Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Poetrie Febrinadya
Abstrak :
Pendahuluan: Pergerakan gigi ortodonti akan merangsang terjadinya proses inflamasi sehingga mengeluarkan mediator inflamasi. Prostaglandin E2 (PGE2) adalah salah satu mediator inflamasi yang dikeluarkan selama pergerakan ortodonti dan berperan dalam resorpsi tulang. Proses inflamasi ini terjadi pada semua pergerakan ortodonti termasuk pada penggunaan sistem self-ligating. Walaupun sistem self-ligating diklaim banyak memiliki keuntungan, termasuk efeknya pada ligamen periodontal, akan tetapi belum ada penelitian secara biomolekular yang membandingkan mediator inflamasi dalam ligamen periodontal. Metode: Duabelas pasien dari klinik ortodonti, FKG-UI, dengan kasus nonekstraksi dan indeks iregularitas pada insisif mandibula sebesar 4-9 mm, mendapatkan perawatan ortodonti dengan sistem self-ligating pasif (Damon Q, Ormco) dan sistem konvensional preskripsi MBT (Agile, 3M). Cairan krevikular gingiva diambil dari sisi labial regio insisif mandibula pada 0 jam (sebagai kontrol), 24 jam, dan 4 minggu. Kadar PGE2 diperiksa menggunakan ELISA. Hasil: Walaupun secara statistik tidak terdapat perbedaan kadar PGE2 pada pemakaian braket self-ligating dibandingkan dengan konvensional pada 0 jam, 24 jam (p=0,815), dan 4 minggu (p=0,534), namun secara deskriptif kelompok selfligating memiliki kadar PGE2 lebih tinggi dari konvensional secara konsisten pada 0, 24jam, dan 4 minggu. Pada waktu 24 jam, kadar PGE2 meningkat dibandingkan saat 0 jam, pada kedua sistem, dan kadar PGE2 pada kelompok self-ligating pasif (302,55±26,33 pg/ mL) lebih besar daripada kelompok konvensional (264,43±83,08 pg/mL). Pada waktu 4 minggu, kadar PGE2 menurun dibandingkan dengan waktu pengambilan 0 jam dan 24 jam, pada kedua kelompok sistem, dan kadar PGE2 pada kelompok self-ligating (236,17±42,63 pg/mL) lebih besar dari kelompok konvensional (208,267±81,83 pg/mL). Kesimpulan: Penelitian kami menyimpulkan bahwa sistem self-ligating memberikan respon selular yang berbeda dibandingkan sistem konvensional. ......Introduction: Inflammation process, as a result of orthodontic tooth movement, will trigger the release of inflammatory mediator. Prostaglandin E2 (PGE2) is one of the inflammatory mediator that is released during the orthodontic movement and plays an important role in bone resorption. These inflammatory process occurred in all orthodontic movement included in orthodontic treatment using self-ligating system. Although self-ligating system?s advantages have been claimed, including the effect of the system in periodontal ligament, there are still no research in biomolecular level comparing the mediator release in periodontal ligament. Objective: The purpose of this study was to examine PGE2 concentration in gingival crevicular fluid (GCF) during initial alignment of anterior mandible, using two different system brackets, passive self-ligating and conventional bracket. Methods: Twelve patients with mandibular incisor irregularities of 4 to 9 mm and prescribed nonextraction cases, from orthodontic clinic, faculty of dentistry, Universitas Indonesia, were having orthodontic treatment. They were divided into 2 groups, each group were using Damon passive self-ligating system (Damon Q, Ormco), and conventionally ligated bracket with MBT?s prescription (Agile, 3M). GCF were taken from labial site of mandibular incisors at 0 hour (served as control), 24 hours, and 4 weeks. PGE2 level was determined using ELISA kit. Results: There was no statistically difference in PGE2 level in self-ligating system group compared with conventional group, at 0, 24 hours, and 4 weeks, but from descriptive view self-ligating group had higher PGE2 levels than conventional at 0, 24 hours, and 4 weeks. At 24 hours, mean of PGE2 level was elevated from 0 hour, in both groups, and mean of PGE2 level was higher in self-ligating group (302,55±26,33 pg/ mL) than conventional group (264,43±83,08 pg/mL). At 4 weeks, mean of PGE2 level was decrease from 0, and 24 hours in both groups, and mean of PGE2 level was still higher in self-ligating group (236,17±42,63 pg/mL) than conventional group (208,267±81,83 pg/mL). Conclusion: Our findings suggest that self-ligating giving difference cellular response than conventional systems during orthodontic tooth movement
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T31294
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Kusumadewy
