Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York: The Haworth Press, 2008
616.858 52 BOR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
San Francisco: Jossey-Bass, 1997
616.851 TRE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rizal Sanif
Abstrak :
Penelitian survival secara historical cohort pada enam puluh dua penderita tumor ovarium borderline. Terdapat 9 penderita stadium FIGO IA, 9 stadium IC, 3 stadium IIIA, 2 stadium IIIB, 4 stadium IIIC, 1 stadium IV dan 34 stadium inadekuat. Dua puluh satu penderita dilakukan pembedahan radikal, 10 penderita hanya dilakukan histerektomi total dan salfingo-ooforektomi bilateral, 6 penderita dilakukan pembedahan konservatif, 24 penderita hanya dilakukan unilateral salfingo-ooforektomi atau kistektomi dan 1 penderita hanya biopsi saja. Enam belas penderita mendapat kemoterapi adjuvan kombinasi dengan platinum base, yaitu 8 penderita stadium inadekuat, 7 stadium III dan 1 stadium IV. Lama pengamatan lanjut antara 0,002 sampai 10,48 tahun dengan median 3,5 tahun. Lima puluh sembilan penderita tetap hidup. Tiga penderita meninggal karena penyakitnya. Residif terjadi pada 4 penderita. Ketahanan hidup penderita 2 tahun 96% dan 10 tahun 94%. Pada test ?log rank? didapatkan residu dan tipe histologi merupakan faktor prognostik yang bermakna mempengaruhi survival. (Med J Indones 2002; 11: 222-9)
Sixty-two patients with borderline tumors of ovary were historical cohort analyzed for survival characteristics. There were 9 patients with FIGO stage IA, 9 with stage IC, 3 with stage IIIA, 2 with stage IIIB, 4 with stage IIIC, 1 with stage IV and 34 with inadequate stage tumors. Twenty one patients had surgical staging with radical surgery, 10 patient had at least a total abdominal hysterectomy and bilateral salpingo-oophorectomy, 6 patient had surgical staging with conservative surgery, 24 patient had at least a unilateral salphingo-oophorectomy or ovarian cystectomy and 1 patient had biopsy. Sixteen patients received cisplatin-based combination chemotherapy, that were 8 with inadequate stage tumors, 7 with stage III tumors and 1 with stage IV tumor. Follow-up range from 0.02 to 10.48 years, with a median of 3.5 years. Fifty nine patient were alive. Three patients died, all of disease. Recurrence were found in 4 patients. The overall 2-years survival rate was 96% and 10-years survival rate was 94%. In log rank test, residual disease and histology type were significant predictor of survival. (Med J Indones 2002; 11:222-9)
Medical Journal of Indonesia, 2002
MJIN-11-4-OctDec2002-222
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
When at last Japan entered a period of recovery following the prolonged recession in the wake of the collapse of the bubble economy,there was an immediate burgeoning of interest in issues such as disparities in income and the working poor.....
JALAREV
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Swatika Wulan Pahlevi
Abstrak :
ABSTRAK
Borderline Intellectual Functioning adalah suatu kondisi taraf kecerdasan individu dengan skor IQ berkisar antara 71 sampai 84, suatu tingkat yang berada di bawah rata-rata normal, namun tidak termasuk sebagai keterbelakangan mental (Sattler, 1987). Anak-anak pada taraf kecerdasan ini seringkali kurang mendapatkan perhatian di dalam dunia pendidikan. Padahal anak-anak ini memiliki banyak keterbatasan walaupun biasanya tidak tertampil secara nyata seperti anak-anak dari golongan kecerdasan lain (retardasi mental). Shaw (2006) menjelaskan bahwa individu dengan borderline intellectual functioning dapat dimaksimalkan dengan cara meningkatkan waktu belajar yang lebih lama, meningkatkan kemampuan self-instruction, pengajaran secara khusus dari guru, serta pemberian instruksi secara khusus. Selain itu, kebiasaan belajar yang buruk juga dapat menyebabkan kegagalan atau prestasi yang rendah di sekolah (Schaefer & Millman, 1987). Oleh karena itu, intervensi harus dilakukan pada anak-anak ini. Dengan adanya intervensi bagi anak-anak borderline maka diharapkan resiko kegagalan di sekolah dapat diminimalkan. Salah satu intervensi yang bisa dilakukan berupa bimbingan untuk mengembangkan kebiasaan belajar (Ninivaggi, 2001). Perilaku belajar yang buruk bisa terjadi baik pada siswa dengan kecerdfl-san rata-rata mupun di bawah rata-rata. Namun demikian, memang ada kecenderungan bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata (borderline) biasanya kurang dapat melakukan perencanaan. Selain itu, mereka tidak mengetahui bagaimana caranya belajar (Bocsa, 2003) sehingga pada akhirnya hal ini akan berimbas pada kemampuan untuk merencanakan kegiatan belajar dan mengerjakan tugas. Program intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah modifikasi perilaku dengan menggunakan positif reinforeement dengan token ekonomi dan fading untuk membantu subyek memulai belajar. Subyek penelitian ini duduk di kelas VI sekolah dasar, akan mengikuti ujian akhir sekolah dan berencana melanjutkan sekolah ke tingkat SLTP. Subyek berjenis kelamin perempuan berusia 12 tahun. Saat ini subyek belum memiliki kebiasaan belajar yang teratur setiap harinya yang dapat mendukung subyek baik saat ujian sekolah maupun untuk proses belajar di jenjang selanjutnya. Selain itu, keluarga subyek juga tidak dapat menyediakan model yang dapat dijadikan panutan bagi subyek untuk dapat belajar dengan teratur. Subyek belajar hanya jika akan ulangan atau ada PR. Berdasarkan intervensi yang dilakukan sebanyak 12 kali, didapatkan kesimpulan bahwa program intervensi pembiasaan belajar terhadap anak borderline ini dapat dikatakan berhasil. Subyek mulai terbiasa untuk belajar dengan teratur dengan durasi waktu tertentu serta pada waktu-waktu tertentu setiap harinya. Selain itu, durasi belajar subyek juga meningkat selama program intervensi berlangsung. Sebagai tambahan, subyek mulai menguasai beberapa materi pelajaran matematika seperti perkalian dan pembagian di bawah angka 10 serta konsep bilangan positif negatif dan pecahan yang sebelumnya belum ia kuasai. Namun demikian sesuai dengan karakteristik anak borderline, subyek membutuhkan waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat memahami materi-materi tersebut.
2007
T38136
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulansari Ardianingsih
Abstrak :
ABSTRAK
Siswa dengan kecerdasan borderline adalah mereka yang memiliki fungsi kecerdasan di bawah rata-rata namun tidak sampai digolongkan disabilitas intelektual. Penelitian ini adalah penelitian single-case yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman bacaan pada seorang siswa dengan kecerdasan borderline. Partisipan penelitian ini adalah seorang siswa laki-laki berusia 12 tahun yang duduk di kelas 6 SD. Intervensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi merangkum paragraf. Penelitian dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: pre-test, intervensi, dan post-test (dilakukan sebanyak 3 kali). Pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah tes pemahaman bacaan, oral retelling, dan evaluasi keberhasilan setiap sesi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan skor tes pemahaman bacaan antara pre-test (23,8%) dan ketiga post-test (post-test 1 = 71,4%, post-test 2 = 78,6%, post-test 3 = 80,95%). Partisipan juga mengalami peningkatan skor oral retelling pada ketiga post-test jika dibandingkan dengan pre-test (skor pre-test = 4, skor post-test 1= 18, skor post-test 2= 23, skor post-test 3= 19). Selain itu, partisipan juga mengalami peningkatan performa yang signifikan di setiap akhir sesi intervensi diukur menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank (Z= -2,703, p=0.007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi merangkum dapat secara efektif meningkatkan kemampuan pemahaman bacaan pada siswa dengan fungsi kecerdasan borderline.
ABSTRACT
Siswa dengan kecerdasan borderline adalah mereka yang memiliki fungsi kecerdasan di bawah rata-rata namun tidak sampai digolongkan disabilitas intelektual. Penelitian ini adalah penelitian single-case yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman bacaan pada seorang siswa dengan kecerdasan borderline. Partisipan penelitian ini adalah seorang siswa laki-laki berusia 12 tahun yang duduk di kelas 6 SD. Intervensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi merangkum paragraf. Penelitian dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: pre-test, intervensi, dan post-test (dilakukan sebanyak 3 kali). Pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah tes pemahaman bacaan, oral retelling, dan evaluasi keberhasilan setiap sesi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan skor tes pemahaman bacaan antara pre-test (23,8%) dan ketiga post-test (post-test 1 = 71,4%, post-test 2 = 78,6%, post-test 3 = 80,95%). Partisipan juga mengalami peningkatan skor oral retelling pada ketiga post-test jika dibandingkan dengan pre-test (skor pre-test = 4, skor post-test 1= 18, skor post-test 2= 23, skor post-test 3= 19). Selain itu, partisipan juga mengalami peningkatan performa yang signifikan di setiap akhir sesi intervensi diukur menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank (Z= -2,703, p=0.007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi merangkum dapat secara efektif meningkatkan kemampuan pemahaman bacaan pada siswa dengan fungsi kecerdasan borderline.
