pasien asma persisten di RSUP Persahabatan Jakarta adalah sebesar 17,8 . Hiperinflasi paru pada asma persisten berhubungan dengan derajat obstruksi saluran napas.Kata kunci: hiperinflasi paru, asma persisten, multiple breath N2-washout

Background The aim of the study is to discover the proportion of lung hyperinflation in patient with persistent asthma in Persahabatan Hospital Jakarta.Method A cross sectional study with descriptive analysis was done in Asthma clinic Persahabatan Hospital from September to November 2016. Forty five subjects were recruited consecutively. Interview, physical examination, chest x ray CXR , spirometry and multiple breath N2 washout MBW were performed. Lung hyperinflation was defined as a residual volume total lung capacity RV TLC above the upper limit of normal.Result The proportion of lung hyperinflation in patients with persistent asthma was 17,8 8 of 45 subjects . Median RV in milliliter is 1230 570 2860 . Median functional residual capacity FRC in milliliter is 1730 970 3990 . Median TLC in milliliter is 3310 2490 6350 . Mean RV TLC ratio is 36,39 SD 8,86 . Mean FRC TLC ratio is 52,86 SD 6,85 . There was a significant correlation between forced expiratory volume in 1 second FEV1 value with lung hyperinflation with the decline of FEV1 0,05 .Conclusion The proportion of lung hyperinflation in patient with persistent asthma in Persahabatan Hospital Jakarta was 17,8 . Lung hyperinflation in persistent asthma associated with the degree of airway obstruction."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vebiyanti Tentua
"Latar belakang : Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit kronik yang menjadi masalah kesehatan utama di dunia dan menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Uji kondensasi udara napas merupakan metode non invasif, yang dapat digunakan untuk menilai kadar sitokin-sitokin proinflamasi pada pasien PPOK berdasarkan GOLD 2017.
Metode penelitian : studi potong lintang dengan melibatkan 77 subjek pasien
PPOK stabil yang tidak eksaserbasi dalam 4 minggu terakhir dan berobat di poli asma-PPOK serta menyetujui informed consent. Pasien ini dilakukan wawancara dengan skoring CAT dan mMRC dan dilakukan pemeriksaan fisis serta mengambil data foto toraks atau CT Scan toraks pasien kemudian data spirometri terakhir diambil untuk mendiagnosis pasien tersebut PPOK. Pasien lalu digolongkan derajat PPOK stabilnya berdasarkan kriteria GOLD 2017, dan diambil sampel uji kondensasi udara napas untuk diperiksakan kadar sitokin interleukin (IL) -6, 8, 13 dan tumor necrosis factor (TNF)-α di laboratorium IMERI dengan pemeriksaan ELISA untuk masing-masing sitokin.
Hasil: Interleukin 8 dapat terdeteksi pada 8 (10,4 %) pasien dari jumlah 77 pasien
dengan nilai rata-rata 2,4 pg/mL, sedangkan kadar IL-13 dan TNF-α hanya terdeteksi pada 1 (1,3 %) pasien dengan nilai IL-13 6,912 pg/mL dan TNF-α 8,766 pg/mL. Kadar IL-6 terdeteksi pada 71 (92,2 %) pasien PPOK stabil dengan nilai rata-rata 0,7 pg/mL. Tidak ada hubungan antara kadar IL-8, IL-6, IL-13 dan TNF- α dengan derajat PPOK (p > 0,05), meskipun kadar IL-8 dan IL-6 ditemukan mengalami peningkatan pada masing-masing kelompok PPOK. Hanya satu pasien ditemukan semua kadar sitokinnya terdeteksi yang setelah ditelusuri, pasien
tersebut memiliki jumlah eosinofil darah 1120 /ÅμL dan nilai CRP darah 5,8 mg/L.
Kadar TNF-α dan IL-13 pada penelitian ini memiliki hubungan bermakna dengan
status merokok pasien (p = 0,00).
