Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Fontine, Terry
Abstrak :
Brand dipahami sebagai nama dari suatu produk yang diciptakan oleh sebuah perusahaan. Namun, keberadaannya bukan sekedar itu, tapi juga memiliki citra yang berhubungan dengan pemikiran dan komunikasi pemasaran secara menyeluruh. Sehingga dalam menghadapi persaingan globalisasi, sebuah strategi dijalankan oleh perusahaan yaitu penyampaian citra brand-nya melalui arsitektur. Arsitektur dalam kasus ini, menjadi media periklanan sebuah Brand.

Peran arsitektur ditekankan pada fungsinya sebagai media untuk penyampaian citra brand kepada masyarakat. Upaya ini dilakukan agar citra dari produk tersebut melekat di hati masyarakat. Untuk maksud tersebut perlu dilakukan kerjasama dengan arsitek yang memiliki ciri khusus pada desainnya. Karena dengan ciri khususnya, ia dianggap mampu menawarkan sebuah citra arsitektur yang turut memperkuat citra dari suatu brand di mata konsumen.

Skripsi ini akan menjelaskan tentang apakah bangunan yang dihasilkan dapat mewakili citra dari sebuah brand atau justru didominasi gaya desain arsiteknya dalam mendesain. Topik ini terkait dengan pemahaman citra brand dan arsitektur yang diterjemahkan melalui beberapa proses pendekatan kreatif. Sehingga, pada akhirnya terbukti bahwa tidak sepenuhnya citra dari suatu brand terwakili pada bangunan. Namun, terdapat manfaat yang diperoleh dari perusahaan tersebut. Manfaat tersebut berupa penggunaan elemen bangunan yang dapat menjadi inspirasi dalam menghasilkan produk suatu brand.
Brand is known as the name of a product that was created by a company. However, the existence is not only for that. Brand also has an image that is connected with idea and marketing communication comprehensively. So as in facing the globalization competition, a strategy was undertaken by the company to deliver brand image through architecture. Architecture, in this case, becomes an advertising media of the Brand.

The role of architecture is focused to deliver brand image to the people. This effort is carried out to make the product image adheres in the heart of people. An architect with distinct characters is then important in this regard. It is hoped that the architect could create an architecture image that supports the brand image in the eyes of the consumers.

