Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
Fatia Nurizky
"Manga sebagai salah satu bagian dari kebudayaan populer Jepang memiliki satu genre yang unik yaitu Boys Love (BL). Genre ini berfokus kepada romansa yang terjadi di antara dua orang laki-laki homoseksual. Penelitian ini menggunakan teori wacana dan menggunakan metode semiotika untuk mengkaji tanda-tanda yang terdapat di dalam manga Boys Love. Tanda-tanda tersebut melingkupi apa yang menggambarkan anti-heteronormativitas dan anti-hegemoni maskulinitas dalam masyarakat Jepang. Melalui kajian tanda dalam manga tersebut, diharapkan perlawanan-perlawanan terhadap wacana heteronormativitas dan hegemoni maskulinitas dapat dilihat dan diteliti secara mendalam.
Manga as one aspect of Japanese Popular Culture has one unique genre called Boys Love (BL). This genre focuses on romance between homosexual men. This research uses discourse theory and semiotic method to decipher the signs contained in Boys Love manga. Those signs includes the depictions of anti-heteronormativity and anti-hegemonic masculinity in Japanese society. Through the sign deciphering, it is expected that the oppositions against heteronormativity and hegemonic masculinity can be seen and researched thoroughly."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T45073
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Galuh Tyas Wijiastuti
"Konsep diri dan pola asuh merupakan variabel yang dapat memengaruhi perilaku manusia, terutama pada fase remaja akhir. Menjadi dasar dalam memilih minat, konsep diri remaja cenderung banyak yang negatif dan dapat berdampak buruk terhadap kepribadiannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik remaja, konsep diri serta pola asuh dengan minat menonton jenis tayangan boy’s love di Lembaga online Belajar Bahasa Asagao Gakuen. Variabel dependennya adalah Karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, konsep diri dan pola asuh. Sedangkan variabel independent adalah minat menonton jenis tayangan boy’s love. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Total sampel dalam penelitian ini berjumlah 107 orang yang dipilih menggunakan teknik non-probability sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen konsep diri Tennesse Self-Concept Scale (TSCS), instrument Parenting Style Questionnaire (PSQ), dan instrument minat menonton jenis tayangan boy’s love. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara karateristik remaja, konsep diri serta pola asuh dengan minat menonton jenis tayangan boy’s love. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pengembangan program pemberian pelayanan kesehatan jiwa kepada para remaja.
Self-concept and parenting are variables that can affect human behavior, especially in the late adolescent phase. Being the basis for choosing interests, adolescent self-concepts tend will be a lot of negative and can adversely affect the personality. This study was aiming to find out the relationship between adolescent characteristics, self-concept and parenting style with an interest in watching boy's love programs at the Asagao Gakuen Language Learning Online Institute. The dependent variables consisted of the characteristics of respondents (age, and gende) education level, self-concept and parenting style. The independent variable was the interest in watching boy's love shows. A quantitative research with a correlational descriptive design with a cross sectional approach was used in this study. One hundred and seven teenagers were selected using a non-probability sampling technique. This study used the Tennesse Self-Concept Scale, the Parenting Style Questionnaire, and the interest instrument. The results of this study indicated that there is no relationship between adolescent characteristics, self-concept and paraenting style with interest in watching boy's love program . It is recommended that further study that the number and characteristics of respondents can be added for further research. Respondents with large results will be better."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ade Fristy Syahara
"Tesis ini mengkaji pembentukan pemahaman baru mengenai gender dan seksualitas pada diri penggemar laki-laki melalui keterlibatan mereka dalam konsumsi dan produksi AU boys love. AU boys love merupakan subgenre dari fanfiction yang berfokus pada hubungan romantis antara laki-laki dengan menggunakan idola Kpop sebagai visualisasi. Penelitian dilakukan di media sosial twitter dengan menggunakan pendekatan Cyber Ethnography dan dianalisis menggunakan dua konsep teoritik yaitu undoing gender dan matriks heteroseksual dari Judith Butler. Adanya kebingungan akan orientasi seksual juga ketertarikan terhadap Kpop, membuka jalan menuju konsumsi AU boys love. Melalui konsumsi AU boys love dan interaksi dalam ruang virtual, penggemar diberikan gambaran serta informasi mengenai kehidupan gay. Temuan riset menunjukkan bahwa kehadiran matriks heteroseksual memicu terjadinya pembatalan gender, dan ruang virtual boys love menjadi media yang menjembatani hal ini. Sebagai media yang mampu memberikan ruang dan wawasan bagi penggemar, sehingga penggemar dapat mengkonfirmasi ketertarikan mereka terhdap laki-laki, juga melakukan pembatalan gender tidak hanya di dunia maya, juga di dunia nyata. Upaya pembatalan gender dilakukan dengan cara mengungkapkan ketertarikan terhadap laki-laki, aktif dalam berkencan dan berhubungan seksual, serta menjadikan pengalaman percintaan dan seksual yang mereka miliki sebagai inspirasi untuk memproduksi AU boys love. Saya berargumen bahwa konsumsi dan produksi AU boys love membentuk suatu ruang virtual yang dapat membantu penggemar untuk menerima diri dan orientasi seksualnya, juga melakukan pembatalan gender sehingga dapat membentuk diri mereka saat ini.
