Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hubertus Hosti Hayuanta
Abstrak :
Pasien sirosis hati perlu dievaluasi secara berkala untuk menentukan adanya varises esofagus (VE) dan ukurannya (besar atau kecil), karena VE besar membutuhkan penatalaksanaan yang lebih agresif. Evaluasi ini dilakukan dengan endoskopi yang tidak selalu ada, invasif, dan berbiaya tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemeriksaan yang non invasif, lebih murah, dan lebih mudah diakses untuk menentukan besarnya VE. Parameter yang diteliti adalah hitung trombosit, prothrombin time (PT), kadar albumin, dan bilirubin. Desain penelitian adalah potong lintang dengan 64 subjek, terdiri atas 24 pasien sirosis hati dengan VE besar dan 40 tanpa VE besar. Pada penelitian ini didapatkan perbedaan bermakna pada hitung trombosit, PT, dan kadar albumin antara kedua kelompok, sedangkan kadar bilirubin tidak memberikan perbedaan yang bermakna. Untuk parameter hitung trombosit didapatkan besar area under the curve untuk memprediksi VE besar sebesar 80,9%, dengan cutoff 89,5 x 103/μL didapatkan sensitivitas 79,2% dan spesifisitas 75,0%; PT 68,4%, dengan cutoff 14,05 detik didapatkan sensitivitas 70,8% dan spesifisitas 67,5%; kadar albumin 76,6%, dengan cutoff 3,275 g/dL didapatkan sensitivitas 70,8% dan spesifisitas 75,0%. Model prediksi sirosis hati dengan VE besar adalah P = 1/(1 + Exp-Logit (y)) dengan Logit (y) = 11,989 – 0,026 x hitung trombosit – 2,243 x kadar albumin – 0,184 x PT. ......Patients with liver cirrhosis require periodic evaluation to determine the presence and size of esophageal varices (EV), because the large ones demand more aggressive management. Evaluation is done using endoscopy, which is not always available, invasive, and costly. This study aims to acquire tests that are noninvasive, cheaper, and more accessible to determine the size of EV. Studied parameters were platelet count, prothrombin time (PT), albumin, and bilirubin level. The study design was cross sectional with 64 subjects, consisted of 24 liver cirrhotic patients with large VE and 40 without. This study found significant difference in platelet count, PT, and albumin level between both groups, while bilirubin level was not. The size of area under the curve for platelet count to predict large VE was 80.9%, cutoff 89.5 x 103/μL (sensitivity 79.2%, specificity 75.0%), PT 68.4%, cutoff 14.05 seconds (sensitivity 70.8%, specificity 67.5%), and albumin level 76.6%, cutoff 3.275 g/dL (sensitivity 70.8%, specificity 75.0%). Prediction model for liver cirrhosis with large VE was P = 1/(1 + Exp-Logit (y)) with Logit (y) = 11.989 – 0.026 x platelet count – 2.243 x albumin level – 0.184 x PT.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Dina Maritha
Abstrak :
Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah keganasan yang paling sering terjadi pada anak-anak. Angka kesembuhan yang besar terjadi akibat terapi kanker saat ini, namun respon toksik yang terkait dan pembentukan radikal bebas meningkatkan angka kematian akibat pengobatan daripada kematian akibat penyakitnya itu sendiri. Komplikasi kemoterapi meningkatkan rasa ingin tahu dokter untuk mempelajari penggunaan antioksidan sebagai pengobatan tambahan pada kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peran N-asetilsistein ​​(NAS) sebagai terapi antioksidan pada anak-anak dengan LLA SR (standard risk) selama fase induksi kemoterapi, dan kemungkinan peran mereka dalam pencegahan dan pengendalian komplikasi hati terkait dengan penggunaan agen kemoterapi. Sebuah uji klinis acak tersamar tunggal NAS dibandingkan dengan plasebo yang dilakukan pada pasien anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Hematologi dan Onkologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada 11 pasien anak-anak usia mereka berkisar antara 2 dan 10 tahun dengan LLA SR yang menjalani kemoterapi fase induksi dan