Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Muhtar Arkan Nauf
Abstrak :
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. Malaria disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina yang sedang menyelesaikan tahap regenerasi. Malaria adalah masalah kesehatan global serius yang sangat merusak bagi negara berkembang. Sebagian besar program pengendalian malaria menggunakan insektisida untuk mengendalikan populasi nyamuk. Penggunaan berskala besar dari insektisida ini memberikan tekanan seleksi besar-besaran pada nyamuk yang membuat nyamuk menghasilkan keturunan yang tahan insektisida. Dengan demikian, mengembangkan strategi alternatif sangat penting untuk pengendalian malaria berkelanjutan. Malaria tidak dapat menyebar tanpa nyamuk, oleh karena itu mengendalikan populasi vektor, gigitan nyamuk, atau mengganggu kemampuan nyamuk untuk menampung parasit Plasmodium dapat membatasi penyebaran nyamuk. Oleh karena itu metode paratransgenesis dilakukan. Paratransgenesis adalah metode untuk mengganggu kemampuan vektor menampung parasit Plasmodium falciparum. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kegunaan paratransgenesis untuk mengendalikan malaria dengan menggunakan model matematika. Dari model matematika tersebut akan dikaji titik ekuilibrium dan kestabilannya, nilai ambang batas (R0) dan diberikan simulasi numerik untuk model tersebut. ......Malaria is a disease caused by the Plasmodium parasite. Malaria is spread by female Anopheles mosquitoes which are completing the regeneration stage. Malaria is a serious global health problem that is very damaging to developing countries. Most malaria control programs use insecticides to control mosquito populations. The large-scale use of these insecticides puts a huge selection pressure on mosquitoes which makes mosquitoes produce insecticide-resistant offspring. As such, developing alternative strategies is very important for sustainable malaria control. Malaria cannot spread without mosquitoes, therefore controlling the vector population, mosquito bites, or interfering with the ability of mosquitoes to accommodate the Plasmodium parasite can limit the spread of mosquitoes. Therefore the paratransgenesis method is carried out. Paratransgenesis is a method for disrupting the vector’s ability to accommodate the Plasmodium falciparum parasite. This research was conducted to evaluate the use of paratransgenesis to control malaria by using mathematical models. From the mathematical model, the equilibrium point and its stability, threshold value (R0) will be examined and numerical simulations are given for the model.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husnul Khatimah
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian mengenai aktivitas harian induk betina simakobu dalam masa laktasi di hutan Peleonan, Siberut Utara, Kepulauan Mentawai. Penelitian bertujuan untuk mengamati pola aktivitas harian induk betina simakobu dalam masa laktasi di alam. Penelitian pada induk betina simakobu dan bayi yang diasuhnya, dilakukan selama bulan September 2009-- Januari 2010 menggunakan metode focal animal sampling yang dimodifikasi dan ad libitum sampling. Aktivitas yang diamati dibagi menjadi dua golongan, yaitu aktivitas harian non pengasuhan dan aktivitas pengasuhan. Aktivitas harian non pengasuhan yang diamati adalah istirahat, makan, mencari makan, bergerak, dan kontak sosial. Aktivitas pengasuhan yang diamati adalah menggendong, menyusui, menelisik, serta kontak tubuh. Jarak merupakan salah satu bentuk pengasuhan lain yang diamati. Tabulasi data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram serta dianalisis secara deskriptif. Persentase aktivitas harian non pengasuhan induk betina simakobu dalam masa laktasi menunjukkan bahwa aktivitas istirahat (71,83%) merupakan aktivitas tertinggi, diikuti dengan aktivitas makan (18,16 %), bergerak (8,64 %), mencari makan (1,07%), serta kontak sosial (0,31%). Persentase aktivitas pengasuhan induk betina simakobu dalam masa laktasi menunjukkan bahwa aktivitas menggendong (54,03 %) merupakan aktivitas tertinggi, diikuti dengan menyusui (15,99 %), menelisik (2,41 %), dan kontak tubuh (1,78 %). Persentase jarak antara induk betina dan bayi yang diasuhnya yaitu 25,91%. Jarak antara induk betina dan bayi yang paling sering terjadi adalah <1 m.
