Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Berg, Joop van den
's -Gravenhage: BZZtôH, 1993
BLD 839.36 BER b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Couperus, Louis, 1863-1923
Amsterdam: L.J. Veen, [date of publication not identified]
BLD 839.36 COU b II
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Husein Barnedh
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Gangguan keseimbangan merupakan salah satu masalah neurologis yang penting pada lansia, sedangkan penelitian tentang hal tersebut belum banyak dilakukan di Indonesia.Beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan gangguan keseimbangan adalah aktivitas fisik, tingkat independensi,umurjenis kelamin, demensia, gangguan visus dan gangguan proprioseptif. Tujuan: Untuk mengetahui proporsi gangguan keseimbangan dan jatuh, rerata skala keseimbangan Berg serta faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan pada lansia. Metodologi. Penelitian menggunakan desain potong lintang. Subyek yang mengikuti penelitian berjumiah 300 orang, terdiri dari 244 wanita dan 56 pria, usia berkisar antara 60-88 tahun. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan neurologis umum, proprioseptif, dan visus, pemeriksaan MMSE serta pemeriksaan keseimbangan menggunakan skala keseimbangan Berg. Kriteria gangguan keseimbangan adalah bila nilai skala keseimbangan Berg < 46. Variabel-variabel yang diduga berperan dalam gangguan keseimbangan diuji statistik menggunakan analisis bivariat dan multivariat. Hash Penelitian. Proporsi gangguan keseimbangan adalah 28,7%. Proporsi jatuh 10,3%.Subyek dengan gangguan keseimbangan mempunyai OR 2,2 (95% CI 1,06-4,80) untuk mengalami jatuh (p<0,05) Rerata skala keseimbangan Berg 50.Pada analisis bivariat didapatkan 6 variabel yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan, yaitu: aktivitas fisik, tingkat independensi, usia, demensia, gangguan visus dan gangguan proprioseptif. Pada analisis multivariat 4 variabel, yaitu aktivitas fisik (OR 2,61; 95%CI 1,75-3,87), tingkat independensi (OR 13,15;95%Cl 3,77-45,82), usia (OR 1,86; 95%CI I,01-3,45) dan gangguan proprioseptif (OR 3,88; 95% CI 1,63-9,21) didapatkan berhubungan dengan gangguan keseimbangan (p<0,05). Jenis kelamin ditemukan tidak berhubungan bermakna dengan gangguan keseimbangan. Kesimpulan: Aktivitas fisik, tingkat independensi, usia dan gangguan proprioseptif merupakan faktor risiko untuk gangguan keseimbangan pada lansia.
Background. Disequilibrium is one of the major neurological problems in elderly people, unfortunately there are only few studies about postural balance in elderly , especially in Indonesia. Physical activity, functional disability, age, gender, demensia, visual acuity decline and proprioceptive decline might be related to disequilibrium in elderly and need further explorations.
ABSTRACT
Objective. To determine proportion of disequilibrium dan falls, mean of Berg Balance Scale and risk factors related to disequilibrium in elderly. Methods. This study was a cross sectional study. Three hundreds subjects , 244 women and 56 men, age 60-88 years old, participated in this study. History taking, general neurological examination, proprioceptive and visual acuity examination, MMSE and Berg Balance scale (BBS) was performed on every subject. Criteria for disequilibrium was BBS < 46. All variables was analyzed statistically by bivariate and multivariate analysis. Results. Disequilibrium proportion was 28.7 %. Falls proportion was 10.3 %. Subjects with disequilibrium had OR 2.2 (95% CI: 1.06-4.80) for falls (p'(0.05). Mean value of BBS was 50. Variables which had correlation with disequilibrium on bivariate analysis was physical activity, functional disability, age, demensia, visual acuity decline, and proprioceptive decline. Multivariate analysis showed 4 variables related to disequilibrium: physical activity (OR 2.61; 95% CI: 1.75-3.87), functional disability (OR 13.15; 95% Cl: 3.77-45.82), age (OR 1.86; 95%CI: 1.01-3.45) and proprioceptive decline (OR 3.88; 95% Cl: 1.63-9.21) with p<0.05. Gender was not significantly related to disequilibrium. Conclusion. Physical activity, functional disability, age and proprioceptive decline are the risk factors for disequilibrium in elderly.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berg, Pierre
Abstrak :
In 1943, eighteen year old Pierre Berg picked the wrong time to visit a friend's house -- at the same time as the Gestapo. He was thrown into the infamous Auschwitz concentration camp. But through a mixture of savvy and chance, he managed to survive...and ultimately got out alive. "As far as I'm concerned," says Berg, "it was all shithouse luck, which is to say -- inelegantly -- that I kept landing on the right side of the randomness of life." Such begins the first memoir of a French gentile Holocaust survivor published in the U.S. Originally penned shortly after the war when memories were still fresh, Scheisshaus Luck recounts Berg's constant struggle in the camps, escaping death countless times while enduring inhumane conditions, exhaustive labor, and near starvation. The book takes readers through Berg's time in Auschwitz, his hair's breadth avoidance of Allied bombing raids, his harrowing "death march" out of Auschwitz to Dora, a slave labor camp (only to be placed in another forced labor camp manufacturing the Nazis' V1 & V2 rockets), and his eventual daring escape in the middle of a pitched battle between Nazi and Red Army forces. Utterly frank and tinged with irony, irreverence, and gallows humor, Scheisshaus Luck ranks in importance among the work of fellow survivors Elie Wiesel and Primo Levi. As we quickly approach the day when there will be no living eyewitnesses to the Nazi's "Final Solution," Berg's memoir stands as a searing reminder of how the Holocaust affected us all.