This script will explain whether the building represent the image of a brand or the style of the architect. This topic relateds to the understanding of brand image and architecture that is transformed through several processes of creative approaches. So, it will be proved that not all of the brand image represented in the building. However, the analysis conclude that architecture also inspires the company to give more characters to the product.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48448
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Primadini
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa persaingan perusahaan-perusahaan di dunia bisnis semakin tinggi. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukan berbagai cara untuk mempromosikan produknya. Unilever sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi consumer?s good memilih cara lain untuk berpromosi. Melalui salah satu produknya, yaitu Lifebuoy, Unilever mempublikasikan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh Lifebuoy. Publikasi itu menggunakan salah satu tools Marketing Public Relations (MPR) yaitu advertorial. Salah satu tugas Public Relations (PR) adalah mendukung perusahaan untuk mencapai visi dan misinya, termasuk mendukung kegiatan marketing perusahaan. Masyarakat akan melakukan kegiatan pembelian jika citra perusahaan dan citra produknya baik di mata mereka. Banyak hal yang bisa membentuk citra positif mengenai suatu produk, salah satunya melalui CSR. Atas dasar itulah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kredibilitas advertorial terhadap persepsi khalayak mengenai isi advertorial tentang CSR yang dilakukan oleh Lifebuoy dan untuk mengetahui pengaruh persepsi khalayak mengenai CSR tersebut terhadap citra Lifebuoy (brand image), serta untuk mengetahui adakah perbedaan persepsi mengenai CSR yang dilakukan Lifebuoy dan citra merek Lifebuoy antara pemakai dan bukan pemakai. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma positivis pada pendekatan kuantitatif yang bersifat eksplanatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei melalui kuesioner. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Ekstensi FISIP UI. Sampelnya diambil secara acak dari populasi yang telah dipilih dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Penelitian ini memerlukan data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui survei dengan menyebarkan kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui company profile dan kepustakaan. Dari hasil survei dan analisis data yang dilakukan, diketahui tingkat kredibilitas advertorial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi mengenai CSR dan kekuatan hubungannya berada pada tingkat sedang. Sementara persepsi mengenai CSR juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap citra merek Lifebuoy dan kekuatan hubungannya berada pada tingkat lemah. Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara pemakai maupun non-pemakai Lifebuoy mengenai CSR dan citra merek. Berdasarkan hasil analisis data, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kredibilitas advertorial CSR maka persepsi khalayak mengenai CSR pun akan semakin positif, diterima. Dan hipotesis yang menyatakan bahwa semakin positif persepsi khalayak mengenai CSR yang dilakukan oleh Lifebuoy maka semakin positif pula citra merek, juga diterima. Sementara hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan persepsi antara pemakai dan non-pemakai produk Lifebuoy mengenai CSR dan citra merek, tidak diterima.
This research is based on the fact that competition in the business world today has become fiercer. Companies have done many things in order to promote their products. Unilever, as one of the companies that produces consumer?s goods has chosen a different way in promotion. Through one of their products, Lifebuoy, Unilever publicizes the Corporate Social Responsibility (CSR) activity which is organized by Lifebuoy. The publication uses one of tools Marketing Public Relations (MPR) that is advertorial. One of the duties of Public Relations (PR) are to support the company in achieving their aim, including supporting company?s marketing activities. People will purchase if the company?s image and products are valuable for them. There are many things which can establish a positive image about a product, one of them is through CSR. On the grounds of, this research is aimed to recognize the influence of the advertorial credibility rate in people?s perceptions regarding the content of the advertorial about CSR which has been did by Lifebuoy, to recognize the influence of people?s perception regarding CSR to Lifebuoy brand image, and to recognize whether there are the perception differences between users and non-users about CSR and brand image. This research is done by using ?positivist? paradigm with quantitative-explanative approach. This research is needed primary and secondary data. The primary data was collected through a survey by spreading questionnaires while the secondary data was gained through company profile and literatures. The populations of this research were taken from college students of the Faculty of Social and Political Science Extension Program University of Indonesia. The sample was taken randomly from 60 persons in the chosen population. From the survey and the data analysis, it has been recognized that the advertorial credibility rate gives significant influences in the perceptions considering CSR and its relation strength is in the medium level. CSR also gives significant influences in the Lifebuoy brand image in the low level. There are no significant perceptions differences between Lifebuoy users or non-users concerning CSR and brand image. According to the result of the data analysis, the research hypotesis which explain that the more higher CSR advertorial credibility rate, the more positive people?s perception about it is accepted. The hypotesis which explain more positive people?s perception about CSR ? did by Lifebuoy ? so the brand image will be more positive too is also accepted. Whereas the hypotesis which explain that there are perception differences about CSR and Lifebuoy brand image between user and non-users is not accepted.
2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrurroji
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5224
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Kresna Noer
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5247
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Setyaningrum
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh green marketing yang terdiri dari ecolabel, ecobrand, environmental advertising awareness, green product, green price, green promotion dan demographic terhadap brand image produk lampu LED Philips di kota Bandung. Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif dan kausalitas. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari pengguna produk lampu Philips LED di kota Bandung yang tidak diketahui dengan pasti jumlahnya. Teknik pengolahan dan analisis daya yang digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas, analisis deskriptif, da analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat empat variabel yang memiliki pengaruh terhadap brand image diantaranya adalah environmental advertising (1,787), environmental awareness (3,508), green product (1,808) dan green price (2,211). Besarnya pengaruh green marketing terhadap brand image adalah sebesar 67,4%
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, 2017