Daily activity of female simakobu Simias concolor siberu in lactation period at Peleonan forest, North Siberut, Mentawai islands, has been studied. The objective of this study is to observe the daily activity of female simakobu in lactation period in the wild. This study on female simakobu and her infants was conducted from September 2009 to January 2010 using modified focal animal sampling and ad libitum sampling method. The daily activities in this study are divided into non-caring and caring activities. Non-caring activities consists of resting, feeding, foraging, moving, and socializing. Caring activities consists of carrying, nipple contact, grooming, and body contact. Distance is another caring activity that was observed. Data were presented in tables, diagrams, and descriptive analysis. Percentage of non-caring activities showed that resting (71,83%) was the highest activity, followed by feeding (18,16 %), moving (8,64 %), foraging (1,07%), and socializing (0,31%). Percentage of caring activities showed that carrying (54,03 %) was the highest activity, followed nipple contact (15,99 %), grooming (2,41 %), and body contact (1,78 %). Percentage of distance between female simakobu and her infant was 25,91%. The highest distance between female simakobu and her infant was <1 metres.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31634
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tatang Mitra Setia
Abstrak :
Komunikasi suara memainkan peran penting dalam sistem sosial primata. Dalam kehidupan sosial, orangutan berkomunikasi jarak jauh dengan individu lain melalui seruan panjang (long call). Kemampuan mengeluarkan seruan panjang yang dapat terdengar jauh ini terbatas hanya pada orangutan jantan berpipi. Studi jangka panjang telah dilakukan sejak tahun 1988 di Stasiun Penelitian Ketambe, Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh Tenggara mengenai seruan panjang ini. Tujuan dari penelitian ini adalah: Pertama, mengidentifikasi interaksi antara orangutan jantan berpipi dan antara orangutan jantan berpipi dengan betina. Kedua, menentukan fungsi seruan panjang bagi asosiasi jangkauan suara (earshot association). Ketiga, menentukan pola seruan panjang orangutan jantan, apakah mengeluarkan seruan panjang di lokasi tertentu misalnya pohon Ficus spp., pohon nonFicus spp., dan pohon sarang. Asosiasi jangkauan suara yang digunakan oleh jantan berpipi adalah suatu strategi jantan untuk menjaga jarak dekat dengan betina dan menolak kehadiran jantan lain yang berada di sekitarnya. Meskipun strategi seperti ini pernah diamati oleh para peneliti sebelumnya, kejadiannya di lapangan belum pernah secara kuantitatif diverifikasi. Data dikumpulkan dengan mengikuti individu target menggunakan metode Ad Libitum untuk merekam interaksi yang terjadi. Berdasarkan studi jangka panjang ini, telah dikonfirmasi ada hirarki non-linier antara jantan berpipi dan ada satu jantan dominan. Selain itu, status sosial yang tinggi dari orangutan jantan berpipi adalah tidak permanen. Selanjutnya, betina dewasa diketahui paling sering ditemukan di sekitar jantan berpipi yang dominan, sehingga membentuk asosiasi di sekitar jantan yang dominan. Respon jelajah jantan terhadap seruan panjang saling menjauhi, sebaliknya respon jelajah betinan terhadap seruan panjang saling mendekati. Penelitian yang juga menunjukkan bahwa, asosiasi bergerak mengikuti di sekitar lokasi dan posisi seruan panjang yang dikeluarkan oleh jantan yang dominan telah membuktikan ada asosiasi jangkauan suara (earshot association). Seruan panjang lebih sering dipancarkan di tepi studi area dan juga di pohon sarang tidur. Hasil ini menyimpulkan bahwa seruan panjang berfungsi menjaga dan memandu betina yang tinggal dalam radius jangkauan suara terdengar.
