Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zaenal Arifin
Abstrak :
Kerentanan merupakan derajat tingkat dimana manusia dengan sistem lingkungannya mengalami gangguan/tekanan akibat adanya bahaya (bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi dan dapat menimbulkan bencana atau tidak. Dalam beberapa disiplin ilmu terdapat perbedaan penggunaan pengertian konsep kerentanan, karena dalam pengukurannya mempunyai bermacam-macam metode. Secara umum kajian terbaru tentang kerentanan sekarang ini telah mengalami pergeseran dari penilaian kerentanan tradisional yang hanya berkonsentrasi pada satu tekanan faktor atau sumber daya, menjadi banyak faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini mengkaji pola spasial kerentanan bencana alam di Kabupaten Cianjur, yang diakibatkan oleh karakteristik fisik lingkungan dan bencana (biofisik) dan pengaruh sosial, ekonomi serta demografi (sosial). Metode pendekatan yang digunakan untuk menentukan pola spasial dan tingkat kerentanan adalah analisa cluster dan analisa spasial berbasis sistem informasi geografi. Pola spasial kerentanan tinggi terhadap faktor biofisik tersebar di seluruh wilayah dengan pola merata terutama disebelah selatan Cianjur dan hanya sebagian kecil dibagian utara yang tidak berada dalam kerentanan tinggi. Tidak seluruh wilayah yang berada dalam kerentanan tinggi terhadap faktor biofisik berada dalam kerentanan tinggi karena faktor sosial ekonomi atau ada 36,68% saja wilayah dengan kerentanan tinggi terhadap faktor biofisik yang memiliki kerentanan tinggi karena faktor sosial ekonomi. ......Vulnerability can be defined as the degree to which human and environmental systems are likely to experience harm due to a perturbation or stress. However, different disciplines often use different meanings and concepts of vulnerability, which have led to diverse methods of measuring it. In general, recent studies on vulnerability often divert from traditional vulnerability assessment which centers on single stressor to single resource or receptor, moving to focusing on many aspects of the system being stressed. This research to examine spatial patterns of natural disaster vulnerability in Cianjur District, which is caused by the physical characteristics of the environment and disasters (biophysical) and social influence, economic and demographic (social). Approach method used to determine the spatial pattern and degree of vulnerability is the cluster analysis and spatial analysis based on geographic information systems Spatial pattern of high vulnerability of biophysical factors in all regions with uneven patterns especially in the south of Cianjur and only a small portion in the north who are not in a high vulnerability. Not all areas are in the high vulnerability of biophysical factors in a high vulnerability due to socioeconomic factors or is 36.68% only region with a high vulnerability to biophysical factors that have a high vulnerability due to socio economic factors.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29015
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Anggit Wicaksono
Abstrak :
Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan flora dan fauna, serta manusia yang ada disekitarnya. Sehingga ekosistem ini perlu diperhatikan keberlanjutannya sebagai upaya pemanfaatkan ekosistem. Kecamatan Cilamaya Wetan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Karawang yang memiliki hutan mangrove yang sangat luas, dimana luas hutan mangrove di Kecamatan Cilamaya Wetan mencapai 1.019 ha, sehingga dinilai berpotensi untuk dikembangkan menjadi wisata bahari mangrove. Dalam menentukan wilayah yang paling berpotensi untuk dijadikan wisata bahari, variabel yang perlu dipertimbangkan adalah kondisi biofisik ekosistem mangrove, kualitas air, dan faktor lokasi terhadap aksesibilitas dan kaitannya dengan jarak dari permukiman. Variabel biofisik dianalisis menggunakan kesesuaian mangrove untuk wisata, kemudian variabel kualitas air dilakukan analisis menggunakan Pollution Index (PI), serta aspek lokasi dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis potensi ekosistem mangrove untuk wisata bahari berdasarkan kondisi biofisik dan kualitas air didapatkan tiga zona yang memiliki potensi untuk dijadikan wisata bahari, yaitu pada zona Maryamah – Tunut, zona Tarsip – Ci lamaya, dan zona Cilamaya. Kemudian berdasarkan analisis spasial menggunakan faktor lokasinal berdasarkan aksesibilitas dan jarak dari permukiman di dapatkan zona Tarsip – Ci lamaya dan zona Ci Lamaya yang berpotensi untuk dijadikan wisata bahari mangrove. Karena dimana selain wilayahnya sesuai berdasarkan kondisi biofisik ekosistem mangrove dan kualitas airnya, wilayah ekosistem mangrove yang berada di zona Tarsip – Ci Lamaya dan zona Ci Lamaya memiliki aksesibilitas yang mudah untuk dijangkau dan juga jarak dari permukiman yang relatif jauh sehingga wilayah tersebut memiliki nilai keasrian dan keaslian yang tinggi. Selain itu, keanekaragaman jenis objek biota yang beragam dan pemandangan yang indah di sekitar ekosistem mangrove juga dinilai akan menjadi nilai tambah sebagai daya tarik untuk dijadikan wisata.