Kesimpulan: Uji kondensasi udara napas merupakan metode non invasif yang dapat digunakan pada pasien PPOK stabil untuk menilai kadar sitokin proinflamasi pada pasien PPOK stabil.

Background: Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a chronic systemic inflammatory disease which is associated with high morbidity and mortality rates. The exhaled breath condensation (EBC) test is a non-invasive test method to assess pro-inflammatory cytokines levels in COPD patients based on GOLD 2017.
Methods: We performed a cross-sectional study involving 77 subjects with stable COPD who had not exacerbated in the past 4 weeks and treated at asthma-COPD outward clinic in Persahabatan National Respiratory Referral Hospital. Subjects were interviewed with CAT and mMRC scoring system and were examined for their radiographic imaging by chest x-ray or CT. Patients were classified as stable COPD levels based on the GOLD 2017, and EBC were examined for levels of interleukin (IL) -6, 8, 13, and tumor necrosis factor (TNF)-α using ELISA methods.
Results: Interleukin 8 was detected in 8 (10.4%) patients out of 77 patients with an average value of 2.4 pg/mL, whereas IL-13 and TNF-α levels were only detected in 1 (1.3%) patient at 6.912 pg/mL and TNF-α 8.766 pg/mL, respectively. IL-6 levels were detected in 71 (92.2%) with average value of 0.7 pg/mL. There were no relationship between IL-8, IL-6, IL-13 and TNF-α levels with COPD degrees (p> 0.05), although IL-8 and IL-6 levels were found to be increased in each COPD group. Only one patient presented with all cytokine detected whose had a blood
eosinophil count of 1120 /ÅμL and a blood CRP level of 5.8 mg/L. TNF-α and IL-
13 levels in this study were correlated with the subject's smoking status (p = 0.00).
Conclusion: The EBC test is a non-invasive method that can be used in stable COPD patients to assess pro-inflammatory cytokines levels in stable COPD patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T55515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najoan, Praisilia Riani Vincentia
"Latar belakang. Tujuan penelitian adalah mengetahui karakteristik analisis pernapasan tidal pada bayi baru lahir dan faktor yang berhubungan. Metode. Desain studi potong lintang untuk melakukan pengukuran parameter pernapasan tidal pada bayi baru lahir menggunakan alat spiroscout with TBA®. Jenis kelamin, berat lahir, cara persalinan, status merokok dan asma pada ibu adalah faktor yang akan dinilai hubungannya dengan analisis pernapasan tidal menggunakan uji regresi linier. Hasil. Total subjek adalah 84 bayi dengan usia kehamilan 39 (38-39) minggu, berusia 38,5 (29-42) jam dan berat lahir 3155 (2980-3330) gram. Terdapat penurunan volume tidal per kilogram berat badan (VT/kg) seiring dengan peningkatan berat lahir dan ada perbedaan nilai parameter aliran ekspirasi dan inspirasi (PTEF, TEF50/TIF50, Te, Ti/Te, Te/Ttot, Ti/Ttot) sesuai cara persalinan. Rerata parameter aliran puncak ekspirasi tidal (TPTEF, TPTEF/TE, VPTEF, VPTEF/PE) lebih rendah pada bayi dari ibu merokok dan ibu dengan asma. Pada analisis multivariat, terdapat hubungan antara parameter aliran ekspirasi tidal dengan status merokok dan asma pada ibu (TPTEF (aR2 0,159; p = 0,006), TPTEF/TE (aR2 0,311; p = <0,0001), VPTEF (aR2 0,161; p = <0,008), dan VPTEF/VE (aR2 0,269; p = <0,041)). Kesimpulan. Berat lahir, cara persalinan, status merokok dan asma pada ibu berhubungan dengan parameter analisis pernapasan tidal pada bayi.