2018
T52010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Istisakinah
Abstrak :
Konsekuensi hemodinamik defek septum atrium sekundum (DSAS) salah satunya adalah hipertensi arterial pulmonal (HAP), yang merupakan prediktor morbiditas dan mortalitas pascaoperasi. Indeks resistensi vaskular paru (IRVP) merupakan salah satu parameter operabilitas DSAS-HAP. Nilai IRVP < 4 WU.m2(IRVP rendah) dikatakan aman untuk dilakukan penutupan, sedangkan IRVP 4 WU.m2(borderline) berada di area abu-abu dimana mungkin sudah terjadi penyakit vaskular paru. Belum terdapat studi yang membandingkan luaran klinis pasca operasi kedua kelompok IRVP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan IRVP preoperasi terhadap mortalitas dan morbiditas perioperatif pascaoperasi DSAS-HAP. Studi kohort retrospektif dilakukan pada pasien DSAS-HAP usia 18 tahun yang menjalani operasi penutupan defek. Analisis akhir dilakukan pada 183 pasien (92 kelompok IRVP borderline dan 91 kelompok IRVP rendah). Mayoritas berjenis kelamin perempuan (83,6%) dengan median usia 37 (18-64) tahun. Median IRVP preoperasi adalah 4,3 (0,4-13,5) WU.m2. Nilai IRVP borderline tidak meningkatkan risiko mortalitas pascaoperasi (p = 0,621; OR 0,48, 95% IK 0,04-5,48), namun meningkatkan risiko morbiditas keseluruhan (p= 0,002;  OR 3,28, 95% IK 1,5-6,72). Analisis multivariat memperlihatkan hubungan IRVP borderline (p=0,045; OR 2,63, 95% IK 1,02-6,77) dan tricuspid valve gradient (TVG) preoperasi 64 mmHg (p=0,034; OR 2,77, 95% IK 1,08-7,13) dengan kejadian morbiditas intraperawatan. Tidak terdapat perbedaan kejadian mortalitas pascaoperasi intraperawatan antara pasien IRVP borderline preoperasi dengan IRVP rendah. Nilai IRVP borderline preoperasi dan TVG berkaitan dengan peningkatan morbiditas intraperawatan. ......One of hemodynamic consequences of secundum atriap septal defect (ASD) is pulmonary arterial hypertension (HAP), which is a predictor of postoperative morbidity and mortality. Pulmonary vascular resistance index (PVRI) is one of operability parameter for SASD with HAP. Pulmonary vascular resistance index < 4 WU.m2(low PVRI) is said to be safe for closure, while PVRI 4 WU.m2(borderline) is in the gray zone where pulmonary vascular disease may have occurred. Studies comparing clinical outcomes of these PVRI group in secundum ASD with HAP do not yet available. This study aims to determine the impact of preoperative PVRI on perioperative morbidity and mortality after surgical closure of secundum ASD with HAP. This study is a retrospective cohort study in secudum ASD with HAP patients age 18 years old undergoing surgical closure. A total of 183 patients were analyzed (92 borderline PVRI group and 91 low PVRI group). Majority of patient is female (83,6%) with median age 37 (18-64) years old. Median preoperative PVRI is 4,3 (0,4-13,5) WU.m2. Borderline PVRI was not associated with increase risk of postoperative mortality (p = 0,621; OR 0,48, 95% CI 0,04-5,48),but increase the risk of overall morbidity in bivariate analysis (p= 0,002;  OR 3,28, 95% CI 1,5-6,72). Multivariate analysis showed the association of PVRI borderline (p=0,045; OR 2,63, 95% CI 1,02-6,77) and preoperative tricuspid valve gradient (TVG) 64 mmHg (p=0,034; OR 2,77, 95% CI 1,08-7,13) with overall morbidity. There was no difference in the incidence of inhospital mortality between preoperative borderline PVRI patients compared to low PVRI patients. Preoperative borderline PVRI and TVG are associated with increase inhospital morbidity.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Pusparini
Abstrak :
ABSTRAK
Marah merupakan emosi yang paling sering terlibat di dalam suatu konflik (Johnson, 1997). Dengan demikian, kemarahan seringkali dianggap negatif karena berhubungan dengan agresi dan kekerasan, yang dianggap negatif pula oleh masyarakat (Strongman, 2003). Namun, jika ekspresi kemarahan dapat dikendalikan, justru dapat memperkuat hubungan pihak-pihak yang terlibat (Izard dalam Strongman, 2003). Untuk mengendalikan kemarahan, dibutuhkan suatu keterampilan sosial. Keterampilan sosial ini bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir atau muncul tiba-tiba ketika dibutuhkan, namun bisa dipelajari (Johnson, 1997, ’’Anger Management”, 2005). Ekspresi kemarahan, sebagai salah satu bentuk keterampilan sosial, juga dapat dipelajari, misalnya dengan cara modeling. Seseorang dengan tingkat inteligensi borderline memiliki kesulitan untuk melakukan abstraksi, tidak mampu memodifikasi suatu konsep, dan