Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Quick, Barbara
Jakarta: Syaifa Pressindo, 2010
813.54 QUI v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Hadiansyah
"Adaptasi film ke dalam novel atau sebaliknya seialu menimbulkan perubahan, sebagai akibat dari perbedaan media dan hasil interpretasi penulis dan sutradara. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan sejumlah persamaan dan perbedaan mendasar yang dihasilkan oleh adaptasi dari film ke dalam novel Biala Tak Berdawai, dilihat dari unsurunsur penceritaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan strukturalisme yang memfokuskan pada unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam film dan novel Biola Tak Berdawai. Unsur-unsur film dan novel yang dianalisis dan dibandingkan dalam penelitian ini adalah alur penyajian, alur sebab akibat, tokoh dan penokohan, latar ruang dan Tatar waktu.
Hasil analisis film dan novel Biola Tak Berdawai terhadap unsurunsur di atas, menunjukkan persamaan sekaligus perbedaan. Cerita dalam film dan novel pada dasarnya sama tetapi menjadi terkesan berbeda ketika Dewa dijadikan penutur di dalam novel. Tokoh Dewa menjadi serba tahu dan mampu menuturkan dengan fasih mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekelilingnya, padahal di dalam film, tokoh Dewa digambarkan sebagai anak yang sangat sulit untuk berkomunikasi dengan prang fain dikarenakan penyakit autis dan cacat ganda. Dengan demikian, tokoh utama di dalam novel tidak hanya Renjani, tetapi juga Dewa. Perbedaan Iainnya terletak pada berupa kemunculan cerita pewayangan di dalam novel, juga terdapat penghilangan, dan penambahan beberapa cerita. Semua perbedaan tersebut menunjukkan adanya perbedaan interpretasi penulis novel atas cerita film Biola Tak Berdawai.
Berbeda dengan unsur alur penyajian, alur sebab akibat antara film dan novel tidak menunjukkan perbedaan. Dad awal hingga akhir cerita, novel adaptasi tetap bersetia terhadap film sebagai cerita pertama. Begitu juga dengan latar ruang dan waktu.

The adaptation of film into novel or vice verse always produces changes as the consequence of the different media and the result of the actor and the director's interpretation. This study aims to present some basic similarities and differences which are produced by the adaptation from film into novel Biola Talc Berdawai, and viewed from the story elements.
The method used is structuralism, focusing on the intrinsic elements in film and novel Biota Tak Berdawai. The film and novel elements which are analyzed and compared in this study are plot, the characters and characterization, and setting.
The result of the analysis of film and novel Biola Tak Berdawai to the mentioned elements presents similarities and differences at the same time. The story in film and novel is basically the same but it imprisons different when Dewa is made as a narrator in the novel. The character of Dewa knows everything and he can utter fluently what happens in his surrounding, whereas in film the character of Dewa is showed as the boy who has difficulty to communicating with other people because he is autistic and has double deformity. So the main character in the novel is not only Renjani but also Dewa. The other difference is on the presence of things pertaining to the wayang story in the novel. All those differences present the difference of the writer's interpretation on the story of Biota Tak Berdawai film.
It is different to plot presence, the cause and effect plot between film and novel does not present the difference. From the beginning until the end of story, adapted novel keep loyal to film as the original story. It also happens to the setting of place and time.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Agussalim A.J.
"ABSTRAK
Disertasi ini membahas mengenai ?makna simbolik pertunjukan ēlongkēlong ma?biola: interaksi dan interpretasinya dalam masyarakat Bugis Wajo?. Disertasi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang: (1) makna simbolik pertunjukan ēlong-kēlong ma?biola dalam interaksi dan interpretasi masyarakat Bugis Wajo, dan (2) cara makna simbolik pertunjukan ēlong-kēlong ma?biola diproduksi dalam proses interaksi dan interpretasi masyarakat Bugis Wajo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan metode etnografi dan dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara etnografik, observasi partisipasi, dan dokumentasi.
Hasilnya, bahwa (1) pertunjukan ēlong-kēlong ma?biola dalam interaksi dan interpretasi masyarakat Bugis Wajo merupakan simbol keutuhan hidup yang dimaknai sebagai suatu kemapanan, kesuburan, keharmonisan, keseimbangan, ketenangan, dan ketenteraman hidup. Keutuhan hidup tersebut terbentuk dari kepahaman dan keberterimaan mereka atas kehadiran diri sebagai bagian, ikatan, dan sekaligus sebagai pembentuk ?dunia? di bawah satu otoritas tertinggi yaitu Tuhan (Allah Ta?ala); (2) makna simbolik pertunjukan ēlong-kēlong ma?biola diproduksi melalui saluran kesadaran dan keyakinan dengan cara, yaitu: pelaku dan khalayak terlebih dahulu menaruh perhatian pada simbol-simbol pertunjukan yang hanya dapat terjadi bila pelaku dan khalayak memiliki pengalaman dan pengetahuan terkait dengan pertunjukan ēlong-kēlong ma?biola; pelaku dan khalayak menghubungkan simbol-simbol pertunjukan itu dengan cara pandangnya terhadap dunia yang dilanjutkan dengan membuat pengategorisasian; dan pelaku dan khalayak menjadikan pengategorisasian itu sebagai satuan simbol yang mewakili kestabilan dirinya.

ABSTRACT
This study discusses the ?symbolic meaning of performing ēlong-kēlong ma?biola: interaction and its interpretation in Wajo Buginese society". This study aims to describe and explain: (1) symbolic meaning of the performing ēlongkēlong ma?biola in the interaction and interpretation Wajo Buginese society, and (2) show how the symbolic meaning of the performing ēlong-kēlong ma?biola produced in the process of interaction and interpretation of Wajo Buginese society. This study is a qualitative research by using approach of ethnography method with technique of collecting data through ethnographic interviews, participatory observation, and documentation.
The results, that (1) the performing ēlong-kēlong ma?biola in interaction and interpretation of Wajo Buginese society is a symbol of wholeness of life which is defined as an establishment, fertility, harmony, balance, tranquility, and appeasements of life. Wholeness of life forms from those of understanding and acceptance of living for them as part of, union, and at the same time as forming the "world" under one supreme authority of God (Allah); (2) symbolic meaning of the performing ēlong-kēlong ma?biola which produced through confidence and consciousness in a way, that is: first, performer and audiences beforehand full attention to the symbols performance which can only happen when audiences and performer have the experience and knowledge related to performing ēlong-kēlong ma?biola; second, audience and performer connect the symbol of the performance with his perspective on the world, followed by making of category; and thirst, audience and performer make it category as a symbol that represents the stability of the unit itself."
Lengkap +
Depok: 2010
D1196
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library