Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hilarius Wibi Hardani
"Salah satu metode penguatan logam yang paling banyak diterapkan pada logam-Iogam ringan seperti Aluminium adalah penambahan unsur penghalus butir. Pada proses pengecoran logam, struktur halus benda tuang dapat diperoleh dengan cara memberikan unsur-unsur perangsang nukleasi ke dalam logam cair. Pada saat pembekuan, unsur-unsur tambahan ini diharapkan dapat mendorong nukleasi dan membentuk inti bagi pertumbuhan kristal logam dasar. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan penghalus butir Titanium-Boron terhadap penghalusan butir paduan Al-Si ADC-12 yang mengandung kadar Si sekitar 12%. Dalam penelitian ini, komposisi tuangan dihasilkan dengan dapur krusibel, sedangkan cetakan yang digunakan adalah cetakan ingot. Kuantitas penghalus butir divariabelkan, dan selanjutnya dilihat pengaruh penghalusan butir tersebut terhadap kekerasan dan konduksivitasnya. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penambahan penghalus butir Titanium-Boron sebesar 0.2% berat logam menghasilkan benda tuang yang nilai kekerasamqya paling tinggi (82 BHN) namun nilai konduktivitas Iistriknya paling rendah (21.9 %IACS) , sedangkan dari hasil penuangan yang tampa penghalus butir didapatkan nilai konduktivitas Iistrik yang paling tinggi (24.4 % IACS), namun nilai kekerasannya paling rendah (78 BHN). Hasil yang optimum didapat dari AELT-2, dengan penambahan Ti-B 0.1% berat Iogam, di mana nilai kekerasan yang diperoleh cukup tinggi (81 BHN) dan nilai konduktivitas listriknyajuga cukup baik (22.5 %IACS)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Musfirah Cahya Fajrah Toana
"Dalam tesis ini dilakukan sintesa Boron Karbida dengan menggunakan metode reaksi antara Asam Borat (H3BO3)-Karbon( C) dan Asam Borat (H3BO3) - Glukosa (C6O6H12). Kedua bahan dicampur dengan berbagai variasi komposisi, yaitu (H3BO3) 247,2 gram: Karbon 84 gram, H3BO3 247,2 gram:karbon 168 gram, H3BO3 247,2 gram:karbon 252 gram dan H3BO3 37,1 gram: Glukosa 108,2 gram, H3BO3 37,1gram:Glukosa 216,2 gram, H3BO3 37,1 gram:Glukosa 324,3 gram.
Proses reaksi diawali dengan penimbangan, kemudian dilakukan proses pencampuran di atas kompor pemanas selama 10 jam. Setelah terjadi pengarangan bahan dioven pada suhu 100oC selama 24 jam. Bahan yang telah terbentuk dari hasil reaksi dilakukan pembakaran pada temperatur 400°C, 800°C, 1000°C masing-masing selama 3 jam. Bahan yang tidak dan yang telah dibakar akan dilakukan karakterisasi dengan XRD dan paket program GSAS.
Hasil analisa fasa memperlihatkan bahwa telah terbentuk Boron Karbida jenis B25C pada komposisi varisasi campuran Asam Borat 247,2 gram:Karbon Aktif 84 gram dan Asam Borat 247,2 gram:168 gram baik pada kondisi sebelum pembakaran (100°C) dan sesudah pembakaran (400°C). Pada komposisi variasi campuran Asam Borat 37,1 gram:glukosa 108,23 gram dan Asam Borat 37,1 gram:Glukosa 216,2 gram sebelum pembakaran (100°C) dan sesudah pembakaran (400°C dan 1000°C) terbentuk boron karbida jenis B8C18 dan B2O3 dan pada kondisi pembakaran 800°C hanya terbentuk B8C18.

In this research, the synthesis of Boron Carbide is conducted using reaction method between mixture of Boric Acid (H3BO3) & Carbon (C) powder and mixture of Boric Acid (H3BO3) & Glucose (C6H6O12) powder. Both mixtures are mixed with various compositions, as follows: H3BO3 247,2 gram : Carbon 84 gram, H3BO3 247,2 gram : Carbon 168 gram, H3BO3 247,2 gram : Carbon 252 gram and H3BO3 37,1 gram : Glucose 108,2 gram, H3BO3 37,1gram:Glucose 216,2 gram, H3BO3 37,1 gram : Glucose 324,3 gram.