330 AGREGAT
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hertiatusti Winiaswasti
Abstrak :
Latar Belakang Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa raja yang mempengaruhi brand image sebuah majalah wanita, berikut pola hubungan antar faktor tersebut. Penelitian bersifat kuantitatif - eksplanatif, terdiri dari 13 halaman, 1 lampiran, 5 tabel, 3 gambar dan bibliografi. Model dasar penelitian merupakan hubungan kausal antara variabel independen. yaitu media exposure, perubahan nilai gender, interaksi peer group, field of experience dan variabel dependen yaitu brand image majalah femina-PESONA. Studi ini merupakan penelitian yang menerapkan metode survey menggunakan seratus responden, yang diperoleh melalui simple random sampling dan data pelanggan, pembaca pengirim data angket majalah, dan peserta event promosi yang berusia 35 - 45 tahun, yang berdomisili di Jakarta. Uji validitas ditempuh melalui confirmatory factor analysis untuk mengetahui apakah indikator-indikator benar-benar mengukur konsep yang diukur. Dari uji reliabilitas, peneliti memutuskan untuk mengeluarkan variabel field of experience pada tahap penelitian selanjutnya, karena dinilai tidak reliabel. Perth analysis dilakukan untuk melihat pola hubungan ketergantungan antara variabel-variabel independen dan variabel dependen dalam model analisa. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan model akhir penelitian antara variabel independen (media exposure, interaksi peer group, perubahan nilai gender, dan interaksi peer group), dan variabel dependen (brand image majalah). Hasil pengujian fit coefficient menunjukkan bahwa model yang disesuaikan lebih baik dari model dasar. Model yang telah disesuaikan, menggambarkan terjadinya perubahan posisi variabel independen & dependen. Berdasarkan pada besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-masing variabel pada saat pengujian, peneliti kemudian menempatkan media exposure, pendapat mengenai perubahan nilai gender dan interaksi peer group sebagai variabel independen. Karena semua hubungan mengarah brand image majalah femina-PESONA, peneliti kemudian menempatkan variabel tersebut sebagai variabel dependen. Pola hubungan yang terjadi adalah, media exposure, mempengaruhi brand image majalah femina-PESONA, baik secara langsung, maupun melalui 2 faktor penghubung, yaitu pendapat tentang perubahan nilai gender dan interaksi peer group. Implikasi teoritis penelitian ini terhadap teori brand image adalah, opini seseorang tentang brand image suatu produk, dapat dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh terpaan media yang diterimanya. Secara tidak langsung, terpaan media mempengaruhi brand image melalui 2 faktor penghubung, yaitu pendapat wanita mengenai perubahan nilai gender, dan intensitas interaksi peer group mereka. Sedangkan, implikasi praktis penelitian ini adalah perlunya pemasar melakukan pendekatan terhadap peer group pembaca melalui kegiatan-kegiatan sponsorship, guna membangun brand image majalah yang baik. Pemasar juga perlu meneliti lebih lanjut, sejauh mana pendapat pembaca mengenai perubahan nilai-nilai gender, dapat mempengaruhi opini mereka mengenai brand image majalah femina-PESONA. Kelemahan penelitian ini adalah jumlah responder yang kurang mencukupi, apabila hasil penelitian ini akan digeneralisasikan ke populasi. Namun demikian, penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian sejenis yang akan dilakukan di waktu mendatang.
Research Background : This research aimed to study factors which are influencing a women's magazine's brand image. This research is explanations - quantitative, consists of 13 pages, 1 attachment, 5 tables, 3 diagrams, and bibliography. Researcher analyzes causal relationships assumed happen between independent variables, which are media exposure, the changes of gender's values, peer group interaction, field of experience, and dependent variable, which is brand image of femina-PESONA magazine. The method used in this study is survey, with 100 respondents selected through simple random sampling from femina-PESONA magazine's readers data, such as subscriber, polling participants, and promotion event participants. The respondents is women aged between 35 to 45 years old, live in Jakarta. Validity test has done through confirmatory factor analysis, to estimate the indicators correctly measure the concepts. Researcher has concluded that variable X4, field of experience, must be excluded in further research, because it has indicated unreliability. Researcher uses path analysis method to generalize the causal pattern between variables. Output indicates, there are differences of variable positions between the basic model and adjusted model. Based on this fact, researcher excluded field of experience variable, and place media exposure, changes of gender values, and peer group interaction, as independent variables. Furthermore, because all causal relationship leads to magazine's brand image, researcher places this variable as dependent variable. Then, researcher generalized the adjusted causal relationships pattern. It indicates that media exposure, effects magazine's brand image in 3 ways. First, media exposure directly effect magazine's brand image. Second, media exposure effect magazine's brand image through respondent's opinion on changes of gender values. Third, media exposure effected magazine's brand image through respondent's peer group interactions. Adjusted fit coefficient's value indicates that the adjusted model of causal relationships between variables is more acceptable than the basic model. Theoretical implication of this research's finding contributes to brand image theory that women's opinion about brand image could be affected by her media exposure intensity, opinion about gender values and peer group interactions. Opinion on gender values and peer group interactions are supporting factors, which complement media exposure as major factor affected magazine's brand image. Practical implications of this research's finding is the marketer needs to broader it's market view about reader's peer group, and examine how important reader's opinion about changes of gender values could affect their perception of magazine's brand image. The weakness of this research is the amount of sample hasn't appropriates for conduct the research's finding into population. Therefore, this research could be a reference for any further study.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22647
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Indah
Abstrak :
ABSTRAK
Di antara sejumlah perusahaan yang memasarkan minyak pelumas impor dengan kandungan sintetis, salah satunya adalah ExxonMobil Singapore yang merupakan bagian dari perusahaan global ExxonMobil Oil Inc. telah memasarkan minyak pelumas Mobil 1 di Indonesia dalam bentuk kemasan sejak tahun 1998. Selama ini pelumas Mobil 1 dimasukkan dalam kategori pelumas premium karena harganya yang lebih mahal dibandingkan pelumas lokal seperti pelumas andalan Pertamina yaitu Mesran dan pelumas lain seperti Top 1 serta memiliki pasar yang khusus (niche market). Di pasar khusus inipun Mobil 1 harus bersaing dengan pelumas impor Iainnya yang juga memiliki kandungan sintetik seperti Havoline yang di produksi oleh Caltex, Helix Ultra yang di produksi oleh Shell, Visco dan British Petroleum (BP), Image dan Adnoc dan First keluaran FINA. Ke enam merek pelumas ini merupakan kompetitor utama dari Mobil 1 terutama merek Havoline yang di produksi oleh Caltex.