Backgrounds. The aim of this study to determine the characteristics of tidal breathing analysis in newborns and its associated factors. Methods. A cross-sectional analysis study to measure tidal breathing parameters in newborns using spiroscout with TBA®. Related factors to be analyzed were gender, birth weight, mode of delivery, smoking, and maternal asthma using linear regression tests. Results. The total subjects were 84 neonates with a gestational age of 39 (38-39) weeks, aged 38.5 (29-42) hours, and a birth weight of 3155 (2980-3330) grams. Tidal volume per kilogram of body weight (VT/kg) decreases as birth weight increases and there are differences in expiratory and inspiratory flow parameters (PTEF, TEF50/TIF50, Te, Ti/Te, Te/Ttot, Ti/Ttot) according to the mode of delivery. The mean peak tidal expiratory flow parameters (TPTEF, TPTEF/TE, VPTEF, VPTEF/PE) were lower in infants of smoking mothers and mothers with asthma. On multivariate analysis, there was an association between expiratory flow parameters and maternal smoking and asthma status (TPTEF (aR2 0.159; p = 0.006), TPTEF/TE (aR2 0.311; p = <0.0001), VPTEF (aR2 0.161; p = <0.008), and VPTEF/VE (aR2 0.269; p = <0.041)). Conclusion. Birth weight, mode of delivery, maternal smoking, and maternal asthma are correlated with tidal breathing parameters in newborns."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Tjora
"Setiap perusahaan akan berusaha mencapai tingkat produktivitas yang setinggi-tingginya dalam kelangsungan operasionalnya. Untuk menunjang tujuan dimaksud, maka peranan kesehatan pekerja menjadi hal yang amat strategis. Sehubungan dengan hal tersebut maka pemulihan kelelahan pekerja dipandang sangat penting untuk dapat dikelola secara baik.
Penelitian ini berupaya mengungkap kontribusi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap sindroma kelelahan kronik ( Chronic Fatigue Syndrome) dan mengkaji sejauh mana efek terapi relaksasi napas lambat dalam pemulihannya.
Metode penelitian ini adalah studi eksperimen pre dan post, yang dilaksanakan di Kantor pusat PT AT di Jakarta periode Juli - September 2003 dengan melibatkan 45 (empat puluh lima) pekerja pria yang di wawancara dan mengisi kuesioner, serta mereview rekam medis yang ada di Poliklinik perusahaan. Diagnosis sindrom kelelahan kronik didasarkan atas kriteria mayor dan minor ( versi Central Disease Control).
Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Intervensi berupa relaksasi napas lambat selama 4 ( empat ) minggu dengan frekuensi tiga kali 5 sampai 10 menit setiap hari, secara mandiri dan dimonitor dua kali seminggu oleh peneliti selama 20 menit. Sebelum dan sesudah relaksasi dilakukan penghitungan skor kelelahan (versi Fatigue Severity Scale )
Hasil ; Penelitian ini menemukan bahwa responden berusia rata-rata 34.38 ±7.88 tahun, masa kerja rata-rata 7.27 ± 3.82 tahun, IMT 20.3 ± 2.7 , pendidikan umumnya setingkat SLTA ( 51.1 %) serta 37.8 % responden mempunyai gaya hidup baik. Rerata skor kelelahan preintervensi 35.80 ± 2.78 dan post-intervensi 28.73 ± 2.70.
Analisis statistik menunjukkan bahwa terapi relaksasi napas lambat berpengaruh bermakna terhadap skor kelelahan ( paired l-lest analysis) p-value < 0.001 ( 0.000 ). Selanjutnya didapatkan bahwa semua faktor variabel independen ( umur, masa kerja, pendidikan, status gizi dan gaya hidup ) tak berpengaruh bermakna terhadap skor kelelahan kronik dengan p-value > 0.05.