memenuhi kriteria inklusi. Pasien secara acak dialokasikan ke dalam dua kelompok, NAS atau kelompok plasebo. Mereka dievaluasi secara klinis untuk terjadinya komplikasi dan sampel darah dikumpulkan sebagai parameter laboratorium (plasma malondialdehid (MDA), enzim transaminase, dan bilirubin). Sebanyak 11 subjek dilakukan analisis yang terdiri dari 6 pada kelompok n-asetilsistein dan 5 pada kelompok plasebo. Karakteristik subjek didominasi oleh anak laki-laki dengan status gizi kurang. Kadar rerata MDA cenderung mengalami penurunan, sebanyak tiga subjek dari enam subjek pada kelompok perlakuan dan tiga subjek dari lima subjek pada kelompok plasebo. Insidens peningkatan kadar enzim transaminase sebesar 25%. Tidak terjadi kejadian kolestasis pada subjek penelitian. Pengobatan NAS ​​berdasarkan dosis antioksidan cenderung menurunkan kadar MDA, dan mencegah peningkatan enzim transaminase, dan bilirubin. ......Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most commonly malignancy in children. Cancer therapies have experienced great success nowadays, yet the associated toxic response and free radicals formation have resulted in significant number of treatment-induced deaths rather than disease-induced fatalities. Complications of chemotherapy increases physicians curiosity to study antioxidant use as adjunctive treatment in cancer. This study aims to evaluate the role of N-acetylcysteine (NAC) as antioxidant therapy in children with ALL during the induction phases of chemotherapy, and their possible role in prevention and control of hepatic complications associated with the use of chemotherapic agents. A randomized single-blind clinical trial of NAC in comparison with placebo conducted in hematology and oncology pediatric patient of Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. The study was performed in 11 pediatric patients with ALL with their ages ranging between 2 and 10 years, undergoing induction phase chemotherapy that fulfilled the inclusion criteria consecutively. Patient were randomly allocated into of two groups, NAC or placebo group. They were evaluated clinically for the occurance of complications and blood samples were collected as the laboratory parameters (plasma malondyaldehide (MDA), transaminase enzyme, and bilirubin). A total 11 participants were included in analysis consisted of 6 in n-acetylcysteine group and 5 in placebo group. Characteristics of subject were predominated by boys and moderate malnourished. Mean MDA levels tended to decrease, as many as three subjects from six subjects in the NAC group and three subjects from five subjects in the placebo group. Incidence of increased levels of the transaminase enzyme by 25%. There was no cholestasis events in the study subjects. NAS treatment based on antioxidant doses tends to reduce MDA levels, and prevent the increase in the transaminase enzyme and bilirubin.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T57623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parulian, Tina Shinta
Abstrak :
Hiperbilirubinelnia merupakan fenomena klinis yang sering ditemukan pada bayi baru lahir. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi pengaruh perubahan posisi tidur selama fototerapi terhadap rata-rata kadar bilirubin total. Desain penelitian adalah quasi experimental pre-post test with control group. Sampel yang digunakan yaitu bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia, terdiri atas 20 bayi kelompok intervensi dan 20 bayi kelompok kontrol. Analisis perbedaan kadar bilirubin total menggunakan independent t test. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada kadar bilirubin total kelompok kontrol dan kelompok intervensi, namun penurunan kadar biliiubin pada kelompok intervensi lebih cepat dari pada kelompok kontrol. Penelitian ini merekomendasikan perubahan posisi tidur dapat mempercepat penurunan kadar bilirubin total.