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Pergerakan gigi pada perawatan ortodontik merupakan kombinasi proses resorbsi dan aposisi sehingga terjadi remodelling tulang. Gaya ortodontik menyebabkan keluarnya mediator inflamasi seperti interleukin-1β dari ligamen periodontal dan tulang alveolar sehingga merangsang resorbsi tulang. Salah satu tren ortodontik saat ini adalah pemakaian braket self-ligating, yang dianggap memiliki keunggulan dibandingkan dengan braket konvensional. Penelitian klinis menunjukkan bahwa dengan braket self-ligating waktu perawatan lebih cepat, nyeri berkurang, dan kerusakan periodontal minimal dibandingkan dengan braket konvensional. Saat ini belum pernah ada penelitian dari aspek biologi molekuler yang membandingkan kedua sistem braket ini dengan indikator interleukin-1β. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar IL-1 β pada perawatan ortodontik menggunakan self-ligating dan konvensional. Metode: 12 pasien baru klinik ortodonti FKG-UI, dengan derajat crowding 4- 9mm pada anterior mandibula, dibagi menjadi 2 kelompok menggunakan selfligating dan konvensional. Subyek tidak memiliki penyakit periodontal dan penyakit sistemik yang terkait dengan kerusakan tulang. Sampel diambil dari cairan krevikular gingiva pada 0, 24jam, dan 4minggu setelah pemberian gaya, kemudian diperiksa konsentrasi total IL-1 β menggunakan ELISA. Hasil: Tidak terdapat perbedaan kadar IL-1β yang bermakna secara statistik pada pemakaian braket self-ligating dibandingkan dengan braket konvensional pada 0 jam (p=0,093), 24 jam (p=0,327), dan 4 minggu (p=0,077), namun kelompok braket self-ligating secara konstan memiliki rata-rata kadar IL-1β yang lebih tinggi dibanding kelompok braket konvensional pada 24 jam (73,27±27,80 pg/ml dan 56,45±28,76 pg/ml), dan 4 minggu (62,27±25,46 pg/ml dan 37,29±17,13 pg/ml)
Abstract
Introduction: Tooth movement in orthodontic treatment resulting from resorption and apposition process that leads to bone remodeling. Orthodontic force will trigger the release of inflammatory mediators such as interleukin-1β from the periodontal ligament and alveolar bone to stimulate bone resorption. One current trend is the use of self-ligating bracket, which is considered to have more advantages compared with conventional bracket. Clinical studies have shown that the using of self-ligating bracket will reduce treatment time, causing less pain, and minimal periodontal damage compared with the conventional bracket. Until date, none of the research comparing IL-β as an indicator of inflammation between two bracket systems were done. The purpose of this research is to detect the IL-1 β level on orthodontic treatment using self-ligating and conventional brackets. Methods: 12 patients from orthodontic clinic faculty of dentistry Universitas Indonesia, with the degree of crowding 4-9mm in the anterior mandible, divided into 2 groups using self-ligating and conventional. The subjects did not have periodontal disease and systemic diseases associated with bone destruction. Samples taken from gingival crevicular fluid at 0, 24h, and 4week after giving force, and then examined the concentration and total IL-1 β using ELISA. Results: There were no statistically differences found in IL-1β level beetween self-ligating compared with conventional brackets in 0 hour (p=0,093), 24 hour (p=0,327), and 4 weeks (p=0,077) but self-ligating group contantly had higher levels of IL-1β than the conventional at 24h (73,27±27,80 pg/ml versus 56,45±28,76 pg/ml), and 4 weeks (62,27±25,46 pg/ml versus 37,29±17,13 pg/ml) Conclusion: There are differences in the cellular response beetween the use of self-ligating brackets and conventional brackets
2012
T30907
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kaharuddin
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini untuk membuktikan bahwa kuat rekat geser braket daur ulang secara pengasahan lebih baik dari pada braket daur ulang secara pembakaran. Hal ini didasarkan atas perbedaan perekatan antara braket dan bahan perekat. Daur ulang secara pengasahan berikatan kimia sedangkan perekatan pada daur ulang secara pembakaran berikatan secara mekanis. Digunakan 22 sampel yang terdiri dari braket purna pakai yang harus memenuhi kriteria tertentu, dibagi dalam 2 kelompok, masing-masing secara pengasahan dan secara pembakaran. Analisis data dilakukan dengan uji-t. Hasil pengukuran setelah daur ulang memperlihatkan bahwa kuat rekat geser braket daur ulang secara pengasahan dan secara pembakaran tidak berbeda bermakna dengan t = 0,482 (P>0,05). Sedangkan nilai sebelum daur ulang memperlihatkan bahwa kelompok A dan kelompok D juga tidak berbeda bermakna dimana t = 0,927 (P> 0,05).