Every company attempts to reach the highest productivity rate in its operation, and for such intended purpose, the role of workers' health becomes something very strategic. In relation to the above, recovery of workers ' fatigue is deemed important to be properly managed
This research is intended to reveal the contribution of a number of factors that influence fatigue (Chronic Fatigue Syndrome) and study of how far the effect of long breath relaxation therapy is in its recovery.
This research method is an experiment study ( before and after design) performed at the central Office of PT Antam Tbk in Jakarta for the period of July - September 2003 by involving 45 (forty-five) interviewed male workers and they filled in questionnaires before and after the relaxation. Fatigue Severity Scoring, review on the medical records existing in the company's Policlinic, diagnosis on chronic fatigue syndrome based on major and minor criteria (CDC version) and sampling were conducted on a simple random sampling basis. Intervention in the form of long breath relaxation for 4 (four) weeks with the frequency of 3 times 5 minutes every day was monitored 2 times a week
Result: This research revealed that the respondents have the average age of 34.38 ± 7.88 years, average employment term of 7.27 ± 3.82 years, BMI of 20.3 ± 2.7 and generally education of Senior High School (SLTA) level, where 37.8% of the respondents have good life style, with the average pre-intervention score of 35.80 ±2.78 and post-intervention score of 28.73 2'2. 70.
Statistic analysis shows that long breath relaxation therapy brings significant influence to the fatigue score (paired t-test analysis), namely p-value < 0.001 (0.000), .
Subsequently, it was found out that all independent variable factor (age, employment term, education, Body Mass Index and life style) no significant influence to the chronic fatigue syndrome with namely p-value > 0.05."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13653
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eszy Celina Asmi
"Latar Belakang: Kebiasaan bernapas melalui mulut umum memengaruhi anak-anak dan
dapat mengakibatkan perubahan kondisi cairan dalam rongga mulut sehingga
memengaruhi kebersihan mulut dan memicu terjadinya bau mulut. Keadaan ini dapat pula
mengakibatkan kondisi mikroorganisme seperti Streptococcus mutans serotype e dan
Candida albicans pada mulut mengalami perubahan. Tujuan: Menganalisis kadar
Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans terhadap kondisi bau mulut dan
OHI-S pada sampel saliva dan usap lidah. Metode: Sampel saliva dan usap lidah dari
subjek di uji dengan menggunakan ELISA-indirect dan dibaca nilai absorbansinya
dengan ELISA reader pada panjang gelombang 450nm. Nilai absorbansi dijadikan
sebagai nilai kadar antigen mikroorganisme pada subjek dan dibandingkan terhadap hasil
pemeriksaan organoleptik dan OHI-S. Hasil: Jumlah anak bernapas melalui mulut
ditemukan lebih sedikit pada SD Tugu Ibu 1, Depok. Kondisi bau mulut tidak berkaitan
dengan kebersihan mulut subjek. Kadar antigen Streptococcus mutans serotype e dan
Candida albicans yang terisolasi pada sampel saliva maupun usap lidah lebih banyak
ditemukan pada anak bau mulut. Kadar antigen Streptococcus mutans serotype e yang
terisolasi pada sampel saliva dan usap lidah tidak memiliki tendensi pada salah satu
kategori OHI-S. Sedangkan kadar antigen Candida albicans memiliki tendensi lebih
banyak pada kategori OHI-S sedang pada kedua sampel dan subjek kecuali pada sampel
usap lidah anak bernapas melalui hidung, lebih banyak ditemukan pada kategori baik.
Kesimpulan: Kondisi bau mulut tidak berhubungan dengan status kebersihan mulut.