Abstract
Hyperbilirubinemia is a clinical phenomenon that mostly appears to the newborn baby. The purpose of the research is to identify the effect of changing sleeping position during the phototherapy on the rate of total concentrate of bilirubin. The research design was quasi experimental pre-post test with control group. The sampel, was new born babies with hyperbilirubinemia; which were classified into 20 babies in intervention group and 20 babies in controlled group. The analysis of different total bilirubin rate used independent t test showed that there was no any significant differences on the total of bilirubin rate in controlled group and intervention group. However, the total bilirubin rate reduction on the intervention group was faster than control group. This research reccomended that sleeping position changes can decrease the total bilirubin rate fastly.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31024
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Timotius Alvonico
Abstrak :
Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronik yang ditandai dengan fibrosis dan perubahan arsitektur hati normal menjadi struktur nodular yang abnormal. Sirosis hati menyebabkan gangguan fungsi hati, mengakibatkan perubahan penanda fungsi hati. Skor APRI telah digunakan sebagai salah satu pilihan metode non-invasif untuk mendiagnosis dan mengklasifikasikan progresi sirosis hati. Tujuan: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui profil beberapa penanda fungsi hati, yaitu ALP, bilirubin, dan GGT, dan apakah terdapat perbedaan bermakna kadar penanda fungsi hati tersebut pada berbagai tahapan sirosis hati berdasarkan skor APRI. Metode: Penelitian menggunakan desain cross-sectional pada 60 data pemeriksaan laboratorium pasien 36 laki-laki dan 24 perempuan yang dibagi ke dalam tiga tahapan berdasarkan skor APRI, yaitu tahapan skor APRI kurang dari 0,5, 0,5 sampai 2,0, dan lebih dari 2,0. Data pemeriksaan laboratorium didapatkan dari rekam medis Laboratorium Patologi Klinik RSCM. Hasil: Profil ALP, bilirubin, dan GGT dianalisis dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov ALP tidak normal, median 124 U/L; bilirubin tidak normal, median 1,865 mg/dL; GGT tidak normal, median 82,5 U/L dan dengan uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui perbandingan profil ALP pada ketiga tahapan sirosis hati berdasarkan skor APRI p>0,05 dan bilirubin dan GGT pada ketiga tahapan sirosis hati berdasarkan skor APRI p 2,0 serta kelompok skor < 0,5 dan kelompok skor APRI > 2,0 p < 0,05. Uji post hoc profil GGT menunjukkan perbedaan bermakna hanya terdapat pada perbandingan antara kelompok skor < 0,5 dan kelompok skor APRI 0,5 ndash; 2,0 p < 0,05. Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan profil bilirubin dan GGT yang signifikan pada berbagai tahapan sirosis hati berdasarkan skor APRI, sementara profil ALP pada berbagai tahapan sirosis hati berdasarkan skor APRI tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hubertus Hosti Hayuanta
Abstrak :
Pasien sirosis hati perlu dievaluasi secara berkala untuk menentukan adanya varises esofagus (VE) dan ukurannya (besar atau kecil), karena VE besar membutuhkan penatalaksanaan yang lebih agresif. Evaluasi ini dilakukan dengan endoskopi yang tidak selalu ada, invasif, dan berbiaya tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemeriksaan yang non invasif, lebih murah, dan lebih mudah diakses untuk menentukan besarnya VE. Parameter yang diteliti adalah hitung trombosit, prothrombin time (PT), kadar albumin, dan bilirubin. Desain penelitian adalah potong lintang dengan 64 subjek, terdiri atas 24 pasien sirosis hati dengan VE besar dan 40 tanpa VE besar. Pada penelitian ini didapatkan perbedaan bermakna pada hitung trombosit, PT, dan kadar albumin antara kedua kelompok, sedangkan kadar bilirubin tidak memberikan perbedaan yang bermakna. Untuk parameter hitung trombosit didapatkan besar area under the curve untuk memprediksi VE besar sebesar 80,9%, dengan cutoff 89,5 x 103/μL didapatkan sensitivitas 79,2% dan spesifisitas 75,0%; PT 68,4%, dengan cutoff 14,05 detik didapatkan sensitivitas 70,8% dan spesifisitas 67,5%; kadar albumin 76,6%, dengan cutoff 3,275 g/dL didapatkan sensitivitas 70,8% dan spesifisitas 75,0%. Model prediksi sirosis hati dengan VE besar adalah P = 1/(1 + Exp-Logit (y)) dengan Logit (y) = 11,989 ? 