Vocal communication plays an importan role in primate social system. In a social life, orangutans communicate with other individual through long calls. However, this behavior is limited to the flanged males orangutan. The long-term studies were conducted since 1988 in Ketambe Research Station, Gunung Leuser National Park, Southeast Aceh regarding this behavior; nonetheless, the reasons of long calls are still unclear. Therefore, the purposes of the study are: First, identify the interactions of males and females orangutan while long-calls are emitted. Second, determine the function of long-calls as a guidance to keep earshot association. Third, determine the pattern of male orangutans long call at a specific locations e.g. fig tree, non-fig tree, and nest tree. Earshot association is a spacing strategy employed by the flanged males to keep close distance to females, while repelling other males orangutan. Although this strategie has been observed by previous researchers, its existence in the field has never been quantitatively verified before. Data were collected by following the individual target using Ad Libitum method to record their interaction. Based on this long-term study, a non-linear hierarchy between flanged males and a dominant flanged male is confirmed. In addition, the high social status of flanged males orangutan is not permanent. Furthermore, adult females are most frequently found around the dominant flanged male, thus forming associations around the dominant male. This study also shows the association is moving around to follow the location and position of long call emitted by the dominant male confirming earshot association. Long calls act as a guidance to keep the association between flanged male and other individuals. When the long-calls emitted by a dominant male, other flanged males are generally keep their distance whereas females are approaching the long-calls? source. The dominant male spend a long time in the fig trees than other males. In addition, males spend their time in the middle of the study area in which overlapped with adult females. Based on the rate of long calls, flanged males more frequently emitted the long calls on the edge of study area and also in the nest tree. These results conclude the long-calls could maintain the association with adult females who live in the similar range with the flanged male (earshot association).
Depok: Universitas Indonesia, 2015
D2113
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adlina Nur Fakhrana
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian pada kukang sumatra (Nycticebus coucang Boddaert, 1785) di Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI). Tujuan penelitian untuk mengetahui perilaku reproduksi N. coucang betina terhadap jantan di YIARI dengan pengamatan sepanjang siklus estrusnya. Penelitian dilakukan terhadap dua individu kukang sumatra betina dewasa (Ulul dan Lea) dengan perbedaan riwayat melahirkan. Metode penelitian yaitu All Occurrence Sampling dan Ad Libitum Sampling. Penelitian dilakukan selama bulan Oktober hingga November dari pukul 19.00--03.00 WIB. Perilaku reproduksi yang diamati meliputi tiga kategori yaitu atraktivitas, proseptivitas, dan reseptivitas. Hasil penelitian menunjukkan N.coucang betina melakukan hampir seluruh perilaku yang diamati, yaitu vokalisasi (whistle call) (27%), solicit (6%), urine marking (58%), recipient genital sniffing/licking (3%), inverted embrace (1%), menolak kopulasi (5%), sedangkan perilaku menerima kopulasi (0%) tidak teramati. Selain itu terdapat perbedaan perilaku reproduksi antara Ulul dan Lea. Perilaku reproduksi Ulul lebih rendah dibandingkan Lea. Panjang periode estrus Ulul tidak diketahui, sedangkan Lea berkisar antara 10--11 hari dengan lama estrus satu hari. ......Research on sunda slow loris (Nycticebus coucang Boddaert, 1785) has been carried out at the Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI). The aim of the study was to determine the reproductive behavior of N. coucang females against males at YIARI with observations throughout the estrus cycle. The study was conducted on two adult Sumatran slow loris individuals (Ulul and Lea) with differences in delivery history. The research method was All Occurrence Sampling and Ad Libitum Sampling. The study was conducted from October to November from 7:00 to 3:00 WIB. Reproductive behavior observed include three categories, namely attractivity, proceptivity, and receptivity. The results showed that N. coucang females carried out almost all observed behaviors, namely whistle calls (27%), solicits (6%), urine marking (58%), recipient genital sniffing/licking (3%), inverted embrace (1%), refused copulation (5%), while the behavior of receiving copulation (0%) was not observed. In addition there are differences in reproductive behavior between Ulul and Lea. Ulul reproductive behavior is lower than Lea. The length of the Ulul estrus period is unknown, while Lea ranges from 10--11 days with one day long estrus.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Oktavia Irawan
