Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gabrielle Ophelia Kusuma
Abstrak :
Latar belakang: Kondisi hiperglikemi pada diabetes mellitus dapat menyebabkan stress oksidatif akibat ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan. Pada hati, komplikasi terberat dari stres oksidatif adalah non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD). Hingga saat ini, metformin merupakan drug of choice pengobatan diabetes mellitus tipe 2 (DMT2), namun dapat menimbulkan efek samping yang menurunkan kepatuhan berobat pasien seperti mual, muntah, dan diare. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menilai aktivitas antioksidan α-mangostin terhadap kadar malondialdehid (MDA) dan glutation (GSH) hati tikus dengan DMT2 sebagai kandidat obat alternatif metformin untuk menangani stres oksidatif pada DMT2. Metode: Penelitian dilakukan terhadap tikus Wistar jantan (usia 10-12 minggu) dan dibagi menjadi enam kelompok uji: normal, normal+α-mangostin 200mg/kgBB, DMT2, DMT2+metformin 200mg/kgBB, DMT2+α-mangostin 100mg/kgBB, dan DMT2+α-mangostin 200mg/kgBB. Kelompok DMT2 diinduksi dengan diet tinggi lemak dan glukosa, lalu diinjeksi streptozotocin. Kadar MDA dan GSH kemudian diukur dengan kit pemeriksaan pada jaringan hati yang telah disimpan dalam suhu -80°C setelah tikus-tikus di-sacrifice. Hasil: α-mangostin 100 mg/kgBB memberikan hasil paling baik, yaitu selisih terbesar kadar biomarker dibandingkan keadaan DMT2, di mana terjadi penurunan kadar MDA yang signifikan (p=0.038 vs DMT2) dan peningkatan kadar GSH signifikan (p=0.029 vs DMT2). Kesimpulan: α-mangostin mampu mempengaruhi kadar MDA dan GSH pada hati tikus dengan DMT2. ......Background: The hyperglycaemic condition in diabetes mellitus causes oxidant and antioxidant imbalance, leading to oxidative stress. In the liver, the worst possible complication of oxidative stress is non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD). So far, metformin is the drug of choice for treating type 2 diabetes mellitus (T2DM), but it has possibilities of causing nausea, vomiting, and diarrhoea, thereby disrupting patient compliance. Objectives: This study aims to investigate α-mangostin’s antioxidant activity towards malondialdehyde (MDA) and glutathione (GSH) levels in T2DM rats’ liver as a candidate alternative of metformin to treat oxidative stress in T2DM. Methods: Research is conducted towards male Wistar rats (age 10-12 weeks) separated into six groups: normal, normal+α-mangostin 200mg/kgBW, T2DM, T2DM+metformin 200mg/kgBW, T2DM+α-mangostin 100mg/kgBW, and T2DM+α-mangostin 200mg/kgBW. T2DM groups were induced with high fat-high glucose diet and streptozotocin injection. MDA and GSH levels were obtained with the appropriate assay kit of liver tissues (refrigerated at -80°C) after the rats were sacrificed. Results: 100mg/kgBW dose of α-mangostin yields the best results (highest biomarker levels difference than T2DM group). It significantly decreased MDA levels (p=0.038 vs T2DM) and significantly increased GSH levels (p=0.029 vs T2DM). Conclusion: α-mangostin is able to affect MDA and GSH levels in T2DM rats’ liver.
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cita Fitria Putri
Abstrak :
Partikel halus berukuran ≤ 2,5 µm (PM2,5) diketahui menimbulkan risiko kesehatan terbesar bagi manusia karena kemampuannya untuk masuk jauh ke dalam paru-paru dan bahkan aliran darah. Pekerja di industri pengasapan ikan terus terpapar oleh konsentrasi tinggi PM2,5 yang terkandung dalam asap hasil pembakaran. Asap diketahui mengandung berbagai zat radikal bebas yang dapat memicu stres oksidatif pada organ dan jaringan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan konsentrasi PM2,5 di lingkungan kerja dengan kadar MDA yang merupakan salah satu biomarker stres oksidatif. Desain studi yang digunakan adalah Cross-sectional. Subyek penelitian adalah pekerja di pengasapan ikan Bandarharjo Semarang sejumlah 104 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran konsentrasi PM2,5 di udara, pengambilan sampel darah untuk uji kadar MDA, dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kadar MDA dengan konsentrasi PM2,5 (p=0,007), konsumsi alkohol (p=0,022) dan masa kerja (p=0,019). Konsentrasi PM2,5 di rumah pengasapan skala kecil lebih tinggi dibanding rumah skala sedang dan besar. Sedangkan rata-rata kadar MDA pekerja adalah sebesar 0,996 µg/mL (95% CI 0,869-1,145). Adapun dari hasil Regresi Logistik Ganda diperoleh bahwa pekerja yang terpapar PM2,5 konsentrasi tinggi berisiko 4,433 kali untuk memiliki kadar MDA di atas rata-rata setelah dikontrol oleh variabel IMT, konsumsi alkohol, masa kerja, dan lama kerja. Temuan ini perlu ditindaklanjuti dengan meningkatkan pembinaan kepada pekerja, melakukan perbaikan sirkulasi udara di ruang pengasapan, dan pengaturan jam kerja pekerja, sehingga risiko kesehatan dapat diminimalisasi. ......Fine particles with diameter ≤ 2.5 µm (PM2.5) are known to pose the greatest health risk to humans because of their ability to enter deeply into the lungs and even the bloodstream. Workers in the fish smoking industry continue to be exposed to high concentrations of PM2.5 contained in combustion fumes. Smoke is known to contain various free radical substances that can trigger oxidative stress in the organs and tissues of the body. This study aims to analyze the relationship of PM2.5 concentration in the work environment with MDA levels which is one of the biomarkers of oxidative stress. The study design used was Cross-sectional. The research subjects were 104 workers in Bandarharjo fish smoking industry in Semarang. Data collection was carried out through measurements of PM2.5 concentrations in the air, blood sampling for MDA levels, and questionnaires. The results showed a significant relationship between MDA levels and PM2.5 concentrations (p=0.007), alcohol consumption (p=0.022) and years of work (p=0.019). PM2.5 concentrations in small-scale smoke houses were higher than medium and large scale houses. While the average MDA level of workers is 0.996 µg/mL (95% CI 0.869-1.145). As for the results of the Multiple Logistic Regression, it was found that workers exposed to high concentrations of PM2.5 risk 4,433 times to have MDA levels above the average after being controlled by BMI variables, alcohol consumption, years of work, and duration of work. This finding needs to be followed up by increasing coaching to workers, improving air circulation in the smoking room, and regulating workers' working hours, so that health risks can be minimized.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library