Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suki Handayani
"Penggunaan antioksidan alami mulai ber1
terdapat dalam ekstrak biji petai (Parkia speciosa) menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH (1,1-difeniI-2-pikrilhidrazil) dan metode
tiosianat serta meneari fraksi aktif dari ekstrak biji petai yang memiliki aktivitas antioksidan. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan tiosianat secara spektrofotometri menunjukkan bahwa ekstrak biji petai yang diuji memiliki aktivitas antioksidan dan ekstrak metanol memiliki aktivitas
antioksidan tertinggi dengan nilai ICso sebesar 80,558 ~g/ml, sedangkan ekstrak air, kloroform dan washbenzene masing-masing dengan nilai ICso 102,007, 152,917 dan 180,77 ~g/ml. Sebagai pembanding, vitamin C dan BHT memiliki ICso sebesar 4,307 ~g/ml dan 4, 77 ~g/ml. Penentuan pola
kromatografi dilakukan dengan menggunakan larutan pengembang kloroform-metanol (9:1) untuk ekstrak metanol dan ekstrak air, larutan pengembang n-heksana-metanol (9: 1) untuk ekstrak kloroform dan ekstrak washbenzene. Pada masing-masing hasil elusi ekstrak disemprot dengan menggunakan DPPH 0.2 % dalam metanol. Pada keempat ekstrak terlihat
bereak kuning pueat berlatar belakang ungu. Ekstrak metanol memiliki jumlah bereak yang terbanyak dalam meredam aktivitas radikal. Hasil penelitian
menunjukkan ekstrak biji petai memiliki aktivitas antioksidan dan fraksi yang bertanggung jawab adalah polifenol, flavonoid dan sulfidril."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Syafrina
"ABSTRAK
Sintesis nanopartikel Au menggunakan HAuCl4 dengan ekstrak biji petai (Parkia speciossa Hassk) yang berperan sebagai agen penstabil dan agen pereduksi telah berhasil dilakukan. Ekstrak biji petai digunakan dalam fraksi air dengan konsentrasi 0,03; 0,04; 0,05; 0,06; 0,07% dan dibawah lampu natrium. Spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk melihat kestabilan nanopartikel Au dan nilai absorbansi.Untuk mengidentifikasi ukuran partikel nanopartikel Au digunakan Particle Size Analyzer (PSA) dan muatan nanopartikel Au diidentifikasi dengan potesial zeta.Bentuk kristal nanopartikel Au hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD). Fouried Transform Infra Red (FTIR) digunakan untuk melihat gugusfungsi EBP yang menunjukan adanya senyawa aromatik yaitu satu jenis dari golongansenyawa flavonoid dan terpenoid yang berperan sebagai senyawa pereduksi untukmereduksi Au3+ menjadi Au0. Transmission Electron Microscopy (TEM) digunakan untuk mengidentifikasi ukuran rata-rata nanopartikel Au sebesar ± 60nm dengan bentuk bulat. Nanopartikel Au pada kondisi optimum 0,04% digunakan untuk diimobilisasi pada kitosan dan selanjutnya diamati interaksinya dengan doxorubicin pada kondisi pH yang berbeda.

ABSTRAK
Gold nanoparticles synthesis using HAuCl4 with bitter bean extract (Parkia speciossa Hassk) as a stabilizer agent and reducing agent. Synthesis was used in aqueous extract of bitter bean (EBP) with varied concentration 0,03; 0,04; 0,05; 0,06; 0,07% and under sodium radiation. UV-Vis spectrophotometer was used to see the stabilization of gold nanoparticle and its absorbance. For identification size particle of gold nanoparticle using Particle Size Analyzer(PSA) and gold nanoparticle charge was identification by zeta potential. The crystallization of gold nanoparticle was characterized by X-Ray Diffraction (XRD). Fouried Transform Infra Red (FTIR) was used to identification functional groups of EBP which shows aromatic compound that it?s kind of flavonoid and terpenoid compounds that act as reducing Au3+ ions into Au0. Transmission Electron Microscopy (TEM) was used to identification average of size gold nanoparticle is ± 60nm in sphere shapes. Gold nanoparticle in optimum condition of 0,04% used to be immobilized on chitosan and interactions observed with doxorubicin at different pH conditions."