Polymerization reaction process is preceded with weighing and followed by mixing process while heating on a burner for 10 hrs. After heating in a furnace at 100°C for 24 hrs, resulted material from the reaction process are heated at 400°C, 800°C, 1000°C for 3 hrs at each temperature. Finally, the raw material and final material will be characterized using XRD and GSAS software.
The result of fase analysis shows the formation of B25C type Boron Carbide at mixture composition of Boric Acid 247,2 gram : Carbon 84 gram and Boric Acid 247,2 gram:168 gram before high temperature heating (100°C) and after high temperature heating (400°C). While at mixture composition of Boric Acid 37,1 gram : Glucose 108,23 gram and Boric Acid 37,1 gram : Glucose 216,2 gram before high temperature heating (100°C) and after high temperature heating (400oC and 1000°C) forms B8C18 and B2O3 types Boron Acid, whereas at heating at 800°C forms B8C18 type Boron Carbide.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20483
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Harsanti
"Boron karbida merupakan material yang sulit terbentuk yang memiliki struktur dan aplikasi elektronik yang menarik. Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh boron karbida antara lain stabil pada temperatur tinggi, memiliki tingkat kekerasan yang tinggi, berkemampuan tinggi dalam menyerap neutron pada pusat reaktor nuklir, dan memiliki sifat-sifat termoelektrik yang sangat baik. Kombinasi dari sifat-sifat tersebut memungkinkan boron karbida digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk material yang tahan abrasi, persenjataan militer, moderator neutron pada reaktor nuklir, dan berpotensial diaplikasikan pada pembangkit daya penerbangan angkasa luar.
Penelitian ini berhasil mensintesis boron karbida dengan fasa B4C yang memiliki sistem kristal rhombohedral, space grup m 3 R , dan parameter kisi a = b = 5,600, c = 12,08, α = β = γ = 90o dengan menggunakan bahan-bahan awal berupa asam borat (H3BO3), karbon aktif, dan asam sitrat (C6H8O7) yang ditambahkan dengan magnesium sebagai koreduktor.

Boron carbide is highly refractory material that is of great interest for both its structural and electronic properties. Of particular importance are its high-temperature stability, high hardness, high cross-section for neutron capture, and excellent high-temperature thermoelectric properties. This combination of properties gives rise to numerous applications, including uses as an abrasive wear-resistant material, ceramic armor, a neutron moderator in nuclear reactors, and potentially, for power generating deep space flight applications.
This experimental succesfull to synthesis B4C boron carbide that has rhombohedral crystal system, space grup m 3 R, and lattice constant a = b = 5,600, c = 12,08, α = β = γ = 90o by using raw materials i.e. boric acid (H3BO3), activated carbon, dan citric acid (C6H8O7) and magnesium as co-reductant.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Widiadnyana Wardiha
"ABSTRAK
Bambu laminasi dan gewang laminasi merupakan dua jenis produk bahan bangunan pengganti kayu. Dalam pemanfaatannya sebagai pengganti kayu, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah ketahanan terhadap faktor luar. Upaya untuk meningkatkan ketahanan terhadap faktor luar adalah pengawetan. Bahan pengawet yang sering digunakan adalah Boron dan Copper-Chrome-Boron (CCB) dan diawetkan dengan metode perendaman dingin. Kendala yang dihadapi dalam proses pengawetan ini adalah dihasilkannya limbah bahan pengawet yang tersisa yang perlu dikelola. Namun, agar bisa diketahui alternatif pengelolaannya, perlu diketahui karakteristik limbahnya terlebih dahulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik limbah pengawet yang mengandung Boron dan CCB dan menganalisa alternatif pengelolaannya. Pengumpulan data karakteristik limbah dilakukan dengan pengujian laboratorium. Data karakteristik direkapitulasi dan dibandingkan dengan baku mutu air limbah berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014. Analisis alternatif pengelolaannya dilakukan dengan kajian referensi hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hasil yang diperoleh yaitu: 1) limbah pengawet yang mengandung Boron dan CCB tidak memenuhi baku mutu air limbah, dan kandungan pencemar pada limbah CCB lebih tinggi daripada Boron; 2) pengolahan limbah pengawet yang mengandung Boron dapat dilakukan dengan pengolahan alami. Sedangkan limbah pengawet yang mengandung CCB perlu dilakukan pengolahan secara fisika dan kimia. "
