Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Inka Irina De Fretes
Abstrak :
Korban pemerkosaan seringkali dipersalahkan atas pemerkosaan yang mereka alami karena adanya mitos-mitos terkait pemerkosaan. Mitos pemerkosaan itu sendiri merupakan suatu hal yang dipengaruhi berbagai faktor, antara lain seksisme benevolent dan religiositas. Penelitian terdahulu menunjukkan semakin seorang menunjukkan seksisme benevolent dan religiositas yang tinggi, semakin tinggi mereka menerima mitos pemerkosaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keduanya dapat berperan sebagai prediktor dari penerimaan mitos pemerkosaan pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada partisipan penelitian yang berasal dari universitas di wilayah Jabodetabek. Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa seksisme benevolent dan religiositas dapat memprediksi penerimaan mitos pemerkosaan secara signifikan adjusted R2=0,312
......Rape victims are often blamed for the rape they went through because of myths surrounding rape. Rape myths themselves are correlated with many factors, such as benevolent sexism and religiosity. Previous studies have shown that people who show benevolently sexist attitudes and high religiosity tend to show higher rape myth acceptance. Present study aims to find out whether or not benevolent sexism and religiosity can predict rape myth acceptance in university students. This study was conducted with students from universities in Jabodetabek as participants. Using multiple regression analysis, present study shows that benevolent sexism and religiosity significantly predicts rape myth acceptance adjusted R2 0,312
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67096
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Armando Yonathan
Abstrak :
Safety performance can be increased if cabin crew management understands the real situation in the operation area. The exposure on the operational area gives the cabin crew valuable insight that can be used to enhance the safety management system, policy and mitigation. Therefore, management must be able to encourage the cabin crew to communicate safety-related information. Therefore, the cabin crew management must find the factor to enhance cabin crew prosocial voice behavior and upward safety communication. The objective of this study is to examine the influence of benevolent and morality leadership on upward safety communication and prosocial voice behavior in Indonesian cabin crew. The aim of this study is also to investigate the role of perceived organizational support (POS) in the relationship between benevolent and morality leadership with upward safety communication and prosocial voice behavior. Using the Structure Equation Model (SEM) and 356 cabin crew respondents, the result showed benevolent and morality leadership has a positive influence on upward safety communication. Another result is benevolent leadership has a positive influence on prosocial voice while morality leadership has not a significant influence on prosocial voice behavior. The last finding is POS mediates the influence of benevolent and morality leadership to prosocial voice behavior and upward safety communication.
Kinerja keselamatan dapat ditingkatkan jika manajemen mempunyai pemahaman tentang apa yang sebenarnya terjadi di area operasi. Paparan yang diterima dari area operasi membuat awak kabin mempunyai wawasan yang berharga untuk meningkatkan safety management system, kebijakan dan mitigasi. Manajemen harus dapat mendorong awak kabin untuk menyampaikan informasi terkait keselamatan yang mereka punya. Oleh karena itu, penting bagi manajemen untuk menemukan faktor-faktor yang berpengaruh untuk meningkatkan prosocial voice behavior dan upward safety communication awak kabin. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh benevolent dan morality leadersihp pada upward safety communication dan prosocial voice behavior awak kabin Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyelidiki peran mediasi perceived organizational support (POS) dalam pengaruh benevolent leadership dan morality leadership terhadap upward safety communication dan prosocial voice behavior. Menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan responden sebanyak 356 awak kabin, hasil penelitian ini menunjukkan benevolent leadership dan morality leadership memiliki pengaruh positif terhadap upward safety communication. Hasil penelitian ini juga menunjukkan benevolent leadership memiliki pengaruh positif terhadap prosocial voice behavior, tetapi morality leadership tidak memiliki pengaruh positif terhadap prosocial voice behavior. Hasil lain penelitian ini adalah POS memediasi pengaruh benevolent dan morality leadership terhadap prosocial voice behavior dan upward safety communication.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53392
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Tri Handayani
Abstrak :
Perusahaan dapat menjadi lebih inovatif dengan memanfaatkan kemampuan
karyawan untuk berinovasi, yang dioperasionalkan melalui perilaku inovatif dan
sangat dipengaruhi oleh pemimpin. Pemberdayaan dianggap mampu memediasi
pengaruh kepemimpinan terhadap perilaku inovatif. Pemberdayaan melalui
otonomi mendorong karyawan untuk meningkatkan perilaku inovatif sehingga
dapat merespon pelanggan dengan cepat dan akurat, mengembangkan ide, dan
menciptakan produk baru. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
dimensi-dimensi kepemimpinan paternalistik seperti benevolent, moral, dan
authoritarian terhadap perilaku inovatif yang dimediasi oleh pemberdayaan
psikologis. Data dikumpulkan dari 119 karyawan start-up di Indonesia. Penulis
menggunakan metode Hayes process untuk menguji peran mediasi. Hasilnya
menunjukkan bahwa pemberdayaan psikologis hanya memediasi pengaruh
benevolent terhadap perilaku inovatif. Penelitian ini memberikan rekomendasi
bahwa, pemimpin harus memberikan otonomi dan kepercayaan kepada karyawan
dalam melakukan pekerjaan dan memutuskan sesuatu terkait dengan pekerjaan.
Pemimpin membangun komunikasi yang baik dengan karyawan untuk saling
bertukar pikiran, merespon ide yang disampaikan karyawan untuk mendorong
perilaku inovatif. Manajemen dapat menerapkan program pelatihan untuk melatih
orang-orang yang memegang posisi kepemimpinan mengenai pentingnya
membangun iklim yang mendorong perlakuan dan hubungan interpersonal yang
positif serta lebih memerhatikan kriteria pemilihan pemimpin baru.
......Companies can become more innovative by leveraging employees' ability to
innovate, which is operationalized through innovative behavior and is heavily
influenced by leaders. Empowerment is considered capable of mediating the
influence of leadership on innovative behavior. Empowerment through autonomy
encourages employees to increase innovative behavior so that they can be fast and
accurately respond to customers, develop ideas, and create new products. This
study aims to examine the influence of paternalistic leadership dimensions such as
benevolent, moral, and authoritarian on innovative behavior mediated by
psychological empowerment. Data were collected from 119 start-up employees in
Indonesia. The author uses the Hayes process method to examine the role of
mediation. The results show that psychological empowerment only mediates the
benevolent effect on innovative behavior. This study provides a recommendation
that leaders should provide autonomy and trust to employees in doing work and
making decisions about work. Leaders build good communication with employees
to exchange ideas, respond to ideas from employees to encourage innovative
behavior. Management can implement training programs to train people in
leadership positions in the importance of building a climate that encourages
positive and more attention to the criteria for selecting new leaders.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library