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Tito Winnerson
Abstrak :
[ABSTRAK
Saat ini, kebutuhan akan kesehatan gigi semakin meningkat khususnya pada bidang ortodontik. Tujuan utama dari perawatan ortodontik adalah memperbaiki kondisi maloklusi. Maloklusi menyebabkan masalah estetis pada wajah pasien serta menyebabkan kodisi tidak nyaman seperti pada saat bernapas, menelan bahkan berbicara. Jika tidak diperbaiki, maloklusi dapat menyebabkan kondisi yang lebih serius seperti resiko gigi berlubang lebih besar, gusi iritasi, pembusukan gigi, dan lain-lain. Kondisi maloklusi dapat diperbaiki dengan menggunakan perawatan braket ortodontik. Problematika yang terjadi saat ini adalah seluruh braket ortodontik yang ada di Indonesia merupakan produk impor, hal ini menyebabkan perkembangan keahlian seorang dokter gigi di Indonesia menjadi sangat tergantung dengan perkembangan desain yang terjadi di luar negeri, tanpa dapat berinovasi membuat suatu mekanisme teknik perawatan baru berdasarkan desain yang diteliti oleh dokter gigi itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memproduksi braket ortodontik serta sebagai sarana terhadap dokter gigi di Indonesia untuk dapat mengembangkan keahlian serta meneliti braket ortodontik sesuai dengan desain yang diinginkan. Produksi braket ortodontik dilakukan dengan menggunakan metode investment casting. Hasilnya menunjukan bahwa braket ortodontik telah berhasil diproduksi dengan dimensi yang berada dalam toleransi serta kualitas kekasaran permukaan yang baik. Penelitian ini merupakan tahap awal dalam studi pengembangan produksi braket ortodontik dengan metode investment casting.
ABSTRACT
Current, the need for dental health is increasing, especially in orthodontic field. The main purposes of orthodontic treatment is to improve the condition of malocclusion. Malocclusion causes aesthetic problems on the patient's face and causing uncomfortable conditions such as breathing, swallowing and even talking. If not corrected, malocclusion can lead to more serious conditions such as a greater risk of tooth decay, gum irritation, and others. Malocclusion can be corrected using orthodontic bracket treatment. The problems that occur nowdays is the entire orthodontic bracket in Indonesia are imported, this has led to the development of the expertise of a dentist in Indonesia to be very dependent on the development of the design which occurred abroad, without being able to create a new design examined by dentists themselves. The purpose of this research is to produce an orthodontic bracket as well as a means to dentists in Indonesia to be able to develop expertise and researching the orthodontic bracket in accordance with the desired design. Production orthodontic bracket is done by using the investment casting process. The result showed that the orthodontic bracket has successfully produced with dimensions that are within tolerance and good quality of surface roughness. This study is an early stage of the development production of orthodontic bracket by using investment casting process., Current, the need for dental health is increasing, especially in orthodontic field. The main purposes of orthodontic treatment is to improve the condition of malocclusion. Malocclusion causes aesthetic problems on the patient's face and causing uncomfortable conditions such as breathing, swallowing and even talking. If not corrected, malocclusion can lead to more serious conditions such as a greater risk of tooth decay, gum irritation, and others. Malocclusion can be corrected using orthodontic bracket treatment. The problems that occur nowdays is the entire orthodontic bracket in Indonesia are imported, this has led to the development of the expertise of a dentist in Indonesia to be very dependent on the development of the design which occurred abroad, without being able to create a new design examined by dentists themselves. The purpose of this research is to produce an orthodontic bracket as well as a means to dentists in Indonesia to be able to develop expertise and researching the orthodontic bracket in accordance with the desired design. Production orthodontic bracket is done by using the investment casting process. The result showed that the orthodontic bracket has successfully produced with dimensions that are within tolerance and good quality of surface roughness. This study is an early stage of the development production of orthodontic bracket by using investment casting process.]