Bandung: Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2017
728 JUPKIM 12:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cahya Mukti Setiyanto
"Elektroda boron-doped diamond (BDD) memiliki banyak keunggulan seperti jendela potensial lebar, arus latar rendah, inertness tinggi dan stabilitas. Modifikasi permukaan BDD dengan nanopartikel emas dilakukan dalam penelitian ini untuk meningkatkan konduktivitas dan sensitivitasnya sebagai sensor oksigen. Sintesis nanopartikel emas (AuNPs) dilakukan dengan menggunakan allicin, yang diperoleh dengan isolasi dari bawang putih dengan cara mengeluarkan ekstrak, sebagai agen penutup karena allicin memiliki kelompok fungsional Sulfur (S) untuk bereaksi dengan emas dan ikatan rangkap untuk direaksikan untuk memasang BDD permukaan di bawah radiasi sinar UV. Allicin yang diperoleh dikarakterisasi menggunakan Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), sedangkan emas yang disintesis dikoreksi dengan spektrofotometer UV-VIS, Particle Size Analyzer (PSA), dan Transmission Electron Microscopy (TEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran rata-rata AuNPs adalah sekitar 8.893 nm. Lebih lanjut, modifikasi permukaan BDD oleh AuNP yang disintesis ditandai oleh Scanning Electron Microscopy - Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS), menegaskan bahwa 0,6% dari AuNP dapat dipasang pada permukaan BDD. Aplikasi AuNPs yang dimodifikasi BDD sebagai elektroda kerja untuk sensor oksigen dan sensor Biokimia Oxygen Demand (BOD) menunjukkan kinerja yang baik dengan rasio sinyal-ke-latar belakang 4,6, batas deteksi oksigen terlarut 0,0537 ppm dan batas deteksi BOD 0,1214 ppm.

Boron-doped diamond (BDD) electrodes have many advantages such as wide window potential, low background current, high inertness and stability. Surface modification of BDD with gold nanoparticles was carried out in this study to improve its conductivity and sensitivity as an oxygen sensor. Synthesis of gold nanoparticles (AuNPs) is carried out using allicin, which is obtained by isolation from garlic by extracting extracts, as a cover agent because allicin has a functional group of Sulfur (S) to react with gold and double bonds to be reacted to attach the BDD surface under UV radiation. Allicin obtained was characterized using Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), while the synthesized gold was corrected with UV-VIS spectrophotometer, Particle Size Analyzer (PSA), and Transmission Electron Microscopy (TEM). The results showed that the average size of AuNPs was around 8,893 nm. Furthermore, the modification of BDD surfaces by synthesized AuNP was marked by Scanning Electron Microscopy - Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS), confirming that 0.6% of AuNP could be mounted on BDD surfaces. Applications of BDD modified AuNPs as working electrodes for oxygen sensors and Biochemical Oxygen Demand (BOD) sensors show good performance with a signal-to-background ratio of 4.6, a dissolved oxygen detection limit of 0.0537 ppm and a BOD detection limit of 0.1214 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Diko Firmansyah
"Senyawa adenosin fosfat bervariasi jumlah gugus fosfatnya yakni adenosin monofosfat (AMP), adenosin difosfat (ADP) dan adenosin trifosfat (ATP). Untuk mendeteksi ketiga jenis senyawa secara simultan, dikembangkan sistem elektroforesis menggunakan detektor elektrokimia dengan elektroda boron-doped diamond. AMP, ADP dan ATP dalam bufer fosfat pH 7 memiliki kesamaan potensial oksidasi sekitar +0,93 Volt (vs. Ag/AgCl). Potensial yang sama juga ditemukan pada oksidasi adenin dan adenosin, yang mengindikasikan bahwa reaksi oksidasi terjadi pada gugus adenin.
