Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syasya Syakhrazad
"Bestialitas kerap berada pada argumen etis yakni persoalan baik dan buruk sehingga pemaparan dari konsiderasi etis selalu berada pada ruangan yang sama. Tulisan ini bertujuan untuk memperluas argumen mengenai `bestialitas` itu sendiri sehingga `bestialitas` dapat diterima dengan mengesampingkan persoalan baik dan buruk. Upaya pertama mendistingsikan makna bestialitas yang diketahui masyarakat dengan `bestialitas` yang sebenarnya. `Bestialitas` bukan hanya sekedar manusia menuangkan egonya sehingga terjadi sadistik kepada hewan. Terkadang, `bestialitas` hadir karena ada kenyamanan antara manusia dan hewan itu sendiri. Dalam membahas celah tersebut, saya menggunakan pendekatan sastrawi (dengan sudut pandang Bataille) guna memperlihatkan bagaimana hubungan seksual antara hewan dan manusia kerap diterima dalam pembacaan suatu karya sastra, bahkan pembaca mampu memberikan empati dan pemahaman yang lebih dalam dibandingkan membaca penelitian bestialitas dalam konsiderasi etis yang ditawarkan pada tulisan akademis. Elaborasi teori bahasa ketubuhan David Abram dengan teori sastra; erotisme seksualitas dari Georges Bataille, digunakan untuk memperlihatkan hubungan manusia dengan alam (hewan) mempunyai rasa kesatuan, di mana dalam pemaknaan rasa kesatuan tersebut manusia mempunyai meteran subjektifitas akan penderitaan terhadap alam dan begitu juga alam melihat kita. Sehingga berangkat dari pembahasan tersebut, rasa kepuasan antara manusia dan alam bersifat timbal balik.

Bestiality is often the ethical argument that is good and bad issues so that the exposure of ethical considerations is always in the same scope. This paper aims to broaden the argument about 'bestiality' itself so that 'bestiality' can be accepted by setting aside good and bad problems. The first attempt is to distort the meaning of the bestiality known to the public with the actual 'bestiality'. "Bestiality" is not just a human pouring his ego so that it occurs sadistic to animals. Sometimes, 'bestiality' comes because there is comfort between humans and animals themselves. In discussing this gap, I use a literary approach (with a Bataille perspective) to show how sexual relations between animals and humans are often accepted in reading literary works, even the reader is able to provide empathy and deeper understanding than reading bestiality research in ethical consideration. offered in academic writing. The elaboration of David Abram`s body language theory with literary theory; Eroticism of sexuality from Georges Bataille, used to show the relationship between humans and nature (animals) has a sense of oneness, where in the sense of that sense of oneness humans have a meter of subjectivity about suffering to nature and so does nature see us. So departing from the discussion, the sense of satisfaction between humans and nature is reciprocal."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Al Rosamund
"Tugas Karya Akhir ini membahas fenomena eksploitasi dan penyalahgunaan satwa dilindungi di Indonesia, dengan fokus pada praktik bestiality. Bestiality merupakan tindakan seksual antara manusia dan hewan, yang dianggap sebagai bentuk eksploitasi dan penyalahgunaan hewan. Untuk memahami dan menganalisis dampak dari fenomena ini, Green Criminology digunakan sebagai perspektif kritis yang melihat praktik bestiality sebagai kejahatan terhadap satwa liar yang melanggar hak-hak kesejahteraan hewan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Green Criminology yang mencakup dua kategori utama, yaitu animal abuse (penyalahgunaan hewan), di mana tindakan tersebut menyebabkan penderitaan, cedera, bahkan kematian pada hewan, dan wildlife crime (kejahatan terhadap satwa liar), yakni tindakan ilegal yang mengancam keberlangsungan spesies satwa liar. Analisis dalam penelitian ini juga dilakukan dengan perspektif antroposentrisme dan species justice. Perspektif antroposentrisme mengungkapkan dominasi manusia atas hewan, di mana kebutuhan manusia sering diutamakan diatas hak dan kesejahteraan hewan. Sementara itu, perspektif species justice menekankan pentingnya mengakui hak-hak intrinsik setiap spesies untuk hidup bebas dari eksploitasi dan penyiksaan. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai dampak eksploitasi satwa dilindungi serta pentingnya penegakan hukum yang ketat untuk melindungi kesejahteraan hewan.

The Final Assignment discusses the phenomenon of exploitation and abuse of protected wildlife in Indonesia, focusing on the practice of bestiality. Bestiality is a sexual act between humans and animals, regarded as a form of exploitation and abuse of animals. To understand and analyze the impact of this phenomenon, Green Criminology is employed as a critical perspective, viewing bestiality as a crime against wildlife that violates animal welfare rights. This study uses a Green Criminology approach that encompasses two main categories: animal abuse, where actions cause suffering, injury, or even death to animals, and wildlife crime, which involves illegal activities that threaten the survival of wildlife species. The analysis in this study is also conducted from the perspectives of anthropocentrism and species justice. The anthropocentrism perspective reveals human dominance over animals, where human needs are often prioritized over animal rights and welfare. Meanwhile, the species justice perspective emphasizes the importance of recognizing the intrinsic rights of every species to live free from exploitation and abuse. This research is expected to contribute to raising public awareness about the impact of exploiting protected wildlife and the importance of strict law enforcement to protect animal welfare."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library