Banyaknya kadar antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans tidak
berpengaruh dengan kondisi kebiasaan bernapas anak dan tidak dapat menentukan bau
mulut serta status kebersihan mulut pada subjek anak bernapas melalui hidung maupun
melalui mulut

Background: Mouth breathing is common affects children and can cause changes in fluid
conditions in the oral cavity that affect oral hygiene and trigger bad breath. This situation
can change the condition of microorganisms such as Streptococcus mutans serotype e and
Candida albicans in the mouth. Objective: To analyze the level of Streptococcus mutans
serotype e and Candida albicans on the condition of bad breath and oral hygiene status
in bad breath and oral hygiene condition in subjects. Methods: Saliva and tongue swabs
samples were tested using indirect ELISA, and the absorbance values read with an ELISA
reader at a wavelength of 450nm. Absorbance value is used as the value of microorganism
antigen levels in the subject and compared to the results of organoleptic examination and
OHI-S. Result: The number of mouth breather children is fewer than normal in SD Tugu
Ibu 1, Depok. Bad breath is not related to the subject's oral hygiene. Antigen levels
of Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans used in saliva samples or
tongue swabs are more common in children with bad breath. Antigen level of
Streptococcus mutans serotype e isolated in saliva samples and tongue swabs didnt have
a tendency to any of the OHI-S categories. While antigen levels of Candida albicans had
more tendency in the OHI-S category while in both the sample and the subject except for
the nose breather childs tongue swabbing samples, more were found in the good category.
Conclusion: The condition of bad breath is not related to oral hygiene status. The large
number of Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans antigens does not
affect the childs breathing habits and cannot determine bad breath and oral hygiene status
in nose breathing and mouth breathing children
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Perdana Kesuma
"Pasien dengan pneumonia bakterial memiliki kemungkinan 40-60% berkembang menjadi efusi pleura (parapneumonia effusion) dengan keparahan yang berbeda-beda. Selain gangguan pada pola nafas, masalah ansietas merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien pneumonia. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan parapneumonia effusion dan menganalisis penerapan intervensi latihan tekhnik nafas dalam yang dikombinasikan dengan dzikir/doa dan imajinasi terbimbing sebagai salah satu intervensi keperawatan utama dalam mengatasi permasalahan gangguan pola nafas tidak efektif dan nyeri pasien. Hasil evaluasi didapatkan intervensi teknik relaksasi ini memberikan dampak yang positif bagi status pernafasan pasien dan meningkatkan oksigenasi serta menurunkan nyeri dan meningkatkan respon reslaksasi pasien. Latihan pernafasan tekhnik nafas dalam dikombinasi dengan dzikir dan doa serta imajinasi terbimbing sangat sederhana, cost-effective, cepat, aman dan mudah untuk dilatih. Implikasi keperawatan dari studi ini menemukan bahwa penting untuk menerapkan tekhnik relaksasi ini dalam melakukan manajemen pasien dengan parapneumonia effusion

Pneumonia bacterial have a 40% - 60% chance of developing to parapneumonia effusion with varying severity. In addition to interference with breathing patterns, anxiety problems are a problem that often occurs in patients with pneumonia. This scientific work aims to describe nursing care in a teenager with parapneumonia effusion and analyze the application of breathing technique exercise combined with dzikir / prayer and guided imagination as one of the main nursing interventions in overcoming problems of ineffective breathing patterns and pain. Evaluation results show that this relaxation technique has a positive impact on the patients respiratory status and increases oxygenation and reduces pain and improves the patients relaxation response. Breathing techniques in combination with dhikr/pray and guided imagination is very simple, cost-effective, fast, safe and easy to practice. The nursing implications of this study found that it is important to apply this relaxation technique in managing patients with parapneumonia effusion"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Wijayanti
"Pendahuluan: Latar belakang budaya merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pendidikan seseorang, termasuk pendidikan kesehatan gigi. Siwak (Salvadora persica) dikenal sebagai alat pembersih mulut yang berasal dari Arab kuno dan memiliki nilai budaya agama Islam. Selain itu, menurut beberapa penelitian, siwak memiliki kandungan antibakteri yang berfungsi untuk membunuh bakteri yang menyebabkan bau mulut (halitosis).