Elektroforesis kapiler dilakukan menggunakan kapiler fused silica(d: 0,05 mm). Dengan mengaplikasikan potensial 10 Kvolt, AMP, ADP dan ATP dapat dipisahkan dengan waktu retensi berturut-turut 1439 detik, 1202 detik dan 848 detik. Linieritas dapat dicapai untuk ketiga senyawa tersebut dengan batas deteksi beruturut-turut yakni 0,5946 μM, 0,5619 μM and 1,7795μM. Hasil tersebut menunjukkan bahwa elektroforesis berdetektor elektrokimia dapat digunakan untuk deteksi simultan senyawa adenosin fosfat AMP, ADP dan ATP.

Adenosine phosphates were varied with the number of phosphate groups, including adenosine monophosphate (AMP), adenosine diphosphate (ADP), and adenosine triphosphate (ATP). In order to detect them simultaneously, a capillary electrophoresis coupled with electrochemical detection using boron-doped diamond electrode is developed. AMP, ADP and ATP in phosphate buffer pH 7 have similar oxidation potentials at around +0.9 V (vs. Ag/AgCl). This potential is also similar to that of adenin and adenosine, indicated that the oxidation occurred at adenin moiety.
Capillary electrophoresis, which was then performed using fused silica capilar (d: 0,05 mm) at an appied potentials of 10 KVolt can separate the adenosine phosphate AMP, ADP and ATP with the retention times of 848 s, 1202 s, and 1439 s, respectively. Liniear calibration curve can be achieved with the limits of detection of 0,5946 μM , 0,5619 μM and 1,7795μM, respectively the result shows that electrophoresys with electrochemical detector is promising for simultaneous detection of adenine phosphates.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoirul Umam
"Akrilamida merupakan senyawa kimia berbahaya yang bersifat karsinogenik terhadap manusia. Akrilamida dapat terbentuk dari proses pemanasan suhu tinggi pada makanan yang kaya akan kandungan karbohidrat. Di dalam darah manusia yang terpapar akrilamida ditemukan adanya ikatan kovalen yang terbentuk antara ikatan rangkap pada akrilamida dengan ?-NH2pada N-terminal yang ada pada gugus valin di hemoglobin. Adanya ikatan tersebut menjadi dasar penggunaan hemoglobin sebagai biosensing dalam biosensor elektrokimia senyawa akrilamida. Elektroda boron doped diamond(BDD) dimodifikasi menggunakan hemoglobin untuk memperoleh elektroda dengan sifat selektifitas, sensitifitas, dan reuseable yang baik sebagai sensor akrilamida. Untuk meningkatkan nilai afinitas BDD terhadap hemoglobin, BDD dimodifikasi dengan menggunakan nanopartikel emas yang melalui gugus oksigen atau gugus nitrogen pada permukaan BDD. Perbandingan juga dilakukan jika hemoglobin dimodifikasikan pada permukaan elektroda emas. Dari pengukuran siklik voltametri yang dilakukan diperoleh respon arus optimum pada pH 5 (Larutan buffer asetat 0.1 M). Arus yang diperoleh linear pada range konsentrasi akrilamida 5 sampai 50 µM dengan limit deteksi 5,1436 µM

Acrylamide is reported as a chemical compound that is carcinogenic to human. Acrylamide can be formed from high-temperature heating process on foods that have high carbohydrate content. In human blood, exposingto acrylamide was found to form the bond between the double bond of acrylamide and ?-NH2 group of N-terminal valine of hemoglobin. In this work, we employed this behavior to developan electrochemical biosensor of acrylamide. Boron-doped diamond (BDD) electrode was modified by using hemoglobin to obtain an electrode with the nature of selectivity, sensitivity, and reusable. To increase the affinity of BDD to hemoglobin, proir to use the BDD was modified by gold nanoparticles through oxygen or nitrogen sites of BDD. Comparison was also performed using hemoglobin-modified gold electrodes. Cyclic voltammetry observed optimum responses at pH 5 (0.1 M sodium acetate buffer). The responsesare linear to the acrylamide concentration range of 5-50 µM with estimated detection limits of 5.1436 µM.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Cipta
"Transmisi elektron mikroskop (TEM) dan ukuran partikel analyzer (PSA) adalah instrumen umum untuk penentuan distribusi ukuran nanopartikel emas (Aunp). Namun, teknik ini tidak selalu berlaku karena harga alat dan biaya pemeliharaan yang mahal. Penelitian ini