New York: American Management Association;, 2008
e20443939
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Berg, Cornelis Christiaan, 1900-1990
Abstrak :
Buku ini membahas mengenai bentuk-bentuk kata kerja dalam bahasa Jawa. Khususnya gejala kata kerja yang memiliki lebih dari satu arti (Dubbelzijdigheid).
Nederland: Bijdragen tot de Taal, land en Volkenkunde, 1937
BKL.1133-BA 81
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Suciati
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perbedaan berbagai parameter posturografi pada risiko jatuh derajat ringan dan sedang. Metode: Dilakukan studi potong lintang pada 163 usila yang mampu ambulasi mandiri, terdiri dari 108 subjek dengan risiko jatuh ringan dan 55 subjek dengan risiko jatuh sedang yang datang ke poli geriatri terpadu dan poli Departemen Rehabilitasi Medik RSCM. Parameter posturografi statik (Gravicorder GS-Anima 3000, Tokyo-Japan) adalah panjang ayun tubuh (PA), kecepatan ayun tubuh (KA), Luas area (LA), Romberg quotient (RQ) dan deviasi Centre of Pressure (COP). Penilaian posturografi dilakukan dalam 4 kondisi yaitu keadaan mata terbuka dan tertutup serta dengan atau tanpa busa. Risiko jatuh dinilai dengan Berg Balance Scale (BBS). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan nilai PA, KA, LA dan RQ antara kedua kelompok risiko jatuh, namun hanya nilai LA yang bermakna secara statistik. Terdapat kecenderungan deviasi COP ke arah antero-posterior (AP) dibandingkan ke arah medio-lateral (ML) pada kedua kelompok risiko jatuh. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara panjang ayun tubuh, kecepatan ayun tubuh serta Romberg quotient pada kelompok usila dengan risiko jatuh ringan dan risiko jatuh sedang. Terdapat perbedaan yang bermakna luas area ayun tubuh pada kelompok usila dengan risiko jatuh ringan dan risiko jatuh sedang. Kata kunci: usila, risiko jatuh, posturografi statik, Berg Balance Scale
ABSTRACT
Study purpose: To evaluate different parameters of static posturography in elderly with mild and moderate risk of falls that lives in community. Methods: A cross sectional study was conducted in 163 elderly who can ambulate independently without assistive device in Poliklinik Geriatri Terpadu, PM&R department and Neuro-Otology division ENT department RSCM. There were 108 subjects with mild risk of falls and 55 subjects with moderate risk of falls. Static posturography (Gravicorder GS-Anima 3000, Tokyo-Japan) parameters were length of body sway (LNG), velocity of body sway (LNG/TIME), Envelope Area (ENV), Romberg quotient (RQ) and Centre of Pressure (COP) deviation. Posturography measurement was taken in four conditions, with eyes open (EO) and closed (EC) and also with and without rubber foam (R). Risk of falls measurement was using Berg Balance Scale (BBS). Results: There were different values in length of body sway (LNG), velocity of body sway (LNG/TIME) and Romberg quotient (RQ). Envelope Area (ENV) has statistically significant value between mild and moderate risk of falls. The COP was tended to deviate more in antero-posterior (AP) than in medio-lateral (ML) direction. Conclusion: The values of length of body sway (LNG), velocity of body sway (LNG/TIME) and Romberg quotient (RQ) has not statistically significant. Envelope Area (ENV) has statistically significant value between mild and moderate risk of falls
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifalisanto
Abstrak :
ABSTRAK
LATAR BELAKANG. Kecepatan berjalan jarak pendek merupakan pengukuran yang reliabel untuk menilai risiko jatuh dirumah sakit pada pasien usia lanjut. Dengan adanya penurunan kecepatan berjalan pada usia lanjut yang dipengaruhi oleh berbagai risiko jatuh dan besarnya masalah yang ditimbulkan oleh jatuh maka, perlu dilakukan penelitian. Saat ini belum ada penelitian yang menghubungkan korelasi antara kecepatan berjalan dengan besarnya risiko jatuh pada usia lanjut di Indonesia. METODE. Penelitian deskriptif analitik dengan periode sewaktu. Pada pasien usia lanjut dengan risiko jatuh ringan dan sedang secara consecutive sampling. Penilaian risiko jatuh dengan Berg Balance scale, kemudian dilakukan pemeriksaan kecepatan berjalan 10 meter. Penilaian korelasi Berg Balance scale dengan kecepatan berjalan. Menentukan hubungan antara kategori kecepatan berjalan