Tujuan Penelitian: Untuk menganalisis perubahan parameter halitosis yaitu kadar Volatile Sulfur Compounds (VSC), Bleeding on Probing (BOP) dan tongue coating setelah penggunaan siwak pada santri usia 11-13 tahun di pesantren Tapak Sunan Jakarta.
Material dan Metode: Metode dalam penelitian ini adalah experimental research dengan subjek penelitian santri usia 11-13 tahun sebanyak 25 orang. Pengukuran parameter halitosis dilakukan sebelum dan sesudah pemakaian siwak selama 10 hari melalui pendidikan kesehatan gigi. Gas VSC diukur menggunakan alat “Oralchroma” dan skor organoleptik. Pengukuran BOP dilakukan dengan probing pada sulkus gingiva di 6 permukaan pada semua gigi. Pengukuran tongue coating dilakukan dengan menilai area lapisan putih pada permukaan lidah lalu diklasifikasikan. Pengolahan data dilakukan secara statistik dengan uji Paired T Test ( p< 0,05 sebagai level signifikan).
Hasil: Terjadi penurunan kadar rata-rata VSC total sebanyak 75% setelah pemakaian siwak. Jumlah subjek yang memiliki skor 1 organoleptik meningkat menjadi 36% yang disertai dengan penurunan jumlah subjek dengan skor 4. Terjadi penurunan nilai rata-rata BOP dan skor tongue coating berurutan sebanyak 57,7% dan 26% setelah penggunaan siwak. Analisis statistik terhadap seluruh parameter halitosis sebelum dan sesudah penggunaan siwak dengan paired-t-test memperlihatkan perbedaan yang bermakna (p<0,05).
Kesimpulan: Terjadi penurunan parameter halitosis sebelum dan sesudah penggunaan siwak pada santri usia 11-13 tahun di pesantren Tapak Sunan Jakarta.

Introduction: Cultural background is one of important factors that influences education, including dental health education. Siwak (Salvadora persica), an oral cleansing tool which came from ancient Arab has Islamic cultural values. Many researches concluded that siwak contains antibacterial agent which has function to kill bacteria causing oral malodor (halitosis).
Objective: The purpose of this study was to analyze halitosis parameters change which consisted of Volatile Sulfur Compounds (VSC), Bleeding on Probing (BOP) and tongue coating after using siwak at 11-13 year old students in Tapak Sunan Boarding School.
Materials and methods: This study used experimental research method and 25 students in the age group of 11-13 year old became subjects of this study. Halitosis parameters measurements were taken before and after using 10 days siwak usage and through dental health education. OralChroma and organoleptic score were used to measure the VSC. Probing on six sites of gingival sulculs of each tooth was used to measured BOP. Classification of tounge coating was performed by observing the presence of white coating on the tongue surface. Statistical analysis was performed using Paired-t Test with p<0.05 as the level of significance.
Results: Approximately 75% reduction of total VSC concentration was observed after siwak usage. Number of subjects with score 1 in organoleptic assessment for halitosis was also increased by 36%. Followed by reduction of BOP and tongue coating score by 57.7% and 26% respectively. Statistical analysis of those parameters showed significant differences before and after siwak usage.
Conclusion: Siwak usage sucessfully decreased all halitosis parameters of the 11-13 years old students in Tapak Sunan Boarding School.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sheirly Mariani
"

Prevalensi kasus hipertensi terus bertambah seiring meningkatnya populasi lansia di wilayah perkotaan. Salah satu intervensi keperawatan yang dapat menurunkan tekanan darah yaitu terapi masase dan relaksasi napas dalam. Pelibatan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan merupakan sistem pendukung dasar utama bagi lansia dalam mempertahankan status kesehatannya. Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan hasil intervensi keperawatan keluarga Bapak A dengan hipertensi melalui terapi masase dan relaksasi napas dalam terhadap perubahan tekanan darah. Intervensi dilakukan 10 kali dengan 2 kali dalam seminggu selama 6 minggu dengan durasi 15 menit. Hasil menunjukkan penurunan sistolik sekitar 5 – 15mmHg dan 15 – 20 mmHg pada diastolik. Hasil pengukuran tekanan darah dianalisis dengan Paired Sample T-Test menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara terapi masase dan relaksasi napas dalam dengan penurunan tekanan darah saat sebelum dan sesudah intervensi (p value = 0,000). Terapi masase dan relaksasi napas dalam dapat dilakukan sebagai upaya preventif pencegahan komplikasi kardiovaskular terutama keluarga lansia dengan hipertensi.