2015
T44518
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sefrika Tri Ayuningtyas
Abstrak :
Peranti orthodontik menciptakan pergerakan pada gigi dengan menciptakan pergerakan gigi melalui aplikasi gaya ke kawat untuk kemudian ditransfer ke gigi melalui braket. Kekurangan dari metode ini adalah munculnya friksi diantara braket dan kawat yang menghambat pergerakan dari braket dan gigi ke daerah yang diinginkan. Untuk mengatasi masalah ini, maka perlakuan permukaan seperti proses nitriding dipilih sebagai salah satu proses yang dapat meningkatkan efisiensi dari gaya yang dihantarkan melalui peningkatan kekerasan material. Hal ini dikarenakan material yang lebih keras dan halus memiliki koefisien friksi yang rendah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh proses gas nitriding dalam membentuk lapisan nitrida yang akan mempengaruhi peningkatan kekerasan pada hasil sinter SS 17-4PH. Lapisan nitrida ini terbentuk setelah dilakukan proses gas nitriding pada berbagai variasi temperatur yakni 470 C, 500 C, 530 C dan variasi waktu tahan 4,6,8 jam didalam atmosfer yang mengandung 50 NH3. Pengamatan metalografi dilakukan untuk membandingkan mikrostruktur pada bagian dalam dan permukaaan material, sedangkan peningkatan kekerasan pada permukaan material didapat melalui pengujian menggunakan alat uji keras mikro. Peningkatan kekerasan didapat setelah proses gas nitriding akibat terbentuknya lapisan nitrida yang terdiri dari Fe4N-?, CrN dan Fe-?N. Nilai kekerasan yang diperoleh mencapai 1051 HV disertai dengan variasi ketebalan lapisan mulai dari 69 sampai 169 m. Kehadiran dari mekanisme presipitasi dan passivasi permukaan pada baja dengan kandungan kromium tinggi yang terjadi selama proses nitriding dapat menyebabkan penurunan kekerasan karena berkurangnya kandungan nitrogen di dalam fasa solid solution. Adanya mekanisme ini akan melemahkan ekspansi nitrogen di dalap lattice martensit akibat laju difusi dari atom N ke dalam matriks terhambat. ...... Brackets orthodontic create teeth movement by applying force from wire to bracket then transferred to teeth. However, emergence of friction between brackets and wires reduces load for teeth movement towards desired area. In order to overcome these problem, surface treatment like nitriding chosen as a process which could escalate efficiency of transferred force by improving material hardness since hard materials have low friction levels. This work investigated nitriding treatment to form nitrida layer which affecting hardness of sintered SS 17 4PH. The nitrida layers produced after nitriding process at various temperature i.e. 470 C, 500 C, 530 C with 4,6,8 hr holding time under 50 NH3 atmosphere. Optical metallography was conducted to compare microstructure of base and surface metal while the increasing of surface hardness then observed using vickers microhardness tester. Hardened surface layer was obtained after gaseous nitriding process because of nitrida layer that contains Fe4N ., CrN and Fe N formed. Hardness layers can achieved value 1051 HV associated with varies thickness from 69 to 169 m. The presence of a precipitation process and surface passivity of high chromium steels occurring in conjunction with nitriding process can lead to a decrease in hardness due to nitrogen content diminishing in solid solution phase. This problem causes weakening of nitrogen expansion in martensite lattice since diffusivity of the N atom into the matrix inhibited.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimaz Adhitya
Abstrak :
Proses injeksi merupakan proses yang krusial untuk membentuk produk dalam pengembangan produk metal injection molding (MIM). Adanya perubahan bentuk desain produk, feeding system dan mesin yang digunakan dalam proses eksperimental menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan studi lebih lanjut pada proses injeksi baik secara simulasi numerik maupun eksperimental dalam rangka melanjutkan penelitian Universitas Indonesia dalam pengembangan braket ortodonti dengan fabrikasi MIM. Proses eksperimental dan simulasi dilakukan dengan pemberian variasi tekanan injeksi (1200, 1500, 1700 KgF/cm2), temperatur leleh (200, 190, 165 °C), dan temperatur cetakan (55 dan 60 °C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan injeksi dan temperatur cetakan yang lebih tinggi akan berdampak terhadap keterisian cetakan secara volume yang lebih banyak dibandingkan tekanan injeksi yang lebih rendah. parameter terbaik untuk eksperimen injeksi berdasarkan nilai persentase ketercapaian massa injeksi berbanding massa desain adalah injeksi dengan temperatur leleh 165°C, temperatur cetakan 60°C, Tekanan 1700 KgF/cm2 dengan nilai ketercapaian massa injeksi sebesar 47.59% dari total yang didesain pada cetakan. selain itu, Proses simulasi berhasil menggambarkan hasil injeksi dengan rasio ketepatan 89.26% pada proses simulasi injeksi dengan menggunakan temperatur leleh 200 °C, temperatur cetakan 60°C, tekanan 1700 KgF/cm2 dan waktu injeksi 5s ......The injection process is a crucial process in product formation in the development of metal injection molding (MIM) products. The changes in product design, feeding systems and machines used in the experimental process became the basis for the authors to conduct further studies on the injection process both numerically and experimentally in order to continue the study at the University of Indonesia in the development of orthodontic brackets with MIM fabrication. The experimental and simulation processes were carried out by varying the injection pressure (1200, 1500, 1700 KgF/cm2), melting temperature (200, 190, 165 °C), and mold temperature (55 and 60 °C). The results showed that a higher injection pressure and mold temperature would have an impact on the filling of the mold in a larger volume than the lower injection pressure. The simulation accuracy ratio describes the largest injection results obtained in the simulation with a melting temperature of 200 °C, a mold temperature of 60 °C, a pressure of 1700 KgF/cm2 and an injection time of 5s with a success percentage of 89.26% while the best parameters for injection experiments are based on the percentage value of injection mass achievement compared The design mass is injection with a melting temperature of 165°C, a mold temperature of 60°C, a pressure of 1700 KgF/cm2 with an injection mass achievement value of 47.59% of the total designed in the mold.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Erwin
Abstrak :
ABSTRAK
Pada masa sekarang ini, perawatan ortodonti dengan alat cekat telah menggunakan sistim rekat langsung. Sistim rekat langsung ini mempunyai banyak keuntungan. Tetapi dalam sistim ini, kadang-kadang braket dapat lepas dari permukaan enamel karena tekanan-tekanan yang diterima oleh braket atau karena kekuatan rekat dari bahan perekat yang kurang baik. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran kekuatan tahan tarikan dan kekuatan tahan geseran dari dua macam bahan yang banyak digunakan oleh para Ortodontis yaitu bahan perekat Unite dan System 1+. Uji tarik dilakukan dengan menggunakan gigi Premolar pertama dari gigi manusia secara in-vitro dengan menggunakan alat uji tarik Comtent. Dari hasil uji tarik, dengan analisa statistik t-test diperoleh bahwa ada perbedaan bermakna antara kekuatan tahan tarikan antara bahan perekat Unite dengan bahan perekat System 1+. Sedangkan dalam hal kekuatan tahan geseran antara kedua bahan tersebut ada perbedaan tidak bermakna. Jadi bahan perekat Unite lebih kuat dibandingkan dengan bahan perekat System 1+.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Arief Mawardi
Abstrak :
Kebutuhan braket ortodonti di Indonesia sangatlah tinggi, hal ini dilatarbelakangi oleh tingginya prevalensi maloklusi di Indonesia. Metal Injection Molding MIM adalah salah satu metode manufaktur yang dapat digunakan untuk memfabrikasi braket ortodontik berkualitas tinggi dengan menggunakan powder loading yang optimal dalam proses manufakturnya. Peningkatan powder loading dapat memberikan peningkatan sifat mekanis dan juga pengetatan toleransi dimensi pada produk yang akan difabrikasi secara massal. Namun, peningkatan powder loading yang melebihi titik optimum juga akan dapat menyebabkan viskositas feedstock yang tinggi dan berpotensi pada penghambatan proses injeksi. Oleh karena itu, studi mengenai penggunaan powder loading yang optimum untuk feedstock local sangatlah penting dalam mempersiapkan proses fabrikasi braket ortodontik lokal. Pada penelitian ini, material baja tahan karat 