Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tigor Rona Airlangga Harya Bima
Abstrak :

 

Latar Belakang: Antraks orofaringeal disebabkan oleh Bacillus anthracis, agen bioterorisme tipe A yang menyebabkan permasalahan kesehatan global. Penegakan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan pengujian laboratorium. Bakteri B.anthracis dapat ditumbuhkan pada hampir semua nutrient agar, agar darah adalah gold standard dengan masa inkubasi 16-24 jam. Peran saliva dalam diagnosis antraks belum banyak diketahui, penelitian sebelumnya mendeteksi antibodi  spesifik protective antigen pada saliva. Tujuan: Untuk mengetahui metoda deteksi cepat yaitu saat spora bakteri B.anthracis mulai masuk ke dalam rongga mulut sehingga dapat digunakan sebagai antisipasi serangan bioterorisme. Metode: Terdiri dari penelitian laboratorik untuk mengetahui metoda yang tepat menggunakan sampel saliva pada media kultur agar darah dan broth BHI. Dan penelitian terhadap subjek penelitian. Hasil: Bakteri B.anthracis dapat dideteksi dengan menggunakan unprovocated/whole saliva, pemanasan 62,5oC dan mulai dapat dideteksi pada konsentrasi 103. Dengan waktu inkubasi yang lebih cepat menggunakan media broth BHI. Pada penelitian terhadap subjek, tidak ditemukan adanya bakteri pada saliva subjek. Kesimpulan: Saliva dapat menjadi sumber sampel diagnosis deteksi cepat antraks.


Background: Oropharyngeal anthrax is caused by Bacillus anthracis, a type A bioterrorism agent that causes global health problem. Diagnosis is define by evaluation of clinical examination and laboratory testing. B.anthracis can be grown on almost all nutrient agar, blood agar is the gold standard with 16-24 hours incubation period. The role of saliva to define the diagnosis is not widely known, previous study performed to detect an antibody spesific to protective antigen in saliva. Aim: To determine the detection method in early stage, when the spore of B.anthracis enters the oral cavity and can have a role as the anticipation of bioterrorism attack. Methods: Consist of laboratory study to find out the best method for saliva in blood agar and broth BHI. And population study to know the prevalence of anthrax on the endemic area. Result: Detection of B.anthracis is using unprovocated  / whole saliva, heat shock 62,5oC and can be detected start from 103 consentration. The fastest method is using broth BHI. Summary: Saliva has a role to be a diagnostic sampel in the early detection of anthrax.

Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Mega Utami
Abstrak :
Bioterorisme merupakan ancaman internasional yang harus diantisipasi. Indonesia perlu mengantisipasi dampak akibat bioterorisme dengan mengeluarkan beberapa peraturan yang berkaitan dengan penanggulangan ancaman bioterorisme, di antaranya Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019. Menggunakan pendekatan kualitatif, studi ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019 menggunakan model analisis implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn. Penelitian ini juga bertujuan mengembangkan rencana mitigasi penanggulangan ancaman bioterorisme di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan penelusuran literatur berupa artikel, dokumen, dan kebijakan dengan kata kunci "bioterorisme"; "kesehatan masyarakat"; "ketahanan nasional", dan "mitigasi risiko"; juga dengan menganalisis pengalaman negara lain. Elaborasi berbagai instrumen yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) telah dibuat dalam bentuk National Action Plan for Health Security (NAPHS) Indonesia 2020-2024 yang secara spesifik ditujukan untuk meningkatkan ketahanan kesehatan sebagai bagian dari ketahanan nasional Indonesia. Namun NAPHS tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat bagi setiap pelaksana kebijakan untuk mengimplementasikannya. Indonesia perlu membuat kebijakan untuk merespons cepat risiko kesehatan masyarakat untuk merespons kedaruratan kesehatan masyarakat. Rencana mitigasi diharapkan dapat mengembangkan kapasitas untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons cepat setiap ancaman kesehatan, termasuk akibat bioterorisme. Kebijakan ketahanan kesehatan Indonesia perlu segera dibuat untuk memperkuat ketahanan nasional Indonesia di masa mendatang. ......Bioterrorism is an international threat that must be anticipated. Indonesia needs to anticipate the impact of bioterrorism by issuing several regulations related to countering the threat of bioterrorism, including Presidential Instruction Number 4 of 2019. Using a qualitative approach, this study aims to analyze the implementation of Presidential Instruction No. 4/2019 using the Van Meter and Van Horn policy implementation analysis model. This study also aims to develop a mitigation plan to counter the threat of bioterrorism in Indonesia. Data collection was conducted through in-depth interviews and literature searches in the form of articles, documents, and policies with the keywords "bioterrorism"; "public health"; "national resilience", and "risk mitigation"; also by analyzing the experiences of other countries. Elaboration of various instruments issued by the World Health Organization (WHO) has been made in the form of Indonesia's National Action Plan for Health Security (NAPHS) 2020-2024 which is specifically aimed at improving health security as part of Indonesia's national resilience. However, NAPHS does not have a binding legal force for every stakeholder to apply. Indonesia needs to create policies for rapid response to public health risks to respond to public health emergencies. The mitigation plan is expected to develop the capacity to prevent, detect and respond quickly to any health threats, including those due to bioterrorism. Indonesia's health resilience policy needs to be made immediately to strengthen Indonesia's national resilience in the future.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library