Abstrak :
Owa kelawat (Hylobates muelleri) merupakan salah satu spesies owa yang berasal dari Kalimantan. Owa kelawat termasuk primata diurnal, arboreal, dan lebih menyukai buah-buahan. Keberadaan owa memiliki peran penting bagi kehidupan di sekitar kawasan hutan. Semakin maraknya perburuan liar dan rusaknya habitat, mengakibatkan adanya penurunan populasi sehingga owa kelawat tergolong satwa dilindungi dan berstatus Endangered (En) menurut IUCN. Owa kelawat termasuk satwa monogami yang memiliki pola pengasuhan biparental, yaitu pengasuhan dilakukan oleh induk betina maupun induk jantan. Ada beberapa kebun binatang yang memisahkan induk betina dengan induk jantan dari kandang dengan alasan untuk memudahkan pemeriksaan bayi satwa dan mengantisipasi kejadian tidak terduga misalnya induk jantan menyerang anak (infanticide), salah satunya di Kebun Binatang Gembira Loka. Kebijakan pemisahan antara induk betina dengan induk jantan di Kebun Binatang Gembira Loka hanya dipisahkan secara barrier fisik tetapi masih dapat saling melihat satu sama lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku harian dari betina serta mengamati interaksi individu betina terhadap jantan owa kelawat yang berada pada kandang terpisah di Kebun Binatang Gembira Loka. Subjek penelitian, yaitu satu individu betina (+20 tahun) dalam kondisi satu kandang dengan anaknya (2 tahun) yang merupakan hasil keturunan dengan jantan (+15 tahun) yang berada pada kandang sebelah yang dipisahkan secara fisik namun masih dapat saling melihat. Penelitian ini dilakukan selama 20 pengulangan dari April sampai Mei 2023 mulai pukul 09.00 – 14.00 WIB. Metode pada penelitian ini yaitu focal animal sampling dan ad libitum sampling. Berdasarkan hasil penelitian perilaku harian betina yang teramati terdiri dari istirahat (79,68%), autogrooming (5,65%), vokalisasi (4,95%), makan (4,40%), bergerak (2,68%), menyusui (2,32%), dan menggendong (0,32%), sedangkan untuk perilaku agonistik tidak ditemukan selama pengamatan berlangsung dan untuk perilaku interaksi yang teramati, yaitu sitting close (63,31%), allogrooming (36,65%), dan body contact (0,04%). Keberadaan pengunjung memiliki dampak netral bagi satwa. Implementasi The Five Freedoms di Kebun Binatang Gembira Loka terlaksana dengan baik. Kesimpulan penelitian ini adalah perilaku harian tertinggi yaitu istirahat dan individu betina owa kelawat masih memiliki ketertarikan kepada individu jantan. ......Kelawat gibbon (Hylobates muelleri) is a species of gibbon originating from Kalimantan. The gibbon kelawat includes diurnal, arboreal primates, and prefers fruits. The existence of gibbons has an important role for life around forest areas. The increasing prevalence of poaching and habitat destruction has resulted in a decline in population so that the gibbon is classified as a protected animal and has Endangered (En) status according to the IUCN. The kelawat gibbon is a monogamous animal that has a bi-parental parenting pattern, in which parental care is carried out by either the female or the male parent. There are several zoos that separate the female and male parents from the cages for the reason of facilitating medical check-ups of baby animals and anticipating unexpected events, for example the male parent attacking the child (infanticide), one of which is at the Gembira Loka Zoo. The separation policy between female and male parents at the Gembira Loka Zoo is only separated by a physical barrier but they can still see each other. This study aims to analyze the daily behavior of females and observe the interactions of individual females with male gibbons in separate cages at the Gembira Loka Zoo. The research subject was a female individual (+20 years) in the same cage with her child (2 years) who was the result of offspring with a male (+15 years) who were in the next cage which were physically separated but could still see each other. This research was conducted for 20 repetitions from April to May 2023 from 09.00 – 14.00 WIB. The methods in this study were