0,026 x hitung trombosit ? 2,243 x kadar albumin - 0,184 x PT. ......Patients with liver cirrhosis require periodic evaluation to determine the presence and size of esophageal varices (EV), because the large ones demand more aggressive management. Evaluation is done using endoscopy, which is not always available, invasive, and costly. This study aims to acquire tests that are noninvasive, cheaper, and more accessible to determine the size of EV. Studied parameters were platelet count, prothrombin time (PT), albumin, and bilirubin level. The study design was cross sectional with 64 subjects, consisted of 24 liver cirrhotic patients with large VE and 40 without. This study found significant difference in platelet count, PT, and albumin level between both groups, while bilirubin level was not. The size of area under the curve for platelet count to predict large VE was 80.9%, cutoff 89.5 x 103/μL (sensitivity 79.2%, specificity 75.0%), PT 68.4%, cutoff 14.05 seconds (sensitivity 70.8%, specificity 67.5%), and albumin level 76.6%, cutoff 3.275 g/dL (sensitivity 70.8%, specificity 75.0%). Prediction model for liver cirrhosis with large VE was P = 1/(1 + Exp-Logit (y)) with Logit (y) = 11.989 ? 0.026 x platelet count ? 2.243 x albumin level - 0.184 x PT.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Findra Mellya Normasiwi
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui bahwa ekstrak etanol rimpang temu mangga Curcuma mangga Val. berpengaruh terhadap kadar bilirubin total dan bilirubin direct akibat kerusakan hati yang diinduksi oleh karbon tetraklorida CCl4 . Hewan uji yang digunakan dalam penelitian yaitu 24 ekor tikus Rattus norvegicus L. jantan galur Sprague-Dawley yang dibagi menjadi enam perlakuan KK1, KK2, KP1, KP2, KP3, dan KP4 dengan empat kali ulangan. Kelompok KK1 merupakan kelompok kontrol normal yang tidak diinjeksikan CCl4 dan dicekok CMC 0.5 , KK2 merupakan kelompok kontrol perlakuan yang diinjeksikan CCl4 sebanyak 1 ml/kgBB secara intraperitoneal dan dicekok CMC 0,5 . Kelompok KP1, KP2, KP3, dan KP4 merupakan kelompok perlakuan yang diinjeksikan CCl4 1 ml/kgBB dan diberikan ekstrak temu mangga dengan dosis berturut-turut 10 mg/kgBB, 20 mg/kgBB, 40 mg/kgBB, dan 80 mg/kgBB. Hasil uji non parametrik Kruskal-Wallis ? = 0,05 menunjukkan bahwa dosis 10 mg/kgBB, 20 mg/kgBB, 40 mg/kgBB, dan 80 mg/kgBB berpengaruh terhadap kadar bilirubin total dan bilirubin direct. Hasil uji perbandingan berganda Dunnett T3 ? = 0,05 menunjukkan bahwa dosis-dosis tersebut tidak berbeda bermakna dengan KK1. Dengan demikian dosis-dosis tersebut memiliki efek kuratif karena dapat menurunkan kadar bilirubin total dan direct sampai mendekati kadar normal. ...... This study was conducted in order to observe that the ethanol extract of mango ginger rhizome Curcuma mangga Val. affect the level of total bilirubin and direct bilirubin due to liver damage induced by tetrachloride carbon CCl4 . The test animals in the study were 24 male rats Rattus norvegicus L. of Sprague Dawley strain that was divided into six treatment KK1, KK2, KP1, KP2, KP3 and KP4 and repeated four times. The KK1 group is a normal control group that was not injected with CCl4 and 0.5 CMC fed, KK2 group is a treatment group that was intraperitoneally injected with CCl4 treatment in the amount of 1 ml kgBW and 0.5 CMC fed. KP1, KP2, KP3 and KP4 are treatment groups that got injected with CCl4 1 ml kgBB and were given mango ginger rhizome ethanol extract each with a dose of 10 mg kgBW, 20 mg kgBW, 40 mg kgBW, and 80 mg kgBW respectively by oral. The results of Kruskal Wallis non parametric test 0,05 shows that the dose of 10 mg kgBW, 20 mg kgBW, 40 mg kgBW, and 80 mg kgBW impacted on total bilirubin and direct bilirubin levels. Dunnet rsquo s T3 0,05 multiple comparison test result shows that the dosages had no significant differences with KK1 group. In conclusions, the dosages could be deemed as have curative effects since they successfully reduce the level of total bilirubin and direct bilirubin until it approached normal level.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68302