kesulitan untuk mempertimbangkan suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda (Masi, Marcheschi, &Pfanner, 1998), sehingga mereka seringkali mengalami kesulitan dalam membangun hubungan sosial. Dengan demikian, anak borderline perlu diberi semacam program pelatihan khusus untuk mengajarinya keterampilan sosial yang tepat. Dalam program intervensi ini, keterampilan sosial yang dilatihkan akan dikhususkan pada pengendalian kemarahan, agar ekspresinya tepat dan tidak menjadi agresi, terutama bagi orang di sekelilingnya. Menurut Hershom (2003), ada empat langkah dalam menangani kemarahan remaja, yaitu Decide, Recognize, Activate, dmHalt. Pada intinya, pada program intervensi ini, peneliti berusaha mengubah pemikiran yang salah dari subjek mengenai kemarahan dan ekspresinya, memberikan informasi tambahan, serta mengajarkan relaksasi. Hasilnya cukup positif. Subjek mengalami perubahan. Berdasarkan hasil evaluasi dan penilaian dari orang terdekat (nenek), subjek sudah memiliki perbedaan pemikiran mengenai ekspresi kemarahan, dan dari perilakunya pun sudah terlihat dapat lebih mengendalikan dirinya Subjek tidak lagi membanting atau merusak barang, ataupun menyakiti orang lain ketika sedang marah.
2007
T38042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harum Saraswati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi respon agresif saat marah pada remaja dengan inteligensi borderline melalui penerapan anger treatment dengan pendekatan cognitive-behavioral. Partisipan dalam penelitian ini adalah anak perempuan berusia 13 tahun yang memiliki kesulitan dalam mengelola marah yang termanifestasi dalam bentuk perilaku agresif. Program intervensi yang diterapkan mengacu pada program anger treatment dengan pendekatan cognitive-behavioral untuk individu yang memiliki keterbatasan intelektual yang disusun oleh Taylor dan Novaco 2005 . Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah intervensi melalui self-report berupa Anger Expression Scale for Children AESC dari Steele, Legerski, Nelson, dan Phipps 2009 ; self-rating berupa anger termometer dari Taylor dan Novaco 2005 ; dan skala inventory berupa Child Behavior Checklist CBCL dari Achenbach 1991. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan anger treatment dengan pendekatan cognitive-behavioral dapat mengurangi respon agresif saat marah pada remaja dengan inteligensi borderline. Perubahan itu terlihat dari terjadinya perubahan dalam ekspresi kemarahan yang ditampilkan partisipan antara sebelum dan sesudah intervensi diberikan. Sebelum intervensi diberikan, partisipan mengekspresikan kemarahannya dengan cara-cara yang agresif seperti bereriak, mengucapkan kata-kata kasar anjing , memukul, menendang, melempar, atau merusak barang. Setelah intervensi diberikan, partisipan cenderung lebih dapat menahan kemarahannya dengan tidak menampilkan respon yang agresif. Perilaku berteriak, mengucapkan kata-kata kasar sudah jarang muncul. ......The aim of this research is to reduce aggressive responses when angry in an adolescence with borderline intelligence through implementation of anger treatment with a cognitive behavioral approach. The participant of this research is a thirteen year old girl who has difficulty in managing her anger that manifested in aggressive behavior. The program of this research refers to anger treatment with cognitive behavioral approach for people with intellectual disabilities developed by Taylor and Novaco 2005. Measurements were taken before and after intervention program through self report such as Anger Expression Scale for Children AESC from Steele, Legerski, Nelson, and Phipps 2009 self rating such as anger thermometer from Taylor and Novaco 2005 and inventory scale such as Child Behavior Checklist CBCL from Achenbach 1991. The result of this study indicate that anger treatment with a cognitive behavioral approach is succeed in order to reduce aggressive responses when angry in an adolescence with borderline intelligence. These result are seen from the changes in the expression of anger shown by participant between before and after the intervention is given. Before the intervention, participant express her anger with a various aggressive ways, such as yelling, utter harsh words, hitting, kicking, throwing, or destroying thing. After the intervention, participant tend to be able to control her anger by not displaying aggressive responses. Yelling, utter harsh words are rarely appear.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>