This thesis examines the formation of a new understanding of gender and sexuality in male fans through their involvement in the consumption and production of AU boy’s love. AU boy’s love a subgenre of fanfiction that focuses on romantic relationships between boys using K-pop idols as visualizations. The research was conducted on Twitter social media using the Cyber Ethnography approach and analyzed using two theoretical concepts: Heterosexual Matrix and Undoing Gender from Judith Butler. Confusion about sexual orientation and interest in K-pop, paving the way for consuming AU boy’s love. Through consuming AU boy’s love and interactions in virtual space, fans are given an overview and information about gay life. Research findings show that that the presence of the heterosexual matrix triggers undoing gender, and the virtual space of a boy's love becomes a medium that bridges this. As a medium that can provide space and insight for fans, so that fans can confirm their attraction to men, it also carries out undoing gender in cyberspace and the real world. Efforts to undoing gender are carried out by expressing interest in men, being active in dating and having sexual relations, and using their romantic and sexual experiences as inspiration for producing AU boy's love. I argue that the consumption and production of AU boy's love forms a virtual space that can help fans to accept themselves and their sexual orientation, as well as Undoing gender so they can shape who they are today."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Lutfia Sashi Kirana
"Studi ini bertujuan mengeksplorasi narasi dalam boys’ love yang diproduksi oleh lelaki gay dan bagaimana representasi gay yang dibuat oleh mereka digunakan untuk membongkar mitos homoseksualitas yang dibentuk oleh perempuan. Boys’ love merupakan genre dalam media populer dengan narasi yang berfokus pada hubungan romantis dan seksual antarlelaki. Sejak awal, genre ini dibuat oleh dan ditujukan kepada perempuan yang diasumsikan heteroseksual. Para perempuan mengembangkan mitos mengenai homoseksualitas lelaki dalam boys’ love, yang mendorong lelaki gay mengembangkan cerita sendiri dalam genre tersebut yang sesuai dengan pengalaman mereka. Dengan menggunakan model semiotika Barthes, studi menganalisis lima adegan dalam serial I Told Sunset About You yang dibuat oleh lelaki gay. Temuan penelitian menunjukkan bahwa lelaki gay membentuk mitos dalam boys’ love sebagai upaya membongkar mitos homosekualitas buatan perempuan, sekaligus untuk mengkritik struktur heteronormatif. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa boys’ love, sebagai salah satu bentuk komersialisasi budaya queer, memiliki potensi aktivisme bagi komunitas LGBTQ.
This study aims to explore the narrative in boys' love produced by gay men and how the gay representations made by them are used to dismantle myths of homosexuality formed by women. Boys' love is a genre in popular media with a narrative that focuses on romantic and sexual relationships between men. From the very beginning, this genre was created by and aimed at presumably heterosexual women. Women develop myths about male homosexuality in boys' love, which pushed gay men to develop their own stories within the genre that are relevant to their experiences. Using Barthes' semiotic model, this study analyzes five scenes from a series made by gay man called I Told Sunset About You. Research findings show that gay men form myths in boys' love to dismantle the myth of homosexuality made by women, as well as to criticize heteronormative structures. In addition, results also show that boys' love as a form of commercialization of queer culture has the potential for LGBTQ activism."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Anzilna Mubaroka
"Kejahatan dan homoseksual merupakan konten yang mudah ditemukan dalam drama fiksi media mainstream. Hal ini dapat dilihat dengan maraknya konten – konten kejahatan pada serial TV Boys Love. Sayangnya, konten kejahatan tidak hanya berhenti pada media mainstream tapi juga dibawa oleh penggemar dalam budaya partisipasi mereka pada Fandom. Salah satunya adalah konten kejahatan pada karya penggemar Menggunakan teori kriminologi popular dan kriminologi konstitutif, penelitian ini berutujuan untuk memberikan penjelasan proses penciptaan konten kejahatan pada karya penggemar dan alasan penciptaan konten tersebut. Berdasarkan observasi dan wawancara mendalam, terdapat dua alasan penggemar melakukan reproduksi konten kejahattan : yaitu faktor eksternal seperti alasan ekonomi dan fandom, dan alasan internal yaitu penerimaan diri, pelarian dunia nyata, dan fantasi seksual. Sedangkan proses reproduksi konten kejahatan ini ternyata tidak hanya berasal dari konten drama saja, namun juga dari interaksi dalam fandom, dan konsumsi konten kejahatan pada medium lain termasuk karya penggemar lain.