focal animal sampling and ad libitum sampling. Based on the results of the research, the observed female daily behavior consisted of resting (79,68%), autogrooming (5,65%), vocalization (4,95%), eating (4,40%), moving (2,68%), breastfeeding (2,32%), and carrying (0,32%), while for agonistic behavior was not found during the observation and for the observed interaction behavior, namely sitting close (63,31%), allogrooming (36,65%) , and body contact (0,04%). The presence of visitors has a neutral impact on animals. The implementation of The Five Freedoms at the Gembira Loka Zoo is well done. The conclusion of this study is that the highest daily behavior is resting and the female gibbon kelawat still has an interest in the male individual.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Utaminingsih
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian terhadap empat individu lutung jawa (Trachypithecus auratus) jantan dan betina di Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati interaksi individu jantan dan betina lutung jawa serta menganalisis kondisi pengelolaannya berdasarkan indikator kesejahteraan satwa di Taman Margasatwa Ragunan. Interaksi yang diamati adalah interaksi dari lima pasangan, yaitu P1 (jantan 1 dan betina 1), P2 (jantan 2 dan betina 2), P3 (jantan 1 dan betina 2), P4 (jantan 2 dan betina 1), serta P5 (jantan 1 dan jantan 2).  Pengamatan interaksi dilakukan dengan metode scan sampling dan ad libitum dalam interval waktu 5 menit tanpa jeda. Kondisi kesejahteraan dilihat berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan frekuensi interaksi perilaku afiliatif dan seksual paling besar terjadi pada pasangan jantan 1 dan betina 1, sedangkan interaksi perilaku agonistik paling sering terjadi antara jantan 1 dan jantan 2. Kesejahteraan lutung jawa di Pusat Primata Schmutzer, Taman Margsatwa Ragunan termasuk sangat baik, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti luas kandang peragaan dan konsistensi jenis serta berat pakan sesuai untuk menghindari konflik antara individu. Jumlah pengunjung tidak memiliki korelasi signifikan dengan sebagian besar perilaku lutung jawa. Berdasarkan hasil Uji Korelasi Jenjang Spearman, jumlah pengunjung hanya berkorelasi signifikan terhahap perilaku sitting close dan allogrooming (sig.< 0,05). ...... Research has been carried out on four Javan langurs (Trachypithecus auratus) at the Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan. This study was conducted to observe the interaction of individual male and female javan langurs and analyze the management conditions based on animal welfare indicators in the Taman Margasatwa Ragunan. The interactions observed were the interactions of five pairs, namely P1 (male 1 and female 1), P2 (male 2 and female 2), P3 (male 1 and female 2), P4 (male 2 and female 1), and P5 (male 1 and male 2). Interaction observations were carried out using scan sampling and ad libitum methods at 5 minute intervals without pause. Welfare conditions are seen based on direct observations and interviews. Based on the observation, highest frequency of the interaction of affiliative and sexual behavior occurred in the male 1 and female 1 pair, while the agonistic behavior interaction occurred most frequently between male 1 and male 2. The welfare of the Javan langur at the Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan is very good, but there are several things that need to be considered such as the area of ​​the display cage and the consistency of the type and weight of the feed to avoid conflict between individuals. The number of visitors doesn’t have significant correlation with most behaviors of javan langurs. According to the result of Spearman Rank Correlation test, number of visitors was significantly correlated only with sitting close and allogrooming behavior (sig. < 0,05).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pinky Nur Alfaini
Abstrak :