melaporkan pengaruh arus transien pada tumbukan aktif elektrokimia antara individu Aunp dengan permukaan mikroelektroda boron-doped diamond (BDD). Hal ini juga diketahui bahwa hidrogen peroksida (H2O2) tidak aktif di permukaan BDD. Namun, dengan adanya Aunp reaksi
oksidasi-reduksi H2O2 terjadi. Selanjutnya, ukuran Aunp mempengaruhi arus yang dihasilkan. Oleh karena itu, korelasi antara transien saat ini dengan ukuran AuNPs dapat digunakan untuk menganalisis distribusi ukuran Aunp. Aunp telah berhasil disintesis menggunakan metode
reduksi HAuCl4 oleh sodium sitrat. Ukuran AuNP dari 10-100 nm sudah disiapkan. Korelasi antara arus transient yang dihasilkan oleh reaksi reduksi H2O2 oleh tumbukan Aunp dipermukaan mikroelektroda BDD dengan ukuran nanopartikel yang diukur dengan menggunakan TEM dan PSA, dapat dideterminasi bahwa metode ini dapat diterapkan untuk penentuan distribusi ukuran nanometal.

Transmission electron microscopy (TEM) and particle size analyzer (PSA) are the general instruments for the determination of size distribution of gold nanoparticle (AuNP). However, these techniques are not always applicable because the price of instrument and the cost of maintenance are expensive. This research reports the effect of transient currents on electrochemical active collisions between individual AuNP with the surface of boron-doped diamond (BDD) microelectrodes. It is well known that hydrogen peroxide (H2O2) is inactive at the surface of BDD. However, in the presence of AuNP oxidation-reduction reaction of H2O2 occurs. Furthermore, the size of AuNP affects the current generated. Therefore, correlation
between the current transients with AuNPs size can be used to analyze the distribution of AuNP size. AuNP has been successfully synthesized using the method of reduction HAuCl4 by sodium citrate. The size of 10-100 nm AuNPs can be prepared. Correlation between with the size of the nanoparticles measured by TEM and PSA with the current transient generated by the reduction
reaction of H2O2 with AuNP collision at BDD microelectrodes suggested that the method can be
applied for the determination of nanometal size distribution.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T47543
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Listya Eka Anggraini
"Akrilamida dikenal bersifat karsinogen dan neurotoxin. Salah satu pengembangan metode deteksi akrilamida adalah dengan menggunakan biosensor berbasis hemogloin karena metode ini praktis, sensitif, dan cepat. Untuk itu dibutuhkan permukaan elektroda yang aktif, seperti Au dan Pt. Sudah banyak dilakukan penelitian membuat sensor akrilamida, namun tingkat kestabilan dan sensitifitas elektrodanya masih terbilang rendah. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan biosensor akrilamida menggunakan elektroda boron-doped diamond BDD termodifikasi emas dan hemoglobin.
Teknik pembibitan kimia wet-chemical seeding dan elektrokimia electrochemical overgrowth of seeds dilakukan untuk memodifikasi elektroda BDD dengan emas. Karakterisasi dengan SEM-EDS menunjukkan bahwa sebanyak 12,74 emas berhasil terdeposisi di permukaan BDD. Dengan menggunakan Hb konsentrasi 0,25 mM, sensor akrilamida yang dibuat memiliki linearitas yang tinggi R2 = 0,9901 pada rentang konsentrasi 0,6 sampai 6 M dengan perkiraan LOD mencapai 0,845 M. Pengukuran kandungan akrilamida dalam sampel kopi menggunakan sensor ini memberikan hasil yang mendekati dengan hasil pengukuran menggunakan HPLC.

Acrylamide is known as carcinogenic and neurotoxin substrates. An alternative method for acrylamide detection is by using hemoglobin based biosensors, because it is a simple, rapid, and sensitive method. In this case, an active electrode surface, such as Au and Pt is necessary. Many studies have been done to create the acrylamide sensor. Unfortunatelly, the stability and the sensitivity of the electrodes were still poor. In this research, the electrodes for biosensor of acrylamide was prepared by modifying boron doped diamond BDD with gold and hemoglobin.