17-4 Precipitation Hardening SS 17-4 PH digunakan dan dicampur dengan multikomponen system binder lokal yang terdiri atas : beeswax, paraffin wax, LLDPE, EVA, dan SA dengan masing-masing 30, 30, 30 5, dan 5 vol. Setelah mencampur serbuk logam tersebut, feedstock dengan variasi powder loading i.e 60, 62, 64, dan 66 vol. dihasilkan dan diinjeksikan ke dalam cetakan braket ortodontik dan dilanjutkan dengan proses debinding hingga sintering. Produk hasil kemudian akan diuji melalui pengujian densitas metalografi, kekerasan, dan pengujian Tarik untuk mengetahui mikrostruktur yang dihasilkan dan juga sifat mekanis yang dimiliki oleh produk tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini, sampel dengan powder loading 64 vol. memiliki perilaku injeksi yang optimal dengan memiliki torsi yang cukup mendekati torsi dari feedstock braket ortodontik komersial, yaitu 5,4Nm serta hasil injeksi yang baik, serta minim terjadinya cacat ataupun patah. Namun, berdasarkan pengujian metalografi, densitas, dan kekerasan, produk dengan powder loading 66 mampu memberikan sifat mekanis yang lebih optimal dengan hasil shrinkage volume yang minim, namun dapat mencapai densitas, dan kekerasan yang tertinggi. ...... The need for orthodontic brackets in Indonesia is very high, this is motivated by the high prevalence of malocclusion in Indonesia. Metal Injection Molding MIM is one of the manufacturing methods that can be used to fabricate high quality orthodontic brackets using optimal powder loading in the manufacturing process. Increased powder loading can provide improved mechanical properties as well as a tightening of dimensional tolerances for products to be mass fabricated. However, an increase in powder loading that exceeds the optimum point will also cause high feedstock viscosity and potentially inhibit the injection process. Therefore, studies regarding the use of optimum powder loading for local feedstock are very important in preparing the local orthodontic bracket fabrication process. In this study, stainless steel 17-4 Precipitation Hardening SS 17-4 PH was used and mixed with a local multicomponent binder system consisting of: beeswax, paraffin wax, LLDPE, EVA, and SA with 30, 30, 30 respectively. 5, and 5 vol. After mixing the metal powder, feedstock with a variety of powder loading i.e 60, 62, 64, and 66 vol. generated and injected into the orthodontic bracket mold and followed by the debinding process to sintering. The resulting product will then be tested through metallographic density, hardness, and tensile testing to determine the microstructure produced and also the mechanical properties of the product. Based on the results of this study, samples with powder loading 64 vol. has optimal injection behavior by having a torque that is close enough to the torsion of a commercial orthodontic bracket feedstock, namely 5.4Nm and good injection results, and minimal occurrence of defects or fractures. However, based on metallographic, density and hardness testing, the product with powder loading 66 is able to provide more optimal mechanical properties with minimal volume shrinkage results, but can achieve the highest density and hardness.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Heriyanto
Abstrak :
ABSTRAK

Maloklusi adalah bentuk oklusi gigi yang menyimpang dari normal, kondisi dimana rahang bawah dan rahang atas gigi tidak selaras. Perawatan ortodonti menggunakan braket ortodonti adalah salah satu solusi permasalahan maloklusi. Adanya kombinasi braket dan archwire dapat berpengaruh pada pergerakkan gigi selama perawatan ortodonti dilakukan. Salah satu permasalahan saat ini adalah beragam desain dan material braket yang banyak beredar dipasaran tanpa terkontrol standarisasinya. Metode simulasi dengan menggunakan typodont bertujuan untuk menguji performa braket ortodonti selama perawatan. Pengolahan citra digital merupakan salah satu peningkatan teknologi yang dapat diterapkan pada bidang kedokteran. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan sistem simulasi typodont berbasis image processing untuk mengevaluasi performa braket ortodonti. Hasilnya adalah sistem yang dapat melakukan tracking pada koordinat gigi selama simulasi dengan akurasi 94,81% dan standar deviasi 0,0529.