Pendahuluan: Hampir 85% kasus karsinoma ovarium terjadi overekspresi endothelin-1 (ET-1) yang memodulasi persinyalan tumorigenesis dan metastasis. Disisi lain, cisplatin sebagai kemoterapi kanker ovarium menimbulkan efek samping dan resistensi terapi. Berbagai penelitian menunjukkan kurkumin berpotensi sebagai antikanker yang meningkatkan efikasi cisplatin dan menekan overekspresi ET-1 pada lini sel nonkanker. Namun, belum banyak penelitian yang mengidentifikasi penekanan ekspresi ET-1 oleh kurkumin dalam regimen terapi bersama cisplatin di kanker ovarium. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan melihat efek ko-kemoterapi kurkumin bersama cisplatin pada kanker ovarium terkait ekspresi relatif mRNA ET-1. Metode: Jaringan ovarium tersimpan dari 24 tikus betina galur Wistar dibagi kedalam 4 kelompok: tikus yang hanya dibedah dan diberi aquadest (sham), tikus yang diimplantasi DMBA tanpa intervensi terapi, tikus yang diimplantasi DMBA dan diberi terapi tunggal cisplatin intraperitoneal 4 mg/kgBB/minggu, tikus yang diimplantasi DMBA dengan diberi terapi cisplatin 4 mg/kgBB/minggu dan kurkumin oral 100 mg/kgBB/hari. Implantasi DMBA dilakukan selama 28 minggu dan intervensi pada hewan coba selama 4 minggu. Setelah itu, jaringan ovarium tersimpan dianalisis ekspresi relatif mRNA ET-1 dengan mesin qRT-PCR menggunakan metode Livak-Schmittgen (2(-Ct)). Hasil: Didapatkan rerata ekspresi relatif mRNA ET-1 [p=0,021] pada kelompok sham (0,349±0,24), kelompok DMBA (3,117±1,532), kelompok DMBA+cisplatin (0,993±0,651), dan kelompok DMBA+kurkumin+cisplatin (0,117±0,081). Ketiga kelompok tidak memiliki perbedaan bermakna dibandingkan sham. Meski demikian, terdapat perbedaan bermakna pada kelompok kombinasi cisplatin serta ko-kemoterapi kurkumin dengan kelompok tanpa intervensi terapi [p=0,019]. Kesimpulan: Terjadi penurunan ekspresi relatif mRNA endothelin-1 di jaringan ovarium model tikus yang diinduksi DMBA setelah pemberian kombinasi cisplatin dan ko-kemoterapi kurkumin. ......Introduction: Endothelin-1 overexpression happens in 85% ovarian carcinoma cases that modulate metastatic and tumorigenesis. Meanwhile, cisplatin as ovarian cancer chemotherapy cause side effects and therapy resistances. Prior studies show potential effect of curcumin as an anticancer could enhance cisplatin efficacy and attenuate ET-1 overexpression in non-cancer cell lines. However, not many studies have identified suppression effect of ET-1 expression by curcumin with cisplatin in ovarian cancer. Therefore, this study is conducted to identify the effect of curcumin with cisplatin in ovarian cancer treatment especially its relation to relative expression of ET-1 mRNA. Methods: Frozen ovarian tissue samples from 24 female Wistar rats were divided into 4 groups: a group that only operated on and treated with distilled-water (sham), group with DMBA-implantation, group with DMBA-implantation and intraperitoneal cisplatin 4mg/kgBW/week, group with DMBA-implantation and cisplatin with same dose as before plus oral curcumin 100mg/kgBW/day. After 28 weeks of DMBA-implantation and 4 weeks of intervention, frozen ovarian tissue samples were taken to measure its relative expression of ET-1 mRNA level with qRT-PCR machine. Results: The mean of relative expression of ET-1 mRNA level [p=0,021] in frozen tissue sample of sham group (0,349±0,24), DMBA-implantation group (3,117±1,532), DMBA+cisplatin-treated group (0,993±0,651), and DMBA+curcumin+cisplatin-treated group (0,117±0,081). This study shows those 3 groups did not have significant difference compared with sham. But among group with cisplatin+curcumin-treated compared to DMBA-implantation shows a significant difference (p=0,019). Conclusion: The relative expression of ET-1 mRNA in ovarian tissue of DMBA-induced rats model decreases after given by a combination of cisplatin+curcumin co-chemotherapy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wenugobal Manggala Nayahi
Abstrak :
Perempuan kerap mengalami opresi dari berbagai pihak, dan suara perempuan terbungkam karena minimnya akses kepada proses produksi di industri media. Karenanya, perempuan membutuhkan ruang komunikasi agar suaranya tidak terus-menerus dibungkam oleh habitus patriarkis. Penelitian ini mengkaji bagaimana proses yang dialami perempuan anggota kolektif alternatif sampai akhirnya mereka berupaya melakukan feminine writing, dengan Kolektif Betina sebagai studi kasus. Pendekatan kualitatif dan paradigma konstruktivisme dipilih sebagai desain penelitian. Dengan melakukan wawancara mendalam bersama 7 informan, mengumpukan dokumen pendukung, dan melakukan observasi sosial, penelitian ini menemukan bahwa Kolektif Betina merupakan sebuah bentuk sisterhood sekaligus fase dimana perempuan di dalamnya belajar melakukan rekonstruksi pengetahuan tentang solidaritas perempuan. Anggota Kolektif Betina telah melalui tiga tahap; kapitulasi, revitalisasi, dan radikalisasi, sebelum akhirnya memutuskan untuk menciptakan ruang melalui praktik bermedia untuk melakukan feminine writing. Tambahan temuan menarik dalam penelitian adalah mengenai pengaruh skena punk terhadap feminine writing anggota Kolektif Betina.