dengan kategori risiko jatuh dilakukan uji Chi Square sehingga dapat menghitung Crude Odds Ratio dan adjusted Odds Ratio. HASIL. Terdapat korelasi positif sedang yang bermakna secara statistik antara nilai Berg Balance Scale dengan kecepatan berjalan (r=0,492, p<0,001). Terdapat perubahan Odds Ratio ≥ 10 % untuk variabel usia (11,6 %), jenis kelamin (18,48%) dan status gizi (10,16%) menunjukkan semua variabel merupakan variabel perancu untuk variabel kecepatan berjalan. KESIMPULAN. Terdapatnya korelasi sedang antara Berg Balance Scale dengan kecepatan berjalan pada usia lanjut. Terdapat hubungan antara kecepatan berjalan dengan risiko jatuh pada usia lanjut.
ABSTRACT
BACKGROUND. One in three elderly falls each year and cause many complication. The most common etiology of falls in elderly is balance disorder that will reduce their walking speed. Short walking distance is a reliable measurement for assessing the risk of falls in hospital for elderly patients. This study is purposed to assess the correlation between the walking speed and the magnitude of the risk of falls in elderly people. METHOD. Descriptive analytic research with cross-sectional method and consecutive sampling in mild and moderate risk of fall elderly patients. Risk of falls was assessed using Berg Balance Scale and walking speed using 10 meters distance walking test. Spearman correlation analysis test between Berg Balance Scale compare and walking speed. Chi Square Test to determine the correlation between confounding variable with walking speed category and category risk of falls. RESULTS. There is a statistically significant positive moderate correlation between the Berg Balance Scale and walking speed (r = 0.492, p <0.001). There is a change of more than 10% of the odds ratio for the age (11.6%), sex (18.48%) and nutritional status (10.16%) which showed that all the variables are the confounding variable for walking speed. CONCLUSION. The presence of moderate correlation between the Berg Balance Scale and walking speed in the elderly. There is a relationship between walking speed and the risk of falls in the elderly.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvony Chandra
Abstrak :
Latar Belakang: Perubahan sistemik pada PPOK menyebabkan terjadinya disfungsi otot yang berhubungan dengan penurunan fungsi keseimbangan. Gangguan keseimbangan menimbulkan konsekuensi terhadap kejadian jatuh. Penambahan latihan keseimbangan pada PPOK dapat meningkatkan fungsi keseimbangan, namun belum menjadi standar tatalaksana pada program rehabilitasi PPOK. Latihan ketahanan dengan menggunakan jentera dan sepeda statis menunjukkan adanya peningkatan nilai uji fungsi keseimbangan pasien PPOK, namun belum ada penelitian yang membandingkan antara kedua latihan tersebut dalam meningkatkan fungsi keseimbangan pasien PPOK. Tujuan: Menilai efek latihan jentera dan latihan sepeda statis selama delapan minggu terhadap perbaikan fungsi keseimbangan pasien PPOK.Metode. Uji klinis teracak terhadap pasien PPOK stabil grup A,B,C dan D pada usia 55-80 tahun. Subjek dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok jentera dan kelompok sepeda statis. Kedua kelompok mendapat program rehabilitasi paru selama delapan minggu. Dilakukan evaluasi fungsi keseimbangan dengan menggunakan Berg Balance Scale BBS pada awal penelitian, 4 dan 8 minggu setelah mulai penelitian. Hasil: Terdapat 16 subjek PPOK yang menyelesaikan penelitian. Didapatkan peningkatan yang signifikan secara statistik pada nilai BBS baik pada latihan jentera maupun pada latihan sepeda statis setelah delapan minggu latihan dengan nilai akhir BBS 51,88 dan 50,25 secara berurutan. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik antara selisih peningkatan nilai BBS latihan jentera dan latihan sepeda statis dengan nilai tengah 3,00 dan 3,50 secara berurutan. Kesimpulan: Nilai BBS menunjukkan perbaikan bermakna secara statistik baik pada latihan jentera maupun sepeda statis. Tidak terdapat perbedaan efek yang bermakna secara statistik antara latihan pada kedua kelompok tersebut. ......Background: Systemic changes in COPD result in muscle dysfunction that associated with decreased balance function. Impaired balance has consequences for falling events. The addition of balance exercises to COPD can improve balance