 


Massage Therapy and Deep Breathing Relaxation as Nursing Intervention to Maintain and Decreaing Blood Pressure in Hypertension. The enhancement prevalence of hypertension cases continues as the elderly population increased in urban areas. Family involvement in nursing care is the main basic support system for the elderly to maintain their health status. This case study aims to describe the results of massage therapy and deep breath relaxation in changing blood pressure which conducted in the elderly family with hypertension. This intervention performed 10 session in 2 times a week within 6 weeks in 15 minutes duration. The results showed the blood pressure has decreased, in systolic around 5 - 15mmHg and 15 - 20mmHg in diastolic. Blood pressure measurement results has been analyzed by Paired Sample T-Test, showed a significant effect between massage therapy and deep breath relaxation in decreasing blood pressure before and after the intervention (p value = 0,000). Massage therapy and deep breathing relaxation could be applied to maintain and decreasing blood pressure to prevent cardiovascular complications especially in elderly families

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Meriati Elisabet Magdalena
"Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas pada tulang femur. Pada penderita fraktur, nyeri merupakan salah satu masalah keperawatan yang sering ditemukan. Nyeri adalah suatu pengalaman emosional yang tidak menyenangkan dan pengalaman sensori akibat dari kerusakan jaringan yang potensial maupun aktual. Nyeri pada fraktur bersifat akut dan dapat diprediksi akan tetapi membuat klien tidak nyaman dan mengganggu aktivitas. Penulis melakukan analisis literature review terkait masalah keperawatan pada klien Close Fracture Shaft Femur Dextra. Hasil analisis pada 11 literatur review yang melakukan relaksasi nafas dalam didapatkan bahwa nafas dalam mempengaruhi proses otonom dan nyeri  sehingga dapat membantu menstabilkan tekanan darah, denyut jantung, meningkatkan ventilasi paru dan kadar oksigen dalam darah, juga mampu untuk menurunkan tingkat stress baik secara emosional maupun fisik seperti menurunkan kecemasan dan tingkat nyeri. Dapat disimpulkan bahwa intervensi nafas dalam dinilai cukup efektif untuk mengelola rasa nyeri pada pasien close fracture shaft femur dextra. Sebagai rekomendasi, perawat dapat memberikan edukasi dan melatih tehnik nafas dalam yang benar sejak klien masih diruang rawat sebelum tindakan operasi.

Femur fracture is a discontinuity of the femur.  In patient with fracture, pain is a common nursing problem.  Pain is an unpleasant emotional experience and a sensory experience resulting from potential or actual tissue damage. Pain in fractures is acute and predictable. However, it makes the client uncomfortable and interferes with activities. This paper  conducted a literature review analysis related to nursing problems in Dextra's Close Fracture Shaft Femur client.  The results of the analysis on 11 literature reviews that perform deep breath relaxation found that deep breath affects autonomic processes and pain. Therefore, it helps to stabilize blood pressure, heart rate, increase pulmonary ventilation and oxygen levels in the blood, and also reduce stress levels both emotionally and physically such as reducing anxiety and pain levels. As conclusion, the deep breath intervention is effective to manage pain in patients with close fracture shaft of the right femur.  As a recommendation, nurses can provide education and practice for proper deep breathing techniques to client since admitted before the surgery."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>