Women often experience oppressions from various different parties, and their voices are muted because of the limited access to production stage within the media industries. Therefore, women need communication spaces so their voices would not be perpetually silenced by the patriarchal habitus. This research observes how women who are affiliated with alternative collective seek to perform feminine writing, with Kolektif Betina as its case study. Qualitative approach and constructivism paradigm are used in this research. By conducting in depth interview, collecting supporting data, and doing media observations, this research finds that Kolektif Betina is a form of sisterhood, in which the members learn to reconstruct their knowledge about women rsquo s solidarity. These women had underwent three stages capitulation, revitalization, and radicalization, before finally decided to occupy spaces through media practices to perform feminine writing. An interesting addition to the findings is about the influence of punk scene in these women rsquo s feminine writing.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S68047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Yuvita Putri
Abstrak :
Beruang madu (Helarctos malayanus) merupakan salah satu spesies dari Famili Ursidae dan dapat ditemukan di Pulau Sumatra dan Kalimantan. Ancaman yang dihadapi beruang madu di habitat alaminya menyebabkan diperlukannya lembaga konservasi ex-situ untuk melestarikan dan memastikan kesejahteraan beruang madu. Kebun Binatang Gembira Loka merupakan salah satu lembaga konservasi ex-situ yang berada di Yogyakarta, Indonesia. Beruang madu merupakan hewan soliter di alam, sedangkan beruang madu di penangkaran dapat ditempatkan di kandang yang sama. Penelitian ini dilakukan untuk menambah informasi mengenai interaksi antara sepasang beruang madu jantan dan betina dengan perbedaan usia yang mencolok yang ditempatkan di kandang peraga yang sama. Penelitian ini juga ingin mengamati perilaku reproduksi beruang madu jantan ketika ditempatkan di kandang peraga yang sama dengan beruang madu betina yang sudah melewati masa produktifnya. Subjek penelitian ini adalah seekor beruang madu jantan bernama Potter (8 tahun) dan seekor beruang madu betina bernama Tutik (24 tahun). Pengamatan dilakukan di Kebun Binatang Gembira Loka selama 100 jam atau 360.000 detik dengan metode focal animal sampling. Hasil yang didapat yaitu beruang madu jantan melakukan perilaku afiliatif dengan persentase sebanyak 94,82%, agonistik sebanyak 0,00%, dan reproduktif sebanyak 5,18%. Beruang madu betina melakukan perilaku afiliatif dengan persentase sebanyak 14,55%, agonistik sebanyak 76,37%, dan reproduktif sebanyak 9,09%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah beruang madu jantan lebih banyak melakukan perilaku afiliatif (94,82%) dibandingkan agonistik (0,00%) terhadap beruang madu betina. Beruang madu betina cenderung menghindari interaksi sosial dan lebih banyak melakukan perilaku agonistik (76,37%) terhadap beruang madu jantan. Selama waktu pengamatan, perilaku reproduktif lebih banyak dilakukan beruang madu jantan (19 detik) dibandingkan beruang madu betina (5 detik). Beruang madu jantan tetap melakukan perilaku sosial normal, baik reproduktif maupun nonreproduktif, walaupun tidak dibalas dan ditolak beruang madu betina yang sudah melewati usia produktif. ......The malayan sun bear (Helarctos malayanus) is one of the species in Ursidae Family and can be found in the Island of Sumatra and Borneo. The threats that sun bears receive in its natural habitat lead to the need for ex-situ conservation to preserve and ensure the welfare of sun bears. Gembira Loka Zoo is one example of ex-situ conservation that is located at Yogyakarta, Indonesia. Sun bears are known to be solitary animals in the wild, however sun bears in captivity can be placed in the same enclosure. This study was done to add information about the interaction of male and female sun bear with prominent age gap when placed in the same enclosure. This study was also conducted to observe the male reproductive behavior when placed in the same enclosure with a female sun bear that has surpassed the productive age. The subject of this study was a male sun bear named Potter (8 years old) and a female sun bear named Tutik (24 years old). Observation was done for 100 hours or 360.000 seconds with focal animal sampling method. The result of this study is the male sun bear did affiliative behavior with the percentage of 94,82%, agonistic for 0,00%, and reproductive with 5,18%. The female sun bear did affiliative behavior with the percentage of 14,55%, agonistic with 76,37%, and reproductive with 9,09%. The conclusion of this study is the male sun bear did more affiliative behavior (94,82%) than agonistic behavior (0,00%). The female sun bear tends to avoid social interactions and did a lot of agonistic behavior (76,37%) towards the male sun bear. During observation, reproductive behavior was done more by the male sun bear (19 seconds) then the female sun bear (5 seconds). The male sun bear keeps on doing normal social behavior, whether it’s reproductive or non-reproductive, even though the behavior did not reciprocated and was rejected by the female sun bear that has surpassed the productive age.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>