Kata kunci : maloklusi, braket ortodonti, simulasi typodont, pengolahan citra, koordinat gigi


ABSTRACT
Malocclusion is a form of dental occlusion that deviates from normal, a condition in which the mandible and upper jaw of the teeth are not aligned. Orthodontic treatment using an orthodontic bracket is one solution to the problem of malocclusion. The combination of bracket and archwire can affect tooth movement during orthodontic treatment. One of the current problems is the variety of designs and materials orthodontic brackets that are widely circulated in the market without the standardization being controlled. The simulation method using the typodont aims to test the performance of the orthodontic bracket during treatment. Digital image processing is one of the technological improvements that can be applied to the medical field. The objective of this research is to develop an image-processing-based typodont simulation system to evaluate the performance of orthodontic brackets. The result is a system that can track tooth coordinates during the simulation with 94,81% accuracy and standard deviation of 0,0529. 

Keywords : malocclusion, orthodontic bracket, typodont simulation, image processing, dental coordinates

 

2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Aryani
Abstrak :
Braket merupakan salah satu komponen perawatan ortodonti cekat yang paling lama berada di dalam mulut. Braket stainless steel merupakan salah satu jenis braket yang paling seringdigunakan, dikarenakan komponen mekanisnya yang baik, ekonomis dan relatif tahan terhadap korosi.Namun, tingkat ketahanan korosi brakets tainless steel bervariasi.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui danm embandingkan tingkat ketahanan korosi beberapa braket stainless steel yang beredar di Indonesia ditinjau dari lepasan ion Cr dan Ni di dalam saliva buatan.Sampel yang digunakan terdiri dari 5 kelompok merk braket stainless steel yang masing masing berjumlah 16 buah braket premolar rahang atas slot .022 sistem edgewise standar. Pada tiap kelompok jumlah sampel dibagi dua untuk diuji jumlah ion Ni dan Cr tanpa perendaman di dalam saliva buatan dan sebagian diuji lepasan ion Ni dan Cr setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 30 hari. Tingkat ketahanan braket dihitung berdasarkan perbandingan jumlah ion Ni dan Cr yang terlepas di dalam saliva buatan terhadap jumlah awal pada braket yang tidak direndam menggunakan alat ICP-MS. Diperoleh hasil adanya perbedaan yang bermakna pada tingkatk etahanan korosi antar kelompok yang ditinjau dari lepasan ion Ni dan Cr. ......Orthodontic Bracketis thelongestcomponent of fix appliance which stayed in oral cavity. Stainless steel bracket is one of the popular fix orthodontic appliance and have been used most frequently for fixed orthodontic treatment because of its favorable mechanical properties, economic value and relatively resistant to corrosion. However, the level of corrosion resistance of stainless steel bracket varied. The purpose of this study was to determine and compare level of corrosion resistance of different brands stainless steel brackets in Indonesia based on Ni and Cr release in artificial Saliva.This study used 80 samples of single maxillary premolar brackets slot .022 standard edgewise system, consisted of 5 groups of brands stainless steel brackets. In each group there are 16 samples divided in 2 subgroup, first sub-groupwithout immersion in artificial saliva, and second subgroup were maintained in artificial saliva immersion and stored at 37⁰ for 30 days. The release of Ni and Cr analyses was quantified by inductively coupled plasma mass spectrometry (ICP-MS). The corrosion resistance is calculated by comparing the number of ions Cr and Ni that release in artificial saliva on the initial number in brakets without immersion. The result shows a significant difference in the level of corrosion resistance between groups based on Ni and Cr release.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T30894
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>