Wet chemical seeding technique followed by electrochemical overgrowth of seeds was performed to modify BDD electrodes with gold. The characterization with SEM EDS showed that gold could over 12.74 of the BDD surface. By immobilizing Hb with the concentration of 0.25 mM on the surface of the modified BDD, the linear calibration of the prepared acrylamide sensor was high R2 0.9901 in the concentration range of 0.6 to 6 M with an estimated LOD of 0.845 M. Measurement of acrylamide content in coffee samples using this sensor gives approach results to measurement results using HPLC.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aisyah Fauzillah
"Arsenik adalah salah satu elemen paling berbahaya di permukaan bumi. Kontaminan arsenik anorganik dilaporkan menyebabkan masalah serius dalam kesehatan manusia di seluruh dunia. Berlian boron-doped yang dimodifikasi oleh emas nanopartikel (AuNPs-BDD) dapat digunakan sebagai sensor arsenik dengan sensitivitas tinggi. Dalam karya ini, sintesis nanopartikel emas (AuNPs) dilakukan menggunakan agen capping allyl mercaptan (C3H6S) karena emas afinitas tinggi untuk kelompok yang mengandung unsur N atau S. Selain itu, allyl mercaptan memiliki ikatan rangkap yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan dengan permukaan BDD. Karakterisasi AuNP menggunakan spektrofotometer UV-Vis menghasilkan panjang gelombang spesifik nanopartikel emas pada kisaran 510-580 nm, sedangkan karakterisasi menggunakan Transmission Electron Microscopy (TEM) menunjukkan ukuran distribusi rata-rata AuNPs pada 6,2 ± 2,31 nm dan Particle Size Analyzer (PSA) menunjukkan ukuran rata-rata AuNPs pada 29,51 ± 5, 31 nm. AuNP yang disintesis diendapkan pada permukaan elektroda BDD dengan metode pencelupan di bawah sinar UV (λ = 254 nm) dan dikarakterisasi menggunakan X-Ray Photoelectron Spectroscopy (XPS) dan Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS). Pemeriksaan sensor arsenik dilakukan dengan menggunakan teknik Anodic Stripping Voltammetry (ASV). Pengukuran As3 + dan As5 + menggunakan BDN (AuNPs-BDD) yang dimodifikasi AuNPs menunjukkan respons saat ini dengan linearitas yang baik (R2 = 0,99) dalam rentang konsentrasi 0-100 μM dengan nilai deteksi batas As3 + dan As5 + dari 0,064 μM dan 0,105 μM.

Arsenic is one of the most dangerous elements on the surface of the earth. Inorganic arsenic contaminants are reported to cause serious problems in human health throughout the world. Boron-doped diamonds modified by gold nanoparticles (AuNPs-BDD) can be used as arsenic sensors with high sensitivity. In this work, the synthesis of gold nanoparticles (AuNPs) is carried out using the capping allyl mercaptan (C3H6S) agent because gold has high affinity for groups containing N or S. elements. Additionally, mercaptan allyl has a double bond that can be used to form bonds with BDD surfaces. AuNP characterization using UV-Vis spectrophotometer produces specific wavelengths of gold nanoparticles in the range 510-580 nm, while characterization using Transmission Electron Microscopy (TEM) shows the average distribution size of AuNPs at 6.2 ± 2.31 nm and the Particle Size Analyzer ( PSA) shows the average size of AuNPs at 29.51 ± 5, 31 nm. The synthesized AuNP was deposited on the surface of BDD electrodes by immersion method under UV light (λ = 254 nm) and characterized using X-Ray Photoelectron Spectroscopy (XPS) and Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS). Arsenic sensor tests are carried out using the Anodic Stripping Voltammetry (ASV) technique. Measurement of As3 + and As5 + using BDN (AuNPs-BDD) modified with AuNPs shows the current response with good linearity (R2 = 0.99) in the concentration range of 0-100 μM with detection limits of As3 + and As5 + values ​​of 0.064 μM and 0.105 μM.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>