Mangrove ecosystem is the ecosystems that has an important role not only for the life of flora and fauna, but also for the society around the ecosystem. So that this ecosystem needs to be considered for its sustainability as an effort to utilize the ecosystem. Cilamaya Wetan Subdistrict is one of the sub-districts in Karawang Regency which has a very wide mangrove forest that reaches 1,019 ha, so it is considered to be developed into mangrove tourism. Biophysical condition and water quality, and also location factors for accessibility and its distance from the settlement need to consider, in which to develop mangrove ecosystem into tourism. Biophysical variables were analyzed using the suitability of mangroves for tourism, then water quality variables were analyzed using Pollution Index (PI), and location aspects were analyzed spatially using buffer method. The results of the analysis of the potential of mangrove ecosystems for marine tourism based on biophysical conditions and water quality obtained three zones that suitable to develop into tourism. Those zones are Maryamah-Tunut zone, Tarsip-Ci lamaya zone, and Cilamaya zone. Then based on spatial analysis using locational factors based on accessibility and distance from settlements, Tarsip-Ci lamaya zone and Ci Lamaya zone have the potential to be used as mangrove marine tourism. Because besides those 2 zones area are suitable based on the biophysical conditions and water quality, the accessibility is quite good because the main road is provided towards the ecosystem and also the distance from the settlement is in ideal distance, so that the ecosystem can be kept in good condition. In addition, the diversity of diverse species of fauna and the beautiful scenery around the mangrove ecosystem is also considered to be an added value as an attraction for tourism on those zones.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudaryanto
Abstrak :
Tekanan penduduk terhadap lingkungan, disebabkan oleh migrasi, dan pertumbuhan penduduk yang mengalami tingkat kesulitan ekonomi. Tekanan terhadap Hutan Pangkuan Desa Tugu Utara disebabkan oleh kelompok tani hutan marginal yang tinggal di lima kampung di dalam kebun teh yang kurang mendapat akses ekonomi. Reboisasi bertujuan untuk pemulihan kesehatan fungsi biofisik hutan melibatkan petani. Riset menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain riset metode campuran kuantitatif dan kualitatif. Survei dilakukan  terhadap masyarakat desa  hutan  dengan  menyebarkan kuesioner sebanyak 116 responden. Lokasi penelitian di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Hasil riset menemukan pembentukan kelompok tani tahun 2008, sebagai pekerja budidaya kopi 70 ha yang ditanam oleh pengusaha. Selanjutnya 18 orang menanam kopi sebanyak 10.050 batang periode 2013-2018 di lahan seluas 29 ha. Kepadatan tanaman 268 batang/ha menghasilkan produktivitas kopi cherry 4,2 kg/batang/tahun. Penerimaan dari kopi Rp1.000.000,00/bulan. Pada tahun 2017 sejumlah petani mengikuti pelatihan perencanaan, reboisasi, SMART Patrol, pemetaan, dokumentasi visual dan publikasi. Setelah mendapat persetujuan KULIN KK, petani melakukan reboisasi 95,5 ha dengan 43.860 batang bibit dan pengembangan wisata. Reboisasi lahan sayuran terluas di Cikoneng, dan Rawa Gede memperbaiki fungsi fisik dan ekosistem hutan. Metode ini dapat menjadi sistem pengelolaan hutan partisipatif sesuai model pendidikan partisipatif yang dikembangkan Knowles dengan beberapa modifikasi. ......Population pressure on the environment, especially forest, is caused by the human migration and population growth, also local people who are experiencing economic hardship. The pressure on the Tugu Utara Village forest is caused by marginal forest groups living in the tea gardens in five villages who are lacking economic access. Reforestation activities are implemented which aim to restore the forests biophysical function by involving farmers. The research in this paper used a mixed of quantitative and qualitative research design methods. The survey was conducted on forest village communities by distributing questionnaires to 116 respondents. The research location was in Tugu Utara village. Cisarua Subdistrict, Bogor Regency. The research has founded that there was a formation of farmer group in 2008 for 70 ha of coffee cultivation planted by entrepreneurs. In 2013-2018, 18 farmers planted 10,050 stems of coffee in an area of 29 ha with a plant density of 268 stems/ha and have produced cherry coffee with a productivity of 4.2 kg/stem/year. As the results, there is an additional familys income from coffee as much as IDR 1,000,000 per month. In 2017, a number of farmers participated in training in planning, reforestation, smart patrol, mapping, visual documentation and publications. After obtaining approval from KULIN KK, farmers conducted a reforestation of 95,5 ha with 43,860 seedlings along with developing the tourism sector. The reforestation activities have a big scale with a widest vegetable land in Cikoneng, and Rawa Gede which improve physical function and forest ecosystems. This method can be used as a participatory forest management system according to the participatory education model developed by Knowles with several modifications.
