Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagyo Prasetyo
"Kebudayaan sebagai suatu sistem merupakan seperangkat gagasan-gagasan yang membentuk tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam suatu ekosistem. Hubungan antara manusia dan lingkungan tersebut menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan sebagai sarana adaptasi. Dalam kaitan inilah penelitian mengenai penempatan benda-benda megalitik di Kawasan Lembah Iyang-Ijen, Kabupaten Bondowoso dan Jember, Jawa Timur dilakukan. Hasil analisis membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat pendukung budaya megalitik di daerah penelitian mempunyai kecenderungan untuk melakukan pemilihan lokasi-lokasi di tempat-tempat yang mereka anggap ideal dalam mempermudah aktivitas mereka, baik yang berkaitan dengan unsur-unsur subsistensi maupun sebagai penunjang dalam mewujudkan konsep-konsep megalitik yang dianut. Tiga faktor utama yang menjadi strategi dalam pertimbangan pemilihan suatu lahan untuk ditempati adalah faktor kapabilitas lahan, faktor ketersediaan sumber batuan, dan faktor aksesibilitas. Makin tinggi kemampuan ketiga faktor tersebut maka akan semakin menjadi pilihan dalam penempatan suatu bahan untuk kegiatan. Namun demikian secara bersama-sama, ke-3 faktor tersebut belum tentu dapat menjadi indikator paling utama, hal ini didasarkan pada tingkat keragaman dari lingkungan itu sendiri. Suatu lahan dapat menyediakan daya dukung tinggi sesuai dengan faktor-faktor tersebut di atas, akan tetapi dapat terjadi bahwa sebagian kecil dari kesatuan sumberdaya lingkungan tersebut (seperti bentuklahan, tanah, ketinggian, kelerengan, sumber batuan, atau jarak sungai) mempunyai tingkat daya dukung yang kurang baik. Walaupun demikian, dengan kemampuan teknologi maka masyarakat megalitik dapat menyikapi kekurangan-kekurangannya selama sebagian dari daya dukung lingkungannya yang lain cukup baik.
----------
Culture, as a system, is a series of ideas, which construct individual or group behavior in an ecosystem. The relationship between human and the environment produces various forms of cultures as adaptation means. It is in this relation that the investigation on the placement of megalithic objects in the Area of Iyang-Ijen Valley in the Regencies of Bondowoso and Jember, East Java was conducted. Analyses results have proven that most of the communities that bear the megalihtic cultures within the investigation area tended to chose locations at places that they considered ideal to ease their activities, both in terms of subsistence and to realize the megalithic concepts that they believed. There are three main factors, which are part of the strategies in choosing a piece of land to stay, namely land carrying capability, availability of rock sources, and accessibility. The better those factors are, the higher chance that a place be chosen to carry out certain activities. Together, however, those three factors do not always be the main indicators because there is another important factor, which is the level of variability of the environment. An area can has a good carrying capacity in accordance with those three factors, although a small part of its environment (geomorphology, type of soil, elevation, inclination degree of its slopes, sources of rocks, and distance to rivers/water sources) may has low carrying capacity. However, with their technological ability the megalithic community there can deal with those impediments as long as the other parts of the environment have quite good carrying capacity."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
D950
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rara Lestari Moerdijat
"Peti1asan Batur Agung di desa Baseh Kecamatan Kedungbanteng kabupaten Banyumas adalah sebuah tempat yang dikeramatkan serta dijadikan ajang ziarach dan semadi oleh penduduk setempat. Petilasan tersebut berupa sebuah areal terbuka ditengah hutan yang mempunyai bentuk bertingkat-tingkat di lengkapi jalan batu menuju ketempat tersebut, serta dipenuhi berbagai benda dari batu seperti tiang batu, batu pipih datar, batu pipih berdiri, batu berlubang tengah, area batu. Hentuk petilasan serta benda-benda yang ada di dalamnya, mempunyai persamaan dengan bentuk bangunan/benda tradisi megalitik. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) melihat adanya persamaan antara bangunan/benda yang terdapat di petilasan Batur Agung dengan benda-benda peninggalan tradisi megalitik, penelitian dilakukan untuk dapat mengetahui identifikasi petilasan dan Benda-bendanya. (2) mengingat petilasan Batur Agung masih di keramatkan dan terdapat kegiatan religius di tempat tersebut, penelitian ini bertujuan juga melihat bagaimana konsepsi kepercayaan pada kegiatan religius yang berlangsung di tempat ini pada masa sekarang. Metode yang dipakai untuk mencapai tujuan yang dikehendaki adalah (a) pengumpul an data, (b) pengolahan data, dan (c) penafsiran data. Pada tahap pertama, dilakukan pengumpulan data baik berupa data lapangan maupun data pustaka yang berkaitan dengan penelitian. Pada tahap kedua, dilakukan analisis terhadap data lapangan yang telah dikumpukan. Pada tahap ini, dilakukan analogi antara bangunan/benda yang di temukan di Batur Agung dengan bangunan/benda yang tradisi megalitik yang diketahui. Analisis ini dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan bangunan/benda yang di temukan. Pada tahap ini dilakukan pula tinjaLran terhadap data etnografi yang ada. Pada tahap ketiga yaitu tahap yang terakhir, dibuat satu rangkuman dari kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan. Dari penelitian ini, terdapat kesimpulan sebagai berikut (1) Petilasan Batur Agung adalah kompleks besar dengan bangunan berundak sebagai bangunan utamanya, serta sebuah areal kecil di luarnya. Kompleks ini dilengkapi oleh dua buah jalan bath menuju bangunan berundak; disamping itu terdapat pula sebuah susunan batu temu gelang diantara areal kecil di luar bangunan berundak dan areal kecil yang ada. Ditemukan pula sejumlah benda peninggalan tradisi megalitik seperti menhir, lesung batu, area megalitik, pelinggih,'altar batu, dan susunan batu. (2) meskipun belum dilakukan satu penelitian untuk melihat apakah bentuk kegiatan religius di Batur Agung adalah living megalithic tradition, namun keberadan petilasan sebagai sebuah living monument dapat dilihat jelas, dimana dari perilaku para pendukungnya saat ini masih memperlihatkan adanya konsepsi tradisi megalitik yang melatarbelakangi seluruh kegiatan yang berlangsung di tempest tersebut. Penelitian ini adalah sebuah penelitian pendahuluan, sebab itu kesimpulan yang dicapai masih bersifat sementara dan diperlukan penelitian lebih mendalam untuk menguji kebenarannya serta mengungkapkan jawaban atas seluruh permasalahan yang lebih luas jangkauannya dari pada penelitian ini."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
S11890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library