Crime and Homosexuality can be easily found in media mainstream fictional drama. This can be seen as many crime content as fillers in Boys Love TV Series. Unfortunately, crime content not only can be found in drama but also taken by fans to be put into their own content as they participate in the fandom. Using popular criminology and constitutive criminology, this researched aim to explain the process of reproducing crime content in fanworks and the reason behind the act. Based on observation and indepth interview, There are 2 reasons why they choose crime content for their fanworks, external factors such as economic reasons and fandom cultures, and internal reasons such as self-acknowledgement, self-fulfilling, and their own sexual fantasy. Meanwhile, the process of making this content is not solely based on the crime from the drama, but also fandom interaction, and other crime content in other mediums such as other’s fandom fanworks."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Sissy Nurvidati Rahim
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25449
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Ruth Ulina
"Manga boys love (BL) merupakan salah satu budaya pop Jepang yang telah mendunia, berfokus pada kisah hubungan romantis antara laki-laki yang menghadirkan sejumlah tokoh-tokoh homoseksual dengan spektrum identitas gender yang beragam. Penelitian ini menganalisa proses “konstruksi identitas gender” tersebut, khususnya melalui tokoh Karasuma dalam manga BL bergenre omegaverse dengan judul Kurui Naku no wa Boku no Ban karya Kusabi Keri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan Queer Theory dari Judith Butler, didukung oleh konsep gender performativity dan gender identity sebagai pilar utama teori tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Karasuma sebagai seorang tokoh omega, awalnya digambarkan sebagai seorang “laki-laki” dengan identitas gender feminin, lemah, dan inferior sehingga kerap mengalami diskriminasi dan perlakuan tidak senonoh oleh kelompok alpha, kelompok laki-laki dengan identitas gender maskulin, dominan, kuat, dan superior. Namun Karasuma berusaha mengubah identitas gender feminin yang dilekatkan padanya, dengan mendobrak norma dan relasi gender tradisional yang berlaku melalui berbagai perlawanan dan strategi, atau “gender performativity”—mengikuti terminologi Butler—hingga berhasil mengonstruksi identitas gendernya sendiri, dan melahirkan identitas gender yang baru, yang disebut oleh Butler sebagai “identitas gender ketiga” atau masculine female. Sebagai genre narasi yang diproduksi dan dinikmati perempuan, Kurui Naku no wa Boku no Ban pun menjadi salah satu wacana baru yang mendekonstruksi gagasan heteronormativitas dalam masyarakat Jepang.
Boys Love manga (BL) is a worldwide Japanese pop culture, focusing on the story of romantic relationships between men which presents homosexual figures with diverse set of gender identities. This study analyzes the process of "construction of gender identity", specifically through the character Karasuma in the BL omegaverse manga titled Kurui Naku no wa Boku no Ban by Kusabi Keri. This research uses descriptive analysis method in Judith Butler’s Queer Theory and is supported by the concept of gender performativity and gender identity. This research finds that Karasuma as an omega figure, was initially described as a male with feminine, weak, and inferior gender identity, as a result, he often experiences discrimination and indecent treatment by alpha characters or men with masculine, dominant, strong, and superior traits. However, Karasuma tried to change the feminine gender identity attached to him, by opposing traditional gender norms and relations through various resistances and strategies, or "gender performativity"—following Butler's terminology—to succeed in constructing his own gender identity, and thereby generate a new gender identity that is what Butler calls "third gender identity" or masculine female. As a narrative genre that is produced and enjoyed by women, Kurui Naku no wa Boku no Ban has become a new discourse that deconstructs the idea of heteronormativity in Japanese society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Yarra Rania Nurul Iman
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberadaan wacana heteronormatif manga boys’ love (BL) dan bagaimana wacana tersebut memengaruhi popularitas BL di Indonesia. Penulis menggabungkan metode model analisis femininitas dan maskulinitas oleh Zhou, et al. (2018), analisis teks, dan interpretasi komposisi visual oleh Rose (2001) untuk menganalisis keberadaan wacana heteronormatif dalam manga Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu dan metode analisis tematis oleh Clarke dan Braun (2013) untuk menganalisis tanggapan pembaca BL Indonesia di Twitter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu merupakan BL dengan wacana heteronormatif dan pembaca BL Indonesia di Twitter juga lebih sering mengungkit aspek heteronormatif manga tersebut. Preferensi pembaca BL Indonesia yang memilih manga BL dengan karakter heteronormatif dapat dibaca sebagai bukti kuatnya internalisasi norma-norma heteronormatif di Indonesia yang didukung oleh nilai-nilai agama dan sosial.
This research discusses the existence of heteronormative themes in boys’ love (BL) manga and determines how they affect the popularity of BL in Indonesia. This research combines Zhou, et al. (2018)’s femininity and masculinity model, text analysis method, and compositional interpretation method by Rose (2001) to analyse the heteronormative themes in Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu and thematic analysis method to examine Indonesian BL readers’ comments on Twitter. Results have shown that Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu indeed has heteronormative themes and the comments on Twitter are mostly focused on heteronormative aspects of the manga. Indonesian BL readers’ tendency to prefer BL mangas with heteronormative themes can be seen as an evidence of the strong internalisation of heteronormative norms in Indonesia, which is also supported by the religious and social values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library