2016
S65063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wardatun
"Siklofosfamid merupakan obat kemoterapi yang secara luas digunakan dalam penanganan berbagai jenis kanker. Sistitis hemoragik pada kandung kemih merupakan salah satu efek samping yang sering muncul dari penggunaan siklofosfamid. Akrolein sebagai metabolit siklofosfamid teridentifikasi sebagai penyebab sistitis hemoragik. Akrolein dalam tubuh akan mengalami metabolisme melalui konjugasi dengan glutation menghasilkan asam 3-hidroksipropil merkapturat (3-HPMA) yang dieksresikan melalui urin. Senyawa sulfidril diantaranya Mesna dan N-asetilsistein digunakan untuk mencegah teijadinya sistitis hemoragik. Biji petal cina mengandung senyawa sulfidril dan berpotensi digunakan sebagai altematif untuk mencegah teijadinya sistitis hemoragik melalui induksi produksi dan metabolisme glutation. Penelitian ini bertujuan untuk menilai potensi ekstrak biji petal cina dalam mencegah teijadinya sistitis hemoragik pada tikus terinduksi siklofosfamid dengan menganalisis senyawa 3-HPMA dfilfltn urin dan 4-hidroksisiklofosfamid dalam plasma pada tikus. Optimasi ekstraksi biji petal cina dilakukan terhadap perendaman dengan akuades dan maserasi menggunakan pelarut etanol 30, 50, 70 dan 96%. Ekstrak basil optimasi distandarisasi lalu digunakan untuk uji secara in vivo. Sebanyak 30 ekor tikus yang terbagi dalam 3 kelompok digunakan dalam uji ini. Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol negatif yang diberikan akuades selama satu minggu. Kelompok kedua diberikan akuades selama satu minggu dan pada hari ketujuh diberikan injeksi siklofosfamid secara intraperitoneal dengan dosis 50 mg/kg. Kelompok ketiga diberikan ekstrak biji petal cina melalui per oral sekali sehari dengan dosis 300 mg/kg selama satu minggu, lalu pada hari ketujuh satu jam setelah pemberian ekstrak terakhir diinjeksi siklofosfamid dengan dosis 50 mg/kg. Darah diambil dari vena ekor tikus pada menit ke 30 dan ke 60 setelah pemberian injeksi siklofosfamid sedangkan urin dikumpulkan selama 24 jam. Analisis 3-HPMA dan 4-hidroksisiklofosfamid dilakukan dengan kromatografi cair kineija ultra tinggi tandem spektrometri massa (KCKUT-SM/SM). Analisis 3-HPMA menggunakan internal standar 3-HPMA-D3 (asam 3-hidroksipropil merkapturat-Deuterium), dengan fase gerak = 0,1% asam format dalam air:0,l% asam format dalam asetonitril = 90:10j kolom KCKUT BEH Cig (2,1 x 100mm, l,7p.m), laju alir 0,2 mL/menit; waktu analisis 7 menit; deteksi MS pada m/z 221,968>90,993 untuk 3-HPMA dan 225,032>17 untuk 3-HPMA-D3. Analisis 4-hidroksisiklofosfamid menggunakan internal standar heksametilfosforamid dengan fase gerak = 0,1% asam format dalam ainmetanol =50;50; kolom KCKUT BEH Ci8 (2,1 x 100mm, l,7}im), laju alir 0,3 mL/menit; waktu analisis 7 menit; deteksi MS pada m/z 333,65>221,01 untuk 4- hidroksisiklofosfamid dan 180,07>134,9 untuk heksametilfosforamid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etanol 70% merupakan pelarut yang menghasilkan ekstrak dengan kadar sulfidril tertinggi dan kadar mimosin terendah pada biji petal cina yang telah direndam selama 24 jam. Ekstrak etanol 70% biji petal cina memenuhi standar mutu ekstrak obat tradisional. Metode analisis 3-HPMA dalam urin dan 4- hidroksisiklofosfamid dalam plasma menggunakan KCKUT SM/SM telah tervalidasi sesuai acuan FDA, 2018 dan EMA, 2011 dan dapat diterapkan dalam analisis in vivo. Pemberian ekstrak etanol 70% biji petal cina dapat meningkatkan kadar 3-HPMA dalam urin dan tidak mempengaruhi kadar metabolit aktif 4-hidroksisiklofosfamid dalam plasma. Pemberian ekstrak biji petal cina memberikan pengaruh positif pada hasil uji histopatologi kandung kemih dan pada profil hematologi tikus. Ekstrak biji petal cina berpotensi untuk digunakan sebagai altematif dalam mencegah teijadinya sistitis hemoragik pada penggunaan siklofosfamid.