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fachri Wijaya
Abstrak :

Doksorubisin merupakan obat kemoterapi yang efektif. Namun, dalam kerjanya, doksorubisin menghasilkan reactive oxygen species (ROS) yang bersifat hepatotoksik. Moringa oleifera merupakan tumbuhan yang memiliki potensi hepatoproteksi dengan kandungan senyawa fenolik dan flavonoidnya yang merupakan antioksidan dan antiinflamasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek hepatoproteksi ekstrak daun Moringa oleifera (MO) melalui kadar GGT, bilirubin, dan albumin serum. Ketiga parameter ini merupakan biomarker diagnostik dan keparahan kerusakan hati yang dapat dideteksi pada plasma darah. Penelitian ini menggunakan sampel plasma darah tikus tersimpan. Sebanyak 24 ekor tikus Sprague-Dawley jantan dirandomisasi ke dalam 4 kelompok. Kelompok pertama adalah kontrol (Normal) yang diinjeksi NaCl. Ketiga kelompok lainnya diberikan injeksi doksorubisin 4 mg/kgBB/minggu (Dox) atau doksorubisin 4 mg/kgBB/minggu dan MO-200 mg/kgBB/hari (Dox + MO 200) atau doksorubisin 4 mg/kgBB/minggu dan MO-400 mg/kgBB/hari (Dox + MO 400), selama 4 minggu. Pada akhir minggu keempat, tikus dimatikan, lalu darah diambil, disentrifugasi, dan plasma disimpan. Plasma darah tikus tersebut digunakan di penelitian ini untuk dilakukan analisis kadar GGT, bilirubin, dan albumin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok Dox mengalami kerusakan hati yang ditunjukkan oleh peningkatan kadar bilirubin serum secara signifikan. Kadar GGT serum meningkat dan kadar albumin menurun namun tidak signifikan. Kelompok Dox + MO 200 menunjukkan penurunan kadar bilirubin secara bermakna, dan Dox + MO 400 menunjukkan penurunan kadar GGT secara bermakna, sedangkan kadar albumin tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada keempat kelompok. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak Moringa oleifera dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB menunjukkan potensi dalam melindungi hati dari toksisitas doksorubisin. ......Doxorubicin is an effective chemotherapy drug but can lead to hepatotoxicity due to the generation of ROS. Moringa oleifera, rich in flavonoid and phenolic compounds with antioxidant and anti-inflammatory properties, is a potential hepatoprotective agent. This study aimed to assess the hepatoprotective effects of Moringa oleifera leaf extract (MO) on doxorubicin through GGT, bilirubin, and albumin levels, which serve as diagnostic biomarkers for liver damage. This study utilized stored rat plasma samples. Twenty-four male Sprague-Dawley rats were randomly assigned to four groups. The first group (normal control) received NaCl injections. The other three groups were administered doxorubicin at 4 mg/kgBW/week (Dox) or doxorubicin at 4 mg/kgBW/week along with MO at 200 mg/kgBW/day (Dox+MO-200) or doxorubicin at 4 mg/kgBW/week along with MO at 400 mg/kgBW/day (Dox+MO-400) for four weeks. At the end of the fourth week, the rats were euthanized, blood was collected, centrifuged, and plasma was stored. The rat plasma samples were used for analyzing GGT, bilirubin, and albumin levels in this study. The results showed that the Dox group exhibited liver damage as indicated by a significant increase in serum bilirubin levels. Serum GGT levels increased, and albumin levels decreased, although not significantly. The Dox+MO-200 group showed a significant decrease in bilirubin levels, and the Dox+MO-400 group showed a significant decrease in GGT levels. No significant differences were observed in albumin levels among groups. From these results, it can be concluded that MO at doses of 200 mg/kgBW and 400 mg/kgBW demonstrated potential in mitigating doxorubicin-induced liver damage.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronny Suwento
Abstrak :
ABSTRAK
