Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Basrah Saidani
Abstrak :
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah indikator apakah sajakah yang diperlukan untuk mengukur ekuitas merek berbasis konsumen dan bagaimana peran ekuitas merek berbasis konsumen dalam menyusun strategi komunikasi pemasaran. Metode analisis dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah tahap uji coba, yaitu tahap untuk menguji reliabilitas dan validitas instrumen yang akan digunakan dalam tahap uji utama. Objek dalam tahap uji coba sebanyak 50 responden dengan membandingkan tiga buah merek shampo anti ketombe, yaitu Clear, H&S dan Pantene. Hasil pengolahan data dengan analisis faktor pads SPSS versi 10.0 menunjukkan bahwa dari 40 instrumen yang digunakan, dapat terpakai 36 item pada tahap uji utama. Tahap kedua adalah tahap uji utama penelitian yang dilakukan terhadap 200 prang responden, tetapi yang dapat dilanjutkan untuk diolah hanya 179 kuesioner. Data diolah dengan statistik deskriptif untuk memperoleh rata-rata dari seluruh jawaban responden, dilanjutkan dengan Anova. Hasil pengolahan data dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 10,0 menunjukkan bahwa ekuitas merek berbasis konsumen dapat diukur dengan cara yang dilakukan oleh Lassar, Mittal dan Sharma (1995) dengan menggunakan dimensi pengukuran yang ditawarkan oleh Keller (2001), yaitu brand identity, brand meaning, brand response dan brand resonance. Pengujian dengan anova menunjukkan bahwa ekuitas merek ketiga merek shampo yang diuji memang memiliki perbedaan yang signifikan. Pengukuran ekuitas merek dari ke tiga merek shampo yang diukur menunjukkan bahwa walaupun Clear memiliki brand identity yang tertinggi yang dapat diiihat dari tingginya top of mind, tetapi secara keseluruhan Pantene memiliki nilai ekuitas merek yang tertinggi dibandingkan dua merek lainnya. Shampo H&S memiliki ekuitas merek yang terrendah, tetapi H&S menetapkan harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan Clear dan Pantene. Bagi merek yang memiliki ekuitas merek relatif rendah, perlu dilakukan strategi komunikasi pemasaran, seperti meningkatkan kualitas produk, menurunkan tingkat harga, mernpertinggi kuantitas iklan dan melakukan push strategy . Sedangkan bagi merek yang ekuitas mereknya sudah tinggi/kuat, dapat melakukan perluasan merek atau perluasan ini produk, untuk mempertahankan posisi yang sudah ada, ada baiknya diperbanyak ildan untuk menjangkau area yang lebib jauh dan promosi konsumen agar ada pembelian segera dari konsumen.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Syahmenan
Abstrak :
Penelitian ini didasari dari konsep Customer Based Brand Equity Model yang menggambarkan proses penerapan aktivitas-aktivitas Branding untuk dapat membentuk Brand Equity yang kuat sehingga perusahaan dapat mempunya kesempatan untuk memperluas merek salah satu produknya. Dalam penelitian ini kasusnya adalah LCD TV LG. Pcnclitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptifi I-Iasil penelitian menyarankan agar pemegang merek dalam melakukan aktifitas branding hams mampu menciptakan keunikan sehingga dapat lebih cepat masuk di dalam benak audiens. Branding yang tepat dimana timbul resonansi di dalam hati dan pikiran konsumen. Ketika kondisi itu terjadi maka akan timbul Brand Equity yang kuat. Dan dampaknya adalah Brand Equity menciptakan nilai bagi konsumen dan juga bagi perusahaan yang berguna untuk perusahaan dalam strategi perluasan merek. Produk setelah perluasan merek harus dikomunikasikan dengan tepat salah satunya dcngan word of mouth dan juga iklan yang menarik sehingga timbul persepsi baik, sikap positifl dan kepercayaan konsumen terhadap merek yang pada akhirnya akan menimbulkan perubahan perilaku dan konsumen melakukan pembelian. ......The Customer-Based Brand Equity model elicits the brand resonance in the mind and heart of consumers as the ultimate target of branding. Once such conditions established, the brand equity of the products branded is at its highest position. Through brand experiential, the curious brand seekers finally got satisfied in terms of wants, needs, and perceptions. The satisfied cormumers were then motivated to buy the brand, creating the company brand loyalty powerfully. The branding efforts reached one of its final goals, motivating the consumers to buy the company brand, not just the product brand. The study tends to be descriptive and analyzing the concepts of integrated marketing communication, branding, brand equity, and brand extension Concept analysis is performed through interpretative reading and cross-referencing to other definitions. Store branding placed in the forefront of the strategic main gate of exhibition has successfully exposed the brand visually in the eye of consumers and directly absorbed in to the mind and heart of the consumers. The repeated product brand name shouted out loud has successfully created some brand resonance through the ears of consumers. The visual and the hearings of product brand name has successfully created some level of desire for the consumers to experience the brand themselves. Once the curious consumers satisfied through brand experience, they became eager to own the brand, either product-wide or company-wide brand. Sales promotion efforts through branding and integrated marketing communication have reached beyond the expected sales target.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T33889
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library