Selama ini perusahaan telah melakukan sosialisasi image Mobil 1 ke target konsumen sebagai minyak pelumas sintetis dengan kualitas prima melalui program promosi seperti melaui iklan di media cetak, melalui pemasangan banner di bengkel-bengkel dan dealer yang mempunyai hubungan kerjasama dengan Mobil 1 dan lain-lain, Melalui program promosi ini diharapkan Mobil 1 dapat memperbesar marker share-nya di pasar. Karena selama ini pasar untuk pelumas sintetis impor terbatas dan juga harus harus bersaing dengan beberapa kompetitor yang turut bermain di pasar yang sama.

Untuk melihat apakah strategi promosi dari Mobil 1 ini telah sesuai dan efektif dengan fitur produk maka dilakukan analisa terhadap brand image dari pelumas Mobil 1 ini. Analisa brand image untuk pemakai Mobil 1 perlu dilakukan untuk mengetahui persepsi konsumen tentang Mobil 1 sehingga bisa di rancang strategi prornosi yang Iebih efektif dan tepat sasaran.

Untuk memperkuat penelitian ini, maka telah dilakukan beberapa tahapan pengumpulan data baik dari studi pustaka, riset pemasaran berupa penyebaran kuesioner kepada konsumen pemakai pelumas Mobil 1 atau konsumen yang juga memakai pelumas yang berada di pasar yang sama dengan Mobil 1 serta melakukan observasi maupun wawancara dengan pihak perusahaan dalam hal ini adalah ExxonMobil Singapore.

Dari hasil analisa riset pemasaran yang dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 9.0 diperoleh beberapa temuan penting. Bahwa image yang diinginkan oleh perusahaan telah tercapai yaitu minyak pelumas sintetis berkualitas tinggi dengan harga yang agak mahal untuk golongan ekonomi kelas menengah ke atas. Strategi promosi yang tepat untuk segmentasi ini adalah melalui media yang sesuai dan melakukan program hubungan yang lebih erat dengan pelanggan.

Rekomendasi riset pemasaran dalam karya akhir ini ditujukan untuk pihak-pihak yang berkepentingan baik produsen maupun distributor pelumas Mobil 1 agar didapatkan gambaran ¡mage konsumen serta menjadi masukan untuk implementasi strategi promosi di masa yang akan datang.