Fragmen bilirubin yang tidak terkonjugasi dan tidak terikat albumin (bilirubin bebas) pada neonatus dapat menembus sawar darah otak sehingga terjadi kerusakan otak berupa ensefalopati bilirubin akut. Salah satu gejala ensefalopati bilirubin akut adalah tuli sensorineural. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bilirubin bebas mempunyai neurotoksisitas lebih besar dibandingkan dengan bilirubin total, namun pemeriksaan bilirubin bebas lebih sulit, rumit, mahal dan belum tersedia di klinik; sehingga perlu dicari pemeriksaan lain yang lebih praktis dan aplikatif. Salah satu pilihan untuk menentukan neurotoksisitas bilirubin adalah pengukuran rasio bilirubin total terhadap albumin (BT/A). Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang berulang, bersifat observasional, longitudinal, dan prospektif berupa uji diagnostik untuk mengetahui proporsi tuli sensorineural yang diprediksi berdasarkan nilai rasio BT/A tertentu pada neonatus BBLR dengan hiperbilirubinemia. Penelitian ini dilakukan dalam periode bulan Agustus 2015 sampai dengan Maret 2016, dengan dua tahap pemeriksaan OAE dan BERA. Pemeriksaan pertama sebagai skrining pendengaran dilakukan saat subjek berumur ≥ 7β jam?1 minggu dan pemeriksaan kedua/diagnostik pada usia 3?6 bulan. Dari 131 subjek yang dilakukan skrining pendengaran dengan OAE dan BERA, terdapat 70 subjek dengan hasil refer dan 61 dengan hasil pass. Lima puluh satu subjek datang pada pemeriksaan kedua/diagnostik (response rate 38,9%). Hasil pemeriksaan diagnostik adalah 9 subjek tuli sensorineural (6,87%) yang terdiri dari 5 subjek tuli sensorineural bilateral, 2 subjek tuli sensorineural unilateral dan 2 subjek neuropati auditorik. Rasio BT/A berperan terhadap terjadinya tuli sensorineural dengan OR 16, p = 0,003, sensitivitas 89% dan spesifisitas 67%. Pada penelitian ini juga didapatkan angka rujukan bilirubin total dan rasio BT/A yang dapat menyebabkan tuli sensorineural pada neonatus BBLR hiperbilirubinemia yaitu 12,21 mg/dL dan 0,46. Rasio BT/A dapat digunakan sebagai prediktor tuli sensorineural pada neonatus BBLR dengan hiperbilirubinemia.
ABSTRACT
In neonates, unconjugated unbound bilirubin (free bilirubin) can penetrate the blood brain barrier, causing brain damage in the form of acute bilirubin encephalopathy as one of the symptoms is sensorineural hearing loss. Previous research has demonstrated that free bilirubin neurotoxicity was more sensitive than total bilirubin, but the free bilirubin test is more difficult, complicated, expensive and not available in the clinic; thus it is necessary to find other tests which is more practical and applicable. One of the option to determine the bilirubin neurotoxicity is a measurement of the ratio of total bilirubin to albumin (BT/A). This is a repeated cross sectional study done in observational, longitudinal and prospective diagnostic tests to determine the proportion of sensorineural hearing loss predicted based on the value BT/A ratio in low birth weight (LBW) neonates with hyperbilirubinemia. The study was conducted from August 2015 until March 2016, with two-stage examination of the OAE and BERA, i.e. ≥ 7β hours?1 week and age of 3?6 months respectively. One hundred and thirty one subjects underwent hearing screening, and it revealed that 70 subjects diagnosed as refer and the rest (61 subjects) was pass. During the second examination/diagnostics with response rate at 38.9%, 9 from 51 subjects were diagnosed as sensorineural hearing loss (6.87%), i.e. five subjects with bilateral sensorineural hearing loss, two subjects with unilateral sensorineural hearing loss and two subjects with auditory neuropathy. The BT/A ratio contributes to the occurrence of sensorineural hearing loss with OR 16, p = 0.003, sensitivity 89% and specificity 67%. It also revealed in this study that the reference figure of bilirubin total and BT/A ratio were 12.21 mg/dL and 0.46 respectively. Those reference value can be used to predict sensorineural hearing loss in LBW neonatal with hyperbilirubinemia. Ratio of BT/A can be used as a predictor of sensorineural hearing loss in LBW neonates with hyperbilirubinemia.
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library