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudaryanto
Abstrak :
Tekanan penduduk terhadap lingkungan, disebabkan oleh migrasi, dan pertumbuhan penduduk yang mengalami tingkat kesulitan ekonomi. Tekanan terhadap Hutan Pangkuan Desa Tugu Utara disebabkan oleh kelompok tani hutan marginal yang tinggal di lima kampung di dalam kebun teh yang kurang mendapat akses ekonomi. Reboisasi bertujuan untuk pemulihan kesehatan fungsi biofisik hutan melibatkan petani. Riset menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain riset metode campuran kuantitatif dan kualitatif. Survei dilakukan terhadap masyarakat desa hutan dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 116 responden. Lokasi penelitian di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Hasil riset menemukan pembentukan kelompok tani tahun 2008, sebagai pekerja budidaya kopi 70 ha yang ditanam oleh pengusaha. Selanjutnya 18 orang menanam kopi sebanyak 10.050 batang periode 2013-2018 di lahan seluas 29 ha. Kepadatan tanaman 268 batang/ha menghasilkan produktivitas kopi cherry 4,2 kg/batang/tahun. Penerimaan dari kopi Rp1.000.000,00/bulan. Pada tahun 2017 sejumlah petani mengikuti pelatihan perencanaan, reboisasi, SMART Patrol, pemetaan, dokumentasi visual dan publikasi. Setelah mendapat persetujuan KULIN KK, petani melakukan reboisasi 95,5 ha dengan 43.860 batang bibit dan pengembangan wisata. Reboisasi lahan sayuran terluas di Cikoneng, dan Rawa Gede memperbaiki fungsi fisik dan ekosistem hutan. Metode ini dapat menjadi sistem pengelolaan hutan partisipatif sesuai model pendidikan partisipatif yang dikembangkan Knowles dengan beberapa modifikasi. ......Population pressure on the environment, especially forest, is caused by the human migration and population growth, also local people who are experiencing economic hardship. The pressure on the Tugu Utara Village forest is caused by marginal forest groups living in the tea gardens in five villages who are lacking economic access. Reforestation activities are implemented which aim to restore the forests biophysical function by involving farmers. The research in this paper used a mixed of quantitative and qualitative research design methods. The survey was conducted on forest village communities by distributing questionnaires to 116 respondents. The research location was in Tugu Utara village. Cisarua Subdistrict, Bogor Regency. The research has founded that there was a formation of farmer group in 2008 for 70 ha of coffee cultivation planted by entrepreneurs. In 2013-2018, 18 farmers planted 10,050 stems of coffee in an area of 29 ha with a plant density of 268 stems/ha and have produced cherry coffee with a productivity of 4.2 kg/stem/year. As the results, there is an additional familys income from coffee as much as IDR 1,000,000 per month. In 2017, a number of farmers participated in training in planning, reforestation, smart patrol, mapping, visual documentation and publications. After obtaining approval from KULIN KK, farmers conducted a reforestation of 95,5 ha with 43,860 seedlings along with developing the tourism sector. The reforestation activities have a big scale with a widest vegetable land in Cikoneng, and Rawa Gede which improve physical function and forest ecosystems. This method can be used as a participatory forest management system according to the participatory education model developed by Knowles with several modifications.
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library