function, but it has not yet become the standard treatment for COPD rehabilitation programs. Endurance exercises using treadmill and static cycle show an increase in balance function test of COPD patients, but no studies have compared the two exercises in order to improve the balance function of COPD patients. Aim: To assess the effects of treadmill and static cycle exercise for eight weeks on improving balance function of COPD patients. Method. Randomized Clinical trials of stable COPD patients on A, B, C and D group at age 55 80 years. Subjects were divided into two groups, treadmill and static cycle group. Both groups received pulmonary rehabilitation program for eight weeks. Evaluation of balance function using Berg Balance Scale BBS at the beginning of the study, 4 and 8 weeks after the study. Results: There were 16 subjects of COPD who completed the study. There was a statistically significant increase in the value of BBS in both treadmill and static cycle group after eight weeks of exercise with a final BBS score of 51.88 and 50.25 respectively. There was no statistically significant difference between the improvement value of BBS in treadmill and static cycle exercise with median values of 3.00 and 3.50 respectively. Conclusion: The BBS score showed statistically significant improvements in treadmill and static cycles exercise. There was no statistically significant different effect of exercises in both groups.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Savitri Koeswardhani
Abstrak :
ABSTRACT
LATAR BELAKANG: Neuropati diabetes adalah komplikasi diabetes melitus tipe dua DMT2 yang paling sering terjadi. Polineuropati sensori motor distal simetris merupakan tipe yang paling banyak, dimana terdapat gangguan sensoris yang menyebabkan sensori ataxia dan gangguan motorik yang menyebabkan penurunan massa dan kekuatan otot tungkai. Gangguan tersebut menyebabkan gangguan fungsional berupa gangguan keseimbangan yang dapat ditatalaksana dengan pemberian latihan keseimbangan dengan atau tanpa disertai latihan penguatan otot tungkai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian latihan keseimbangan yang disertai latihan penguatan otot tungkai pada penderita neuropati diabetes terhadap fungsi keseimbangan dibandingkan dengan pemberian latihan keseimbangan saja. METODE: Desain penelitian ini adalah quasi experimental. Populasi terjangkau adalah perempuan dan laki-laki usia 45-65 tahun dengan neuropati diabetes yang datang berobat ke poliklinik endokrin dan saraf rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta yang memenuhi kriteria penelitian. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dan dibagi menjadi dua kelompok secara randomisasi. Kelompok perlakuan diberi latihan keseimbangan disertai latihan penguatan otot tungkai dan kelompok kontrol diberi latihan keseimbangan saja. Intervensi dilakukan selama 8 minggu. Penilaian fungsi keseimbangan dilakukan dengan pemeriksaan Berg Balance Scale BBS dan posturografi statik. Penilaian kekuatan empat kelompok otot tungkai menggunakan hand held dynamometer. HASIL: Sebanyak 12 responden mengikuti program latihan sampai selesai, kelompok perlakuan 8 orang dengan rerata skor BBS 49,13 2,90 dan kelompok kontrol 4 orang dengan rerata skor BBS 49,75 1,26. Setelah 8 minggu didapatkan perbaikan skor BBS pada kedua kelompok, yaitu 4,00 1,2 pada kelompok perlakuan dan 2,25 0,9 pada kelompok kontrol dengan perbedaan signifikan p = 0,030 . Pada pemeriksaan posturografi, terdapat kecenderungan perbaikan parameter posturografi. Pada penilaian kekuatan otot didapatkan perbaikan kekuatan otot pada keempat kelompok otot tungkai kedua kelompok. Perbedaan signifikan didapatkan pada kelompok otot hip abduktor dekstra, sebesar 5,53 1,94 pada kelompok perlakuan dan 1,80 2,38 pada kelompok kontrol p = 0,006 dan pada kelompok otot hip abduktor sinistra, sebesar 6,26 2,82 pada kelompok perlakuan dan 2,03 3,24 pada kelompok kontrol p = 0,042 . KESIMPULAN: Pemberian latihan keseimbangan disertai latihan penguatan otot tungkai lebih efektif dalam meningkatkan fungsi keseimbangan dibandingkan dengan pemberian latihan keseimbangan saja pada pasien neuropati diabetes. "
" "ABSTRACT