Cyclophosphamide is a chemotherapy drug that is widely used in the treatment of various types of cancer. Hemorrhagic cystitis in bladder is one of side effects that often arise from using of cyclophosphamide. Acrolein as metabolite of cyclophosphamide was identified causing hemorrhagic cystitis. Acrolein in the body undergoes metabolism through conjugation with glutathione to produce 3-hydroxypropyl mercapturic acid (3- HPMA), which is excreted in urine. Sulfhydryl compounds including Mesna and Nacetylcysteine are used to prevent hemorrhagic cystitis. Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit seeds contain sulfhydryl compounds and have the potential to be used as an alternative to avoid the occurrence of hemorrhagic cystitis through production and metabolism of glutathione. This study aims to evaluate potential of Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit seeds extract on cyclophosphamide-induced hemorrhagic cystitis rats through analyze 3-HPMA in urine and 4-hydroxycyclophosphamide in plasma. The seed extraction was optimized with distilled water soaking treatments and maceration using 30, 50, 70 and 96% ethanol solvent. The optimized extract was standardized and then used for in vivo test. Thirty rats which is divided in 3 groups were used in this study. The first group, a negative control group, was given distilled water for one week. The second group was given distilled water for one week, and on the seventh day, they were given an intraperitoneal injection of cyclophosphamide at a dose of 50 mg/kg. The third group was given seed extract orally once a day at a dose of 300 mg/kg for one week, and then on the seventh day, one hour after administration of the last extract, they were injected with cyclophosphamide at a dose of 50 mg/kg. Blood was taken from rat vein tail 30 and 60 min after administration of the cyclophosphamide injection. Rat urine was collected for 24 h. Analysis of 3-HPMA and 4- hydroxycyclophosphamide was carried out by LCMS/MS. 3-HPMA analysis was conducted using the internal standard 3-hydroxypropyl mercapturic acid-Deuterium (3- HPMA-D3) with the mobile phase = 0.1% formic acid in water: 0.1% formic acid in acetonitrile = 90:10; column UPLC BEH Cis (2.1 x 100mm, 1.7pm); flow rate 0.2 mL/min; analysis time 7 minutes; and MS detection at m/z 221.968> 90.993 for 3- HPMA and 225.032>17 for 3-HPMA-D3. Analysis of 4-hydroxycyclophosphamide was conducted using internal standard hexamethylphosphoramide with a mobile phase = 0.1% formic acid in water: methanol = 50:50; column UPLC BEH Ci8 (2.1 x 100mm, 1.7pm); flow rate 0.3 mL/min; analysis time 7 minutes; and MS detection at m/z was 333.65>221.01 for 4-hydroxycyclophosphamide and 180.07>134.9 for hexamethylphosphoramide. The results show that 70% ethanol produced extracts with the highest sulfhydryl content and the lowest mimosine content in soaked Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit seeds. The 70% ethanol extract of seeds was made of qualified traditional medicinal extracts. The analysis method of 3-HPMA in unne and 4- hydroxycyclophosphamide in plasma using LCMS/MS has been validated according to 2018 FDA guidelines and 2011 EMA guidelines and can be applied to in vivo analysis. Administration of 70% ethanol extract of Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit seeds can increase the level of 3-HPMA in urine and does not affect the level of the active metabolite 4-hydroxycyclophosphamide in plasma. Administration of Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit seeds extract had a positive effect on the results of bladder histopathology and hematological profiles. The Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit seed extract has the potential to be used as an alternative to avoid the occurrence of hemorrhagic cystitis in the use of cyclophosphamide.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2022
D2798
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library