Riset ini memiliki kelemahan terbatasnya jumlah responden serta metode sampling yang bersifat non probabilitas. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu dilakukan riset sejenis dengan metode pemilihan sampling secara random atau yang bersifat probabilitas dan dengan jumlah responden yang lebih besar lagi.
2002
T3214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nany
Abstrak :
ABSTRAK
Strategi line extension merupakan strategi brand management yang dilakukan dengan tujuan untuk melakukan perluasan produk dengan menggunakan nama parent brand, dimana produk baru tersebut tetap berada dalam kategori produk yang sama, tetapi membidik target segmen yang sama. Strategi line extension mi menguntgan perusahaan karena investasi yang dikeluarkan relatif lebih kecil dibandingkan mengeluarkan produk dengan merek yang sama sekali baru.

Rexona for Men adalah produk déodorant yang dikeluarkan oleh PT. Unilever Indonesia pada bulan Mei 2001, yang merupakan line extension dan parent brand-nya Rexona. Penelitian terhadap laki-laki menemukan bahwa secara umum laki-laki mengeluarkan keringat 50% lebih banyak dan beraktivitas Iebih banyak dibandingkan perempuan. Adanya kebutuhan inilah yang mendorong pihak brand management Rexona untuk mengeluarkan Rexona for Men. Strategi dengan menggunakan narria parent brand ini dilakukan untuk memanfaatkan brand equity Rexona yang sudah bagus, yaitu Rexona sudah dikenal luas dan dianggap sebagai merek dengan kualitas produk yang bagus.

Karya Akhir ini disusun dengan dua tujuan utama, yaitu mengetahui penerimaan pasar/konsumen terhadap Rexona for Men sebagai line extension Rexona dan pengaruh keberadaan Rexoria for Men terhadap Rexona. Dengan kata lain dengan Karya Akhir ini diketahui apakah strategi line extension yang dipilih oleh Rexona berhasil dilakukan oleh Rexona pada Rexona for Men. Keberhasilan extension ini dapat dilihat dengan mengukur extension equity yang terbentuk pada sub brand-nya. Pertama, sub brand memiliki tingkat awareness yang tinggi sperti parent brand- nya. Kedua, ada asosiasi positif yang terangkat khusus untuk sub brand. ¡cetiga. tidak terjadi transfer asosiasi negatif dan parent brand. Keempat, tidak ada asosiasi negatif yang muncul dan sub brand terhadap parent brand-nya.

Penelitian dilakukan dengan metode survei konsumen dengan menyebarkan kuesioner penelitian kepada 120 responden secara non probalistic. Responden dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu perempuan brand user (30 orang), perempuan competitor user (30 orang), laki laki brand user (30 orang), dan laki-laki competitor user (30 orang). Data utama yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri awareness terhadap merek Rexona dan Rexona for Men, asosiasi terhadap merek Rexona dan Rexona for Men, dan sikap terhadap Rexona dan Rexona for Men. Analisis dilakukan dengan menghitung mean asosiasi dan compare means. Untuk menguji ignifikansi compare means, dilakukan uji independent Samples t-test dan Paired Samples t-test.

Dari analisis yang dilakukan, Rexona, Rexona for Men, dan Axe berturut-turut menempati posisi top of mind awereness tertinggi untuk kategori produk deodorant. Sedangkan urutan merek-merek pada unaided awareness deodorant adalah Rexona, She dan Axe. Pada kategori yang lebih tajam lagi, yaitu kategori deodorant untuk laki-laki, Rexona for Men dan Axe merupakan merek yang memiliki top of mind awareness paling tinggi. Sedangkan untuk unaided awareness deodorant untuk Laki-laki adalah Rexona for Men, Axe, Spalding, dan Casablanca.

Pengukuran terhadap asosiasi Rexona memperlihatkan bahwa terdapat asosiasi yang positif terbadap product related attribute (produk mudah dipakai, kemasannya praktis, dapat dibeli di mana-mana, wanginya enak, ampuh menjaga bau badan) dan non product related (SirE bute (harganya terjangkau, menimbulkan percaya din, kesegaran sepanjang han, untuk pribadi aktif dan produk modem dan inovatif).

Asosiasi positif juga terbentuk untuk Rexona for Men. Asosiasi yang kuat untuk Rexona fbr Men antara lain ada pada product related attribute (mudah dipakai, kemasan praktis, ampuh menjaga bau badari, wanginya enak, dapat dibeli dima.na-mana), non product related attribute (Pr041uk untuk pria, menimbulkan percaya din, kesegaran sepanjang han, harga terjangkau, untuk pribadi aktif).