" BACKGROUND. Diabetic neuropathy is the most common complication of type two diabetes melitus. Distal symmetrical sensorimotor polyneuropathy is the most common type, where sensory deficit will cause sensory ataxia and motor deficit will cause decrease muscle mass and strength. These will cause balance problems in patients. One of treatments for balance problems is balance exercise with or without lower extremity strengthening exercise. The aim of this study is to determine the efficacy of balance and lower extremity strengthening exercise on balance functions compare to balance exercise alone in patient with diabetic neuropathy. METHODS. Design of the study is quasi experimental. The population was male and female patient with diabetic neuropathy aged 45 65 years old who came to endocrine and neurology Outpatient Department Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta who fit the criteria. Sampling was done by consecutive sampling, and were divided into two groups by randomizations. The intervention group was given balance and lower extremity strengthening exercise, and the control group was given balance exercise alone. Balance function measurement was done by using Berg Balance Scale BBS and static posturography. Measurement of muscle strength on four lower extremity muscle group was done by using hand held dynamometer. RESULTS. Twelve respondents were completed the exercise program, the intervention group 8 people with mean BBS score 49,13 2,90 and control group 4 people with mean BBS score 49,75 1,26. After 8 weeks of exercise, there are improvements in BBS score in both groups, 4,00 1,2 on intervention group and 2,25 0,9 on control group with significant difference p 0,030 . On static posturography examination there were tendency of improvements in posturography parameters. On muscle power measurements, there are improvements in muscle power in all four muscle groups in both groups. Significant difference was found in right hip abductor muscle group 5,53 1,94 on intervention group and 1,80 2,38 on control group p 0,006 and on left hip abductor muscle group 6,26 2,82 on intervention group and 2,03 3,24 on control group p 0,042 . CONCLUSIONS. Balance and lower extrimity strengthening exercise is more effective in improving balance function compare to balance exercise alone in patient with diabetic neuropathy.
2016
T55625
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Selvi Oktavia
Abstrak :
Penuaan menyebabkan penurunan fungsi fisiologis pada lansia yang dapat menyebabkan lansia memiliki risiko jatuh. Risiko jatuh adalah peningkatan kerentanan untuk jatuh, sehingga menyebabkan bahaya fisik. Intervensi keperawatan Multifactorial Fall Prevention efektif untuk menurunkan risiko jatuh pada lansia. Tujuan penulisan ini yaitu memaparkan asuhan keperawatan pada lansia dengan risiko jatuh. Hasil yang didapatkan yaitu terdapat peningkatan fungsional yang ditunjukan dengan hasil pengukuran manual muscle test kekuatan otot sebelum 2234 dan setelah latihan menjadi 2334 pada ekstremitas bawah dekstra serta hasil pemeriksaan berg balance test dengan skor awal 33 menjadi 41 setelah latihan selam 5 minggu intervensi. Selain itu terjadi peningkatan prilaku pencegahan jatuh dengan sering menggunakan sandal dan alat bantu jalan dan didukung dengan modifikasi lingkungan. Multifactorial Fall Prevention dapat diterapkan oleh perawat untuk mengatasi lansia dengan risiko jatuh.
Elderly tend to have the risk for falls because of aging that can be decrease of physiological function. Risk for falls vulnerable to increased susceptibility to falling, which may cause physical harm and compromise health. Nursing intervention multifactorial fall prevention can reduce the risk of falls. The purpose of this case study is to expose on nursing care of elderly with risk for falls. The results of the examination of showed that there was a functional improvement shown by manual muscle test result of muscle strength before 2234 and after exercise became 2334 on dextra lower limb as well as check result of balance test with initial score 33 to 41 after 5 weeks intervention. In addition there is an increase in fall prevention behavior by frequent use of flip flops and walkers and supported by environmental modifications. Multifactorial fall prevention can be applied by nurses to the elderly with the risk of falling.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>