Uji Paired Samples t-test dilakukan untuk menguji apakab terjadi transfer asosiasi dan Rexona kepacla Rexona for Men. Dan pengujian didapatkan bahwa transfer asosiasi positif te?jadi dan Rexona kepada Rexona for Men, dan tidak timbul asosiasi negatif pada Rexona akibat adanya Rexona for Men. Beberapa temuan penting analisis ini antara lain bahwa Rexona memang dianggap sebagai produk untuk wanita dan produk unisex dibandingkan Rexona for Men, Rexona for Men sangat dianggap sebagai produk untuk pria dibandingkan Rexona, Rexona 1,r Men lebib dianggap sebagai produk yang bergengsi dibandingkan Rexona, Harga Rexona dianggap lebih terjangkau dibandingkan Rexona for Men, Rexona for Men lebih dianggap sebagai produk untuk individu sportif dibandingkan Rexona.

Pengujian sikap terhadap Rexona dan Rexona for Men dilakukan kepada kelompok perempuan dan laki-laki secara terpisah. Ada 8 sikap yang ditanyakan, untuk masmg-masing kelompok disusun kalimat panyaw1 yang khusus, tetapi masih tetap mengenai aspek sikap yang sama

Perempuan ternyata memiliki sikap yang paling kuat untuk sikap ?saya gembfra akhirnya merek Rexona ada yang khusus untuk laki-laki?, diikuti rnasing-masing dengan ?Saya yakin kualitas Rexona benar-benar bagus dengan adanya Rexona for Men?, ?Saya puas menggunakan Rexona?, ?Saya benar-benar suka pada Rexona? dan ?Saya akan menyarankan pacar/suainiírekan pria untuk mcnggunakan Rexona for Men?.

Bila dibandingkan antara perempuan brand user dengan perempuan competitor user, rnaka perernpuan brand user memiliki sikap yang Iebih positif. Hal ini merupakan dasar yang at hagi Rexona, dimana keberadaan Rexona for Men tidak akan mengganggu loyalitas perempuan brand user untuk beraiih ke merek lain. Mereka setia menggunakan Rexona ineskipLin ada Rexona for Men karena menurut mereka produk tersebut memang khusus buat laki-laki.

Sedangkan di antara laki-laki, sikap yang paling kuat adalah ?Rexona for Men memang diciptakan khusus untuk laki-laki saja? dan ?Saya gembira akhirnya merek Rexona ada yang khusus untuk laki-laki?. Hal ini memperlihatkan bahwa asosiasi Rexona for Men adalah produk untuk pria memang melekat dengan kuat, dan keberadaannya memang dibutuhkan oleh laki-laki.

Sedangkan di antara laki-laki brand acer, terbentuk sikap positif yang mernang memiliki kebutuhan akan deodorant untuk laki-laki yang menimbulkan kebanggaan untuk nrnggunakannya. Mereka memilih Rexona for Men karena menurut rnereka kualitasnya næmang sama bagusnya dengan Rexona yang sudah terlebih dahulu ada.

Dari analisis yang di lakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagal berikut. Pertama, konsumen memiliki awareness yang paling tinggi untuk merek Rexona untuk kategori produk deodorant dan Rexona for Men dalam kategori produk deodorant untuk laki-laki. Kedua, terjadi transfer asosiasi positif yang kuat dad Rexona kepada Rexona for Men ( misalnya atribut manfaat Produk, kualitas produk, feeling & experiences brand personality). Ketiga, terbentuk asosiasi posit ¡f yang kuat bagi Rexona untuk atribut usage imagery sebagai produk untuk pria.. keempat, keberadaan Rexona for Men sebagai produk dengan user imagery pria tidak nienimbulkan efek negatifterhaciap asosiasi Rexona sebagal produk untuk perempuan. Hal mi membuktikan bahwa strategi line extension yang thiakukan Kexona dengan mengeluarkan Rexona for Men merupakan strategi yang tepat, dimana parent brand equity yang bagus mendukung terbentuknya extension brand